Mimpi Jadi Jurnalis Terwujud berkat PWMU.CO, ditulis oleh Nely Izzatul, co-editor PWMU.CO asal Lamongan yang kini bermukim di Yogyakarta.
PWMU.CO – Mimpi menjadi jurnalis adalah salah satu cita-cita masa kecil saya. Walaupun waktu itu belum tahu esensi jurnalis seperti apa? Intinya waktu kecil dulu saya ingin sekali menjadi wartawan.
Syukur alhamdulillah dalam perjalanan hidup saya ini Allah mempertemukan saya dengan PWMU.CO. Media online milik Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur yang banyak memberikan pengalaman berharga sampai saat ini.
Kalau tidak salah, tulisan pertama saya di PWMU.CO berjudul Nasyiah Berjuang agar Tak Ada Lagi Anak Miskin Dilarang Sakit. Berita pelantikan Pimpinan Cabang Nasyiatul Aisyiyah (PCNA) Brondong yang waktu itu menghadirkan Ketua Pimpinan Wilayah Nasyiatul Aisyiyah (PWNA) Jatim Aini Syukriah.
Setelah tulisan pertama sukses diterbitkan, saya pun bersemangat untuk mengirim tulisan yang lain. Kemudian saya mengirim tulisan lagi dengan judul Bukan Hanya Hapal, Metode TQT Membuat Penghapalnya Paham Makna Al-Qran.
Ketika menulis berita itu, saya kaget karena ditelepon langsung oleh editor, Ustadz Fatoni. Saya ditanya adakah hubungannya berita TQT ini dengan Muhammadiyah?
Lalu saya katakan “Ada, Ustadz. Karena penggagas metode itu adalah istrinya Mas Pradana Boy, dosen UMM,” kata saya.
Kemudian beliau pun meminta agar ditambahkan. “Karena PWMU.CO adalah milik Muhammadiyah, sehingga berita yang dikirimkan harus ada kaitannya dengan Muhammadiyah,” kata beliau waktu itu.
Semenjak itu saya heran. Kok editornya sampai begitu peduli dan bersedia untuk menelepon begini. Saya sungkan sekaligus terharu.
Ditolak Editor, Dikatakan Berita Basi
Satu dua tulisan diterbitkan, saya semakin kecanduan menulis. Saya pun bertekad menuliskan kegiatan-kegiatan Persyarikatan Cabang Brondong, Lamongan. Saya merasa di Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Brondong banyak kegiatan keren, namun masih sangat minim publikasi.
Oleh sebab itu, saat PCM Brondong mengadakan Pengajian Akbar dalam rangka Milad Muhammadiyah Ke-108 dengan mengundang Hajriyanto Y Thohari saya manfaatkan kesempatan itu dengan sangat baik. Saya menulis dan kembali mengirim berita ke PWMU.CO.
Namun jawaban editor membuat saya sangat down. Saya tiba-tiba lemas.
“Beritanya kok narsis, mengunggulkan cabang sendiri. Sudah lewat tiga hari lagi. Ini berita basi!” balasnya.
Ya Allah, seketika itu rasanya saya langsung tidak bersemangat lagi menulis.
Beruntung waktu itu pengiriman berita bisa dikirim lewat banyak pintu. Ditolak oleh satu editor, saya pun beralih ke editor lainnya.
Alhamdulillah, ternyata berita saya masih berkenan diterbitkan. Bahkan saat itu menjadi sangat viral. Judulnya Tahukah Kamu, Siapakah yang Mendustakan Muhammadiyah?
Resmi Memiliki Kartu Pers
Ditolak editor tentu tidak boleh membuat saya patah arang. Saya pun bertekad untuk terus menulis. Dengan keyakinan dan semangat itu, alhamdulillah pada 13 Januari 2019 saya diganjar pemimpin redaksi untuk memperoleh ID card (kartu pers) sebagai jurnalis PWMU.CO.
Tentu ini semakin membanggakan. Dengan adanya kartu pers itu, semangat menulis saya terus tumbuh. Bahkan, bagi saya kartu pers itu menjadi kartu sakti.
Atas adanya kartu pers itu, saya berhasil menerobos pintu Stadion Surajaya Lamongan untuk meliput kegiatan Milad Ke-109 Muhammadiyah bersama Prof Din Syamsuddin.
Saya pun berhasil menuliskan beberapa berita, di antaranya Din Syamsuddin: Warga Muhammadiyah Harus Halangi Persekongkolan Jahat di Negara ini dan Din Syamsuddin: Orang Cerdas Cukup dengan Isyarat untuk Pilih Siapa pada Pemilu 2019.
Buah manis sebagai kontributor PWMU.CO saya rasakan ketika bisa bertemu banyak tokoh dan mewawancarainya.
Saya bisa wawancara Buya Syafii Maarif, Bapak Dahlan Rais (Ketua PP Muhammadiyah), Bapak Agung Danarto (Sekretaris PP Muhammadiyah) Ketua Umum PPNA Mbak Diyah Puspitarini, Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah Cak Nanto hingga politisi PSI Tsamara Amany.
Diajak Naik Kelas menjadi Co-Editor
Jumat, 10 Januari 2020 Pukul 19.01 WIB Ustadz Fatoni mengirimkan WhatsApp kepada saya.
Assalamualaikum. PWMU.CO memberi kesempatan pada Anda untuk naik kelas, dari penulis menjadi co-editor. Jika Anda siap, maka akan kami ajak bergabung dalam pelatihan sehari menjadi co-editor.
Selanjutnya akan kami beri amanah dakwah untuk membantu mengedit berita-berita yang masuk ke redaksi. Ini semua demi memperbaiki kualitas (dan kecepatan) PWMU.CO.
Informasi selanjutnya akan kami sampaikan jika Anda siap bergabung.
Terima kasih.
Pemred
Atas tawaran itu, tentu saya harus meminta saran dan izin kepada suami. Lebih-lebih karena saat itu saya sudah ikut suami tinggal di Yogyakarta. Alhamdulillah suami mengizinkan, bahkan bersedia mengantarkan langsung ke Surabaya untuk mengikuti pelatihan, 26 Januari 2020.
Diminta untuk menjadi co-editor tentu merupakan sebuah kehormatan serta kesempatan berharga bagi saya untuk selalu belajar. Terima kasih PWMU.CO telah memberikan kesempatan itu.
Meskipun secara ragawi saya sudah tidak lagi menetap di Jawa Timur, mudah-mudahan saya masih bisa berkontribusi untuk PWMU.CO yang telah begitu banyak memberikan ilmu kepada saya ini.
Terima kasih PWMU.CO telah menjembatani impian saya, telah mewujudkan cita-cita masa kecil saya untuk menjadi jurnalis.
Semoga PWMU.CO semakin berjaya dan mendunia. Selamat! (*)
Editor Mohammad Nurfatoni