Ketua Lazismu Jatim Drh Zainul Muslimin jadi sopir truk logistik dadakan ketika di Jember. Ada pelajaran bisnis dan metafora kehidupan yang dia sampaikan.
PWMU.CO– Sabtu (13/3/2021) pagi saya diminta oleh teman-teman Lazismu Jember menjadi sopir truk boks logistik siaga bencana MDMC Jember. Saya pikir ini ide bagus. Selain ingin membantu sekaligus menyenangkan mereka dalam pembuatan video pendek untuk kampanye fundraising.
Saya menyanggupinya karena dulu di awal-awal bikin kandang usaha peternakan ayam petelur, saya biasa pinjam truk teman untuk mengangkut genteng, kayu, dan bahan lain. Alhamdulillah setelah itu bisa beli truk sendiri untuk pengiriman telur dari Blitar ke Sidoarjo.
Saat itulah saya bisa menikmati menjadi sopir truk telur dua kali trip Blitar ke Sidoarjo di saat sopirnya harus off karena sakit. Padahal saat itu telur harus segera dikirim.
Ada banyak jenis dan merk mobil yang pernah saya pakai nyopir. Intinya hanya ada dua saja. Manual atau matic. Beberapa produk terakhir memang harus memperhatikan banyak hal. Seperti posisi handrem, cara starter, tuas pembuka mesin, pembuka tangki BBM, tempat dongkrak, dan lainnya.
Kalau waktu starter cukup putar tombol, mesin menyala, lepas handrem lalu injak pedas gas, mobil langsung jalan, tentu itu mobil matic. Tak perlu repot injak pedal kopling. Karena memang gak ada.
Beda dengan mobil manual. Harus injak kopling waktu oper persneling. Harus paham posisi tuas kopling pada gigi berapa. Mobil-mobil yang dimiliki Lazismu kebanyakan manual seperti mobil siaga bencana. Tapi beda-beda fiturnya. Lazismu punya mobil Navara, truk boks MDMC Jember ini. Sedangkan mobil matic ada 4 yaitu mobil pikap Hilux. Salah satunya Hilux Umsida yang sering keluar ke daerah bencana.
Lupa Oper Persnelling
Sewaktu mengendarai truk bok logistik MDMC Jember itu saya didampingi oleh Wakil Ketua MDMC Jember Ainul Fuad. Dia sebagai penunjuk jalan. Rute mana saja yang harus dilewati. Sesampai di seputaran alun-alun kota, truk berhenti karena lampu merah.
Saat lampu hijau, dengan santai saya oper persneling untuk jalan. Ehhh… ternyata mobil malah mundur. Terdengar bunyi klakson keras dari belakang berkali-kali. Saya berhenti. Langsung lihat persneling. Alamaaak.. ternyata bukan posisi gigi satu tapi atret.
Lihat ke spion langsung kaget. Di belakang ada mobil patroli polisi. Bersyukur belum sempat terjadi benturan. Tapi malu juga mosok sopir truk sampai lupa posisi persneling.
Peristiwa ini kelihatan sepele. Namun ada pelajaran. Pelajaran jadi sopir. Tidak sekadar menjadi sopir tapi harus sopir hebat, piawai. Coba kalau jadi penumpang. Tidak perlu repot-repot mikir. Tinggal naik. Bersantai di kursi jok. Bisa tidur. Tiba-tiba sudah sampai di tujuan.
Menjadi sopir harus memiliki kemampuan beradaptasi yang tinggi, jika mendadak ada masalah di jalan. Minimal paham kendaraan. Cara operasionalnya, tahu tata tertib berlalu lintas, peta jalan, mengerti jalan tikus, jalan alternatif, paham karakter pengendara di jalan dan anti ngantuk.
Sopir Kehidupan
Menjadi sopir itu menjadi wasilah keselamatan penumpang dan pengendara lain. Sopir ceroboh apalagi ugal-ugalan bisa mencelakakan orang lain.
Seperti kehidupan, menjadi sopir harus punya arah dan tujuan yang jelas dan tahu jalan yang harus dituju. Tahu kendala di lapangan seperti waktu dan daerah macet, saling serobot jalan, ban bocor, atau mesin mogok.
Dalam dunia usaha seperti pengelolaan perusahaan, sang sopir adalah pimpinan usaha atau pemilik usaha. Pimpinan harus tahu perusahaan mau dibawa ke mana. Maju dan menang atau mundur dan mati bersaing.
Segala hal tentang pemasaran, akuntansi/keuangan, produksi/pembelanjaan, sumberdaya manusia dan operasional perusahaan harus harus paham betul. Kapan harus tancap gas pemasaran, harus mengerem dan jeli produksi atau pembelanjaan.
Harus berhitung kocek perusahaan, memobilisasi karyawan dan harus piawai menjadi mayoret dalam orkestra operasional usaha. Pimpinan perusahaan harus adaptif terhadap gejala sosial atau pun perubahan aturan atau perubahan perilaku pasar.
Dengan demikian pimpinan bukan hanya bisa bertahan dalam usaha, namun harus bisa maju dan menang dalam tujuan usaha. Bagaimana dengan kita yang belum terbiasa dengan profesi ‘sopir’?
Sopir Diri
Marilah kita menjadi sopir untuk diri kita sendiri. Yakni punya target dalam kehidupan. Bisa target jangka pendek, menengah, atau jangka panjang. Langkahkan kaki untuk mencapai tujuan, hadapi segala rintangan yang ada di depan kita.
Gunakan karunia kesehatan dan kesempatan yang kita miliki ini untuk olah pikir, olah daya, olah karsa dan olah jiwa secara maksimal dan sesuai kapasitas kemampuan yang kita miliki.
Begitu juga ketika kita harus menjadi sopir di institusi mana pun atau di persyarikatan maka penting untuk menjadi sopir yang hebat, yang piawai. Menjadi sopir yang tahu kapan kendaraan yang kita sopiri harus berhenti. Kapan harus berjalan serta kapan memacu kendaraannya dengan sangat kencang yang akan membawa kendaraan maju dan menang.
Tetap semangat menjadi sopir, yang mengurus dengan serius, fokus dan terus menerus kendaraan yang kita kendarai dimana kita harus menjadi sopirnya. Bismillah.
Editor Sugeng Purwanto