PWMU.CO– Umar bin Khaththab masuk Islam dikisahkan kitab Sirah Ibnu Hisyam. Kisah sahabat Nabi ini diriwayatkan oleh Ummu Abdullah binti Abu Hatsmah yang saat itu bersiap-siap hendak hijrah ke Habasyah. Lalu di depan rumahnya lewat Umar bin Khaththab yang disapa oleh Nua’im bin Abdullah.
”Mau ke mana kamu, Umar?” tanya Nua’im.
”Aku pergi kepada Muhammad, orang yang keluar dari agama kita, memecah belah persatuan orang-orang Quraisy, membodoh-bodohkan mimpi-mimpi kita, melecehkan, dan menghina agama kita, akan aku bunuh dia,” jawab Umar.
Nu’aim bin Abdullah berkata,”Demi Allah, sungguh kamu tertipu oleh dirimu sendiri. Apakah Bani Abdu Manaf akan membiarkanmu bebas setelah kau membunuh Muhammad? Kenapa kamu tidak pulang kepada keluargamu dan menangani permasalahan mereka?”
Umar bin Khaththab bertanya,”Ada apa dengan keluargaku?”
Nu’aim menjawab,”Ya, saudara iparmu dan saudara misanmu Said bin Zaid bin Amr, dan Fatimah binti Khaththab. Sungguh, keduanya telah masuk Islam, dan mengikuti agama Muhammad. Karena itu perhatikan keduanya.”
Surat Thaha
Umar bin Khaththab berbalik arah menuju rumah adiknya Fatimah binti Khaththab. Di rumah adiknya ada Khabbab bin al-Arat yang sedang membacakan surat Thaha kepada Fatimah dan suaminya, Said bin Zaid.
Ketika mendengar suara Umar masuk, Khabbab bin al-Arat langsung bersembunyi. Fatimah binti Khaththab bergegas mengamankan lembaran surat Thaha di bawah pahanya.
Umar telah mendengar pembacaan surat itu.
Umar masuk rumah langsung bertanya, ”Suara apa tadi yang aku dengar?”
Sa’id bin Zaid dan Fatimah menjawab, ”Aku tidak mendengar suara apa-apa.”
”Demi Allah, sungguh aku telah mendapatkan berita bahwa kalian mengikuti agama Muhammad,” sergah Umar. Kemudian memukul saudara iparnya, Sa’id bin Zaid. Fatimah bangkit melindungi suaminya.
Lalu Umar juga memukul Fatimah hingga terluka. Fatimah dan Said marah langsung menantang Umar. ”Ya, kami telah masuk Islam, beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Silakan perbuat apa saja yang kamu inginkan.”
Umar ketika melihat darah di wajah adik perempuannya, langsung menyesali tindakannya. Hatinya jadi luluh. Dengan suara lebih lembut dia minta lembaran surat Thaha. ”Aku ingin melihat apa yang diajarkan Muhammad.”
”Kami khawatir kamu akan merampas lembaran ini,” ujar Fatimah.
”Kamu tidak perlu takut,” jawab Umar dengan bersumpah pasti mengembalikan lembaran itu.
”Saudaraku, sesungguhnya kamu najis, karena musyrik. Lembaran ini tidak boleh disentuh kecuali oleh orang yang suci,” kata Fatimah.
Umar berdiri lalu mandi. Usai mandi, Fatimah memberikan lembaran itu. Umar membacanya. Ketika membaca permulaan surat, dia berkata, ”Alangkah bagus dan mulianya perkataan ini.”
Bersyahadat Depan Nabi
Khabbab bin al-Arat yang mendengar komentar Umar lantas keluar dari persembunyiannya.
Khabbab berkata,”Hai Umar, demi Allah, aku berharap kiranya Allah menjadikanmu sebagai orang yang didoakan Nabi. Karena kemarin aku mendengar beliau berkata, ya Allah, kuatkan Islam ini dengan Abu Al-Hakam bin Hisyam atau dengan Umar bin Khaththab.”
Umar berkata, ”Hai Khabbab, tunjukkan kepadaku di mana Muhammad karena aku akan ke sana untuk masuk Islam.”
Khabbab menjawab,”Ada di Safa di salah satu rumah bersama sahabat-sahabatnya.”
Umar membawa pedangnya dengan terhunus berjalan menuju tempat Rasulullah saw dan sahabat-sahabatnya. Ia dobrak pintu rumah. Sahabat-sahabat mengintip dari celah pintu melihat Umar menghunus pedang. Sahabat takut segera memberitahu Rasulullah. ”Rasulullah, dia Umar bin Khaththab menghunus pedangnya.”
Hamzah bin Abdul Muththalib berkata, ”Biarkan dia masuk. Jika menginginkan kebaikan, kita berikan kebaikan. Kalau dia menginginkan keburukan, kita bunuh dia dengan pedangnya sendiri.”
Rasulullah juga berkata,”Biarkan dia masuk.”
Seorang sahabat membukakan pintu. Rasulullah menarik baju Umar sambil bertanya,”Apa yang mendorongmu datang kemari, hai anak Khaththab? Demi Allah, aku melihat jika kamu tidak menghentikan tindakanmu selama ini, Allah akan menurunkan siksa kepadamu.”
Umar menjawab, ”Muhammad, aku datang kepadamu untuk beriman kepada Allah, Rasul-Nya, dan apa saja yang kamu bawa dari Allah.”
Mendengar jawaban itu, Rasulullah bertakbir dengan keras. Sahabat-sahabat seisi rumah mengetahui Umar bin Khaththab masuk Islam bergembira. Islam dikuatkan oleh Umar bin Khaththab dan Hamzah bin Abdul Muththalib.
Sejak Umar bin Khaththab masuk Islam, kaum muslim mulai berani shalat di samping Kakbah. Kalau ada orang melarang atau mengejek Umar datang melawan. Mereka juga shalat bersama Umar di Masjidil Haram. (*)
Penulis/Editor Sugeng Purwanto