Setahun Covid-19, Tetaplah Berjuang para Perawat! Penulis: Ria Tri Wulandari, Perawat Ruang Isolasi Khusus (RIK) Rumah Sakit Muhammadiyah Gresik (RSMG).
Berita ini adalah Juara I Lomba Kepenulisan Feature “5 Tahun PWMU.CO”.
PWMU.CO – Ruangan seribu pintu di lantai satu, di pojok timur gedung lama, itu tampak lengang. Disebut seribu pintu karena ada pintu berlapis yang harus dilewati jika memasuki ruang ini. Ruang Isolasi Khusus (RIK) Arafah namanya.
Setelah pintu pertama, ada lorong ruangan, lalu pintu kedua. Setelah itu ada ruangan anteroom, kemudian pintu ketiga, barulah masuk ke kamar perawatan pasien RIK.
Di lorong ruangan, tampak lampu UV mensterilkan ruangan, troli tindakan, troli emergency lengkap dengan monitor tanda-tanda vital pasien, dan berbagai jenis alat bantu nafas serta tabung oksigen transport.
Dalam kamar perawatan pasien ada alat bernama hepafilter, untuk mensterilkan udara di dalam ruangan inap pasien RIK. Di sana tampak beberapa perawat RIK telah siap dengan hazmat dan alat pelindung diri (APD) level tiga. Kostum ini bisa dikatakan mirip dengan kostum astronot pada beberapa film animasi.
Salah satunya Muhammad Taufiq ‘Aini SKep Ns, Kepala Bidang Keperawatan Rumah Sakit Muhammadiyah Gresik (RSMG). Kepada PWMU.CO, Kamis (4/3/2021) Taufiq mengenang satu tahun pandemi Covid-19.
Pejuang Covid-19
Setahun Covid-19 berjalan dan belum jelas kapan berlalu ini, Taufiq mengaku bangga dengan profesinya. Menurutnya, perawat merupakan salah satu pejuang Covid-19 yang tak kalah penting.
Ia mengaku—sebagai petugas kesehatan yang ada di garda terdepan dalam penanganan Covid-19—tentu ada rasa was-was dalam melakukan perawatan. “Karena setelah merawat tentunya juga pulang ke rumah dan berkumpul dengan keluarga,” ungkapnya.
Taufiq mengakui ada kekhawatiran di sebagian petugas kalau membawa paparan ke anggota keluarga. Tetapi Taufiq meyakinkan kebijakan dan pengawasan manajemen di RSMG sangat baik terkait dengan APD petugas saat memberikan pelayanan atau saat bertugas.
Di antaranya, petugas yang berisiko dalam pelayanan harus memakai APD level 3. Itu pun tidak sekadar memakai, tetapi betul-betul diperhatikan cara pemakaiannya, apakah sudah benar atau tidak.
“Sehingga dalam kurun hampir satu tahun tidak ada perawat kami yang terpapar Covid-19 dari tempat tugasnya, namun ada beberapa karyawan yang positif karena paparan dari luar rumah sakit atau dari anggota keluarga,” tegas Taufiq.
Apabila ada yang sakit, baik diri sendiri atau keluarga, lanjutnya, maka rumah sakit meminta kejujuran perawat atau karyawan tersebut untuk menyampaikan sejak dini agar bisa segera mengambl tindakan.
“Selama kurun waktu satu tahun ini telah ada beberapa perawat kami yang terpaksa kami liburkan sementara karena hal tersebut,” kata dia.
Karena itu sebagai atasan, Taufiq tentu disibukkan dengan pengaturan ketenagaan. Ia akhirnya harus melakukan rotasi parsial, yaitu merotasi petugas dari unit lain yang agak longgar untuk membantu sementara.
Kadang ia minta kepala ruangannya untuk mengatur ketenagaan dengan jumlah tenaga yang ada. Bahkan ia juga merekrut karyawan kontrak pengganti sementara jika sudah tidak bisa mengatur ketenagaan yang ada.
Jika ada karyawan yang sakit, berdasarkan kebijakan manajemen RS maka Taufiq akan segera meliburkan sementara dan melakukan pemeriksaan terhadap karyawan tersebut. “Jadi itulah suka dukanya pengaturan ketenagaan saat pandemi apabila ada petugas yang terkonfirmasi positif Covid,” ungkapnya.
Peran Perawat di Tengah Pandemi
Taufiq menjelaskan, peran perawat di tengah pandemi memang ada banyak. Pertama, sebagai edukator, pemberi informasi terkait dengan pencegahan Covid-19, gejalanya, serta penatalaksanaan awal Covid-19.
Kedua, sebagai peneliti untuk perkembangan keilmuwan terkait asuhan keperawatan terhadap pasien dengan Covid-19. “Yakni merawat pasien secara langsung,” ujarnya.
Ketiga, sebagai pemberi asuhan keperawatan, pemberi asuhan langsung kepada pasien. Mulai dari tindakan keperawatan mandiri, seperti membantu kebutuhan intake atau asupan makan minum pasien, kebutuhan personal hygiene atau kebersihan diri pasien.
Taufiq menambahkan, tak hanya kebutuhan fisik saja, kebutuhan psikologis pasien dan keluarga pasien pun tak lupa diberikan oleh perawat di tengah-tengah memberikan layanannya.
Selain itu, lanjutnya, perawat juga menjalankan tugas sebagai tim medis. “Jadi perawat juga menjalankan tindakan kolaboratif dengan profesional pemberi asuhan (PPA), di antaranya memberikan terapi cairan, terapi obat, terapi oksigenasi kepada pasien sesuai dengan advice dokter penanggung jawab pasien,” paparnya.
Menjaga Diri
Peran penting perawat juga dibenarkan Kepala RIK RSMG Aliyatul Muhimmi SKep Ns. “Bukan tugas yang ringan memang, namun perawat harus tetap berjuang demi terciptanya kesehatan masyarakat,” kata dia.
Ia mengatakan, dalam menjalankan tugas yang tidak ringan ini, perawat harus mampu menjaga daya tahan tubuh sendiri, demi keberlangsungan perawatan pasien dan keamanan keluarga yang telah menunggunya di rumah.
Menurutnya, peran perawat dalam menjaga imunitas dirinya merupakan peran yang penting. “Pesan saya untuk rekan-rekan perawat, kita harus mampu menjaga imunitas sehingga kita bisa terus berjuang menghadapi pandemi ini,” ujarnya.
Karena tidak sedikit perawat yang gugur terpapar virus Covid-19 ini. Semoga kita senantiasa selalu dalam lindungan dan keberkahan Allah,” tuturnya.
Dalam menjalankan perannya sebagai pemberi pelayanan kepada pasien, Anita Nur Hidayah SKep Ns mengaku tersenyum bahagia saat pasien pulang dalam kondisi sehat.
Baginya, ucapan terima kasih dari pasien dan keluarga pasien mampu menyejukkan hatinya. “Walaupun kami sedang bertugas dengan peluh yang membanjiri tubuh kami yang terbalut APD level 3 ini,” ungkapnya haru.
Ungkapan terima kasih datang dari salah satu pasien yang telah menjalani perawatan kurang lebih satu bulan. “Terima kasih banyak sudah merawat kami, semoga para perawat RIK RSMG selalu diberikan kesehatan dan tetap semangat dalam merawat seluruh pasien,” ujar pasien yang enggan disebut namanya itu. (*)
Setahun Covid-19, Tetaplah Berjuang para Perawat! Editor Mohamamd Nurfatoni