PWMU.CO – Isak tangis warnai kisah tunanetra berprestasi yang pernah dibully. Isak tangis siswa peserta IKMB pecah saat Innik Hikmatin MPdI menceritakan bagaimana perjuangan Muhdi, seorang tunanetra, yang harus berusaha lebih keras daripada anak-anak lain untuk agara dapat diterima di sekolah umum.
Peristiwa itu berlangsung saat SD Muhammadiyah 2 GKB (Berlian School) mnggelar I Know Myself Better (IKMB) , Kamis (18/3/2021). Suasana penuh haru saat Innik mengisahkan pengalaman bullying yang menimpa Muhdi: siswa dengan disabilitas tunanetra. Bukan hanya siswa, pemateri pun itu larut dalam haru.
Innik tak kuasa membendung derai air mata. Sambil terisak ia berkisah tentang Muhdi yang pantang menyerah meski punya keterbatasan dalam melihat. Sontak peserta IKMB—yang seolah langsung menyaksikan perjuangan Muhdi— turut dalam suasana haru.
Innik menceritakan bagaimana perjuangan belajar Muhdi yang saat SMP mengalami bullying, namun ia mampu berprestasi. Bahkan, kini Muhdi sukses menjadi mahasiswa di Universitas Negeri Surabaya (Unesa).
Menurutnya, dalam proses belajar dulu, banyak rintangan yang harus dilewati hingga Muhdi harus berhari-hari tanpa sapaan guru dan teman sekelas.
“Bukan tak ingin menyapa tetapi lingkungan merasa kesulitan menyampaikan sapa. Bagaimana jika kita tidak disapa oleh teman-teman kita? Pasti tidak enak,” ujar ibu berkacamata itu.
Anak-anak terbawa pada kisah tersebut hingga isak tak terbendung. Di kolom chat, tampak beberapa siswa berkomentar dengan emoticon menangis. Bahkan ada yang menyatakan terharu. Tak hanya siswa, Innik dan beberapa guru pendamping siswa (GPS) yang bergabung juga ikut menangis. Suasana berubah penuh haru.
Kemudian Innk mengajak anak-anak untuk memahami lingkungan. Agar memiliki kesadaran untuk bersikap inklusif, menerima dan menghargai perbedaan. Tidak membully dan ramah terhadap sesama.
Innik sengaja menceritakan kisah Muhdi dan siswa lainnya untuk menyentuh sisi emosi siswa. “Dengan begitu anak-anak bisa berempati,” ujar Kepala UPT Resource Centre Dinas Pendidikan Kabupaten Gresik itu.
Kenalkan Inklusif
IKMB kali ini mengusung tema Menumbuhkan Budaya Inklusif dengan Menekan Perilaku Bullying: Inclusive Yes, Bullying No!
Zaitun Nailiyah SPsi bersama Sayyidah Nuriyah SPsi dari Bidang Bimbingan Konseling Berlian School yang menggarap acara yang mengikutkan 98 siswa kelas V dan VI beserta para GPS.
Zaitun Nailiyah membuka dengan tepukan semangat bersama seluruh siswa yang telah bergabung dalam Zoom Cloud Meeting. “Tepuk semangat” seru Ustadzah Lely —sapaan akrabnya—yang bersambut: “Prok…prok…prok…hu…prok…prok…prok…ha huuu haaa,” secara serempak oleh anak-anak.
Sambil menunggu pemateri bersiap, anak-anak bermain tepuk dan sharing tentang pengetahuan mengenai apa itu bullying dan macamnya.
Respon baik ditunjukkan oleh anak-anak. Salah satunya oleh Almeer Mohammad Razzana Bashri Alarif, Kelas VI Sultan Muhammad Al-Fatih, yang bercerita pengalaman bullying yang pernah dialaminya. “Saya pernah di-bully, dimintai uang tapi saya menolak memberikan uang,” ungkapnya. Ia menyampaikan bahwa ketika di-bully harus menunjukkan keberanian dan tidak boleh membiarkan saja.
Sentuh Sisi Spiritual
Innik Hikmatin mengajak anak-anak bersyukur dengan memastikan tampak semangat dan senyum. “Ayo anak-anak hebat semua tersenyum, karena tersenyum menandakan kita bahagia,” nasihatnya.
Dan ketika bahagia, sambungnya, maka hal itu menunjukkan kita bersyukur atas karunia Allah SWT yang kemudian menjadikan kita percaya diri
Innik lalu menyampaikan tafsir Surat Abasa 1-11 sebagai sentuhan awal soal bullying. Ayat itu mengisahkan seorang buta bernama Abdullah Bin Ummi Maktum yang datang kepada Rasulullah. Lalu Allah memerintahkan beliau untuk tidak bermuka masam dan menyambutnya karena boleh jadi ia hendak belajar.
Hikmah dari kisah Nabi Muhammad SAW tersebut agar kita bersikap ramah kepada siapapun atau menerima lingkungan yang inklusif. “Berteman dan saling menyapa satu sama lain itu akan membuat kita menebarkan energi positif,” kata Innik.
Dalam kesempatan itu, Innik sempat membahas lagu Berlian Bersinar yang mengandung spirit Inklusif. Santun dalam bertutur kata/berakhlakul karimah/ hangat segala suasana/ SD Muhammadiyah 2 GKB yang indah penuh dengan warna-warna/aku dan juga sahabatku bahagia selalu, karena sekolahku surgaku.
Menurut dia, lagu tersebut menggambarkan spirit Berlian School sebagai sekolah yang ramah. Anak-anak dapat belajar dengan semangat menandaskan dan bahagia tanpa ada bully.
“Bu Innik tertarik sekali dengan lagu yang diputar di awal acara ini, menandakan Berlian School sekolah yang inklusif dan ramah anak,” ungkap Innik. (*)
Penulis Fatma Hajar Islamiyah Editor Mohammad Nurfatoni