Peran Muhammadiyah Selamatkan Bangsa dari Tuberkulosis ditulis oleh dr Mohammad Fahmi Nuur Fauzan
General Practitioner (GP) Mentari TB Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan.
PWMU.CO – WHO menetapkan tanggal 24 Maret sebagai Hari Tuberkulosis Sedunia. Penetapan itu untk mengenang jasa Dr Robert Koch yang telah berhasil menemukan penyebab penyakit Tuberkulosis, yakni Mycobacterium tuberculosis, pada 24 Maret 1882.
Pada saat itu, wabah ini sedang menyebar di Eropa dan Amerika, yang menyebabkan kematian satu dari tujuh orang.
Hari ini kita memperingantinya. Tujuannya, untuk mengingatkan kembali bahwa—selain pandemi Covid-19 yang belum usai—masih ada masalah kesehatan yang belum selesai penanganannya. Yaitu wabah penyakit Tuberkulosis.
Oleh karena itu penting menyusun strategi baru untuk mengatasinya. Seperti bagaimana penemuan kasus baru, investigasi kontak, pengobatannya, monitoring evaluasi pengobatan, pencatatanya, dan promosi kesehatannya.
Tingginya Kasus TBC RO
Menurut laporan WHO tahun 2018, negara Indonesia menempati peringkat kedua sebagai negara dengan beban penyakit Tuberkulosis tertinggi di dunia. Dengan insidensi sebesar 316 per 100.000 penduduk.
Atau diperkirakan sebesar 845.000 kasus, dengan angka kematian akibat TBC sebesar 35 per 100.000 penduduk atau sekitar 93.000 orang meninggal akibat TBC pada tahun 2018.
Dari sekitar 845.000 kasus TBC di Indonesia sebesar 24.000 kasus sudah mengalami resistance (kebal) obat (TBC RO).
Pada tahun 2019 sebanyak 11.463 pasien telah terkonfirmasi laboratorium yang resisten terhadap Rifampicin bahkan beberapa obat TBC (MDR/RR-TB).
Sayangnya hanya sekitar 49 persen pasien TBC-RO yang sudah memulai pengobatan. Artinya masih ada sekitar 12.000 pasien TBC-RO belum mendapatkan pengobatan yang berpotensi menjadi sumber penularan di masyarakat dan meningkatkan angka kematian.
Peran Muhammadiyah
Muhammadiyah ikut terpanggil dalam menyelesaikan masalah tersebut. Oleh karena itu Majelis Pembina Kesehatan Umum (MPKU) Pimpinan Pusat Muhammadiyah bekerja sama dengan USAID—dengan program Mentari TB—membentuk jaringan RS Rujukan Layanan TBC RO.
Proyek dengan Direktur dr Pitut Aprilia Savitri M.KK ini melibatkan enam RS Muhammadiyah dari tiga provinsi. Yaitu DIY dengan RS PKU Muhammadyah Gamping Sleman. Jawa Tengah dengan RS PKU Muhuammadiyah Gombong Kebumen dan RS PKU Romani Kota Semarang.
Ketiga RS itu ditargetkan membuka layanan pada tanggal 24 Maret 2021. Sebagai Technical Officer adalah dr Ratna Ekasari.
Sedangkan dari Jawa Timur ada RS Muhammadiyah Lamongan, RS Universitas Muhuhammadiyah Malang, dan RS Ahmad Dahlan Kota Kediri. Ketiganya ditargetnya membuka layanan akhir Juni 2021. Sebagai Technical Officer adalah Emi Yuliana Ulya M Kes sebagai .
Kegiatan ini akan mendukung Strategi Nasional Penanggulangan TBC 2020-2024, khususnya operasionalisasi strategi dua.
Yaitu peningkatan akses layanan TBC yang bermutu dan berpihak pada pasien, khususnya layanan TBC RO, serta berkontribusi dalam pencapaian target nasional di 2020 untuk menyediakan layanan TBC RO di Indonesia. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni