PWMU.CO– Kisah Israk Mikraj riwayat Ummu Hani’ binti Abdul Muththalib radhiyallahu anha. Nama asli bibi Rasulullah ini Hindun. Riwayat ini ditulis dalam kitab Sirah Ibnu Hisyam. Di riwayat lain ada yang menyebut Ummu Hani itu Fakhitah binti Abu Thalib, sepupu Nabi.
Kisah Israk Mikraj versi ini berbeda dengan riwayat Ibnu Mas’ud yang bercerita Nabi Muhammad saw mengalami peristiwa itu ketika tidur di sebelah Hajar Aswad.
Ummu Hani meriwayatkan, Rasulullah saw menjalani israk ketika sedang berada di rumahnya di Mekkah. Pada malam itu, Nabi shalat Isya akhir. Kemudian tidur. Seisi rumah juga tidur.
Menjelang Subuh, Nabi membangunkan semua orang untuk shalat Subuh berjamaah di rumah. Setelah shalat Nabi berkata, ”Wahai Ummu Hani’, sungguh aku telah shalat Isya akhir di lembah ini seperti yang engkau lihat. Kemudian aku datang ke Baitul Maqdis dan shalat di dalamnya. Lalu balik ke Mekkah lagi mengerjakan shalat Subuh bersama kalian sekarang seperti yang kalian lihat.”
Setelah itu Rasulullah saw keluar rumah hendak menemui orang-orang di Masjidil Haram untuk menceritkan Israk Mikraj. Ummu Hani’ mencegah dengan menarik ujung kainnya. ”Wahai Nabi Allah, jangan ceritakan peristiwa ini kepada orang-orang. Nanti mereka mendustakanmu dan menyakitimu,” kata Ummu Hani’.
Rasulullah menjawab,”Demi Allah, aku pasti menceritakan peristiwa ini kepada mereka.” Rasulullah langsung keluar rumah.
Segera Ummu Hani’ menyuruh budaknya orang Habasyah mengikuti Rasulullah. ”Buntutilah Muhammad hingga kamu dengar apa yang dikatakan kepada orang-orang dan komentar orang-orang kepadanya,: perintahnya.
Kisah Israk Mikraj Terbukti Benar
Ketika Rasulullah bertemu orang-orang, maka bercerita pengalaman pergi ke Baitul Maqdis dalam semalam itu. Orang-orang keheranan. Mereka berkata, ”Hai Muhammad, apa buktinya, sebab kami tidak pernah mendengar cerita seperti ini sebelumnya.”
Rasulullah menjawab,”Buktinya, aku melewati kafilah Bani Fulan di lembah ini dan di lembah itu. Mereka lari kocar-kacir karena mendengar suara hewan. Aku panggil mereka ketika aku sedang berjalan ke arah Syam.”
Lantas Rasulullah bercerita lagi, ”Aku terus berjalan hingga tiba di daerah Dhajnan, aku melewati kafilah Bani Fulan dan mendapati kafilah tersebut sedang tidur. Mereka mempunyai tempat berisi air dan menutupinya dengan sesuatu. Kemudian aku buka tutupnya, minum air yang ada di dalamnya dan menutupnya lagi seperti semula.”
”Bukti lain, bahwa kafilah tersebut sekarang singgah di Baidha’ di Tsaniyyatun Tan’im. Mereka didahului unta berwarna abu-abu dan di unta tersebut terdapat dua karung. Satu karung berwarna hitam dan karung satunya bersinar.”
Setelah mendengar cerita itu, orang-orang segera pergi ke Tsaniyyah. Mereka mendapatkan apa yang telah dijelaskan Rasulullah tentang keberadaan kafilahitu. Orang-orang bertanya kepada kafilah tersebut tentang bejana air.
Orang kafilah menjelaskan, mereka mengisinya penuh dengan air dan menutupnya setelah itu tidur. Ketika bangun tidur didapati bejana tersebut tertutup seperti semula, namun air di dalamnya berkurang.
Orang-orang juga bertanya apakah mereka lari kalang kabut di perjalanan, mereka menjawab, demi Allah cerita itu benar. ”Sungguh, kita lari kalang kabut di lembah seperti yang dia sebutkan, kemudian kami mendengar suara orang memanggil dan kami datang kepadanya.”
Penulis/Editor Sugeng Purwanto