Cara Mengajar di Sekolah Finlandia oleh Ahmad Muzaki, guru SD Muhammadiyah Manyar Gresik. Tulisan ini Juara Harapan I Lomba Menulis Opini 5 Tahun Milad PWMU.CO.
PWMU.CO- Pandemi Covid-19 telah memasuki babak baru. Tanggal 2 Maret 2021 lalu genap satu tahun. Belum ada yang bisa memastikan kapan sekolah akan buka kembali. Wacana memasukkan siswa pada tahun ajaran depan pun masih harus menunggu hasil kajian yang lengkap.
Harus kita akui, satu tahun belakangan ini merupakan pukulan terberat bagi kita semua. Bidang pendidikan misalnya, sejak pemerintah memutuskan menutup semua sekolah, mau tidak mau membuat guru berpikir keras agar bisa menyelenggarakan pembelajaran yang efektif kendatipun dilakukan secara daring (online).
Sekolah daring memaksa pembelajaran jadi melunak. Jam pembelajaran lebih singkat sehingga guru dan murid banyak waktu bersama keluarga di rumah. Guru-guru tidak lagi berpatok pada daftar nilai karena sudah tak bisa lagi dijadikan jaminan. Kita menilai keberhasilan siswa hanya dari soal dalam form elektronik atau kuis yang kita sendiri juga tidak bisa memastikan keabsahannya.
Sistem pendidikan kita telah berubah. Itulah kenyataan yang harus kita terima. Kita tidak bisa lagi membawa cara mengajar lama ke dalam medan perang yang disebut Sekolah Daring.
Seorang pelaut hebat pernah berkata, ”Jika kita tidak bisa mengubah arah angin saat badai menerjang, kita bisa mengubah arah kapal tanpa harus melupakan tempat tujuan.” Maknanya, akan selalu menemukan jalan lain yang bisa dilewati tanpa harus melawan bencana.
Jika sekolah masih secara daring, kita tidak harus memaksakan keadaan dengan bencana pandemi Covid-19. Apalagi punya keterbatasan fasilitas. Cukup ubah arah haluan dan perlahan kita ubah gaya pengajaran. Pengajaran yang lebih bersahabat dan bisa diterapkan di masa pandemi adalah melihat cara mengajar di Finlandia yang dinyatakan sistem pendidikan terbaik di dunia.
Model Finlandia
Melalui bukunya Teach Like Finland, Timothy D Walker, seorang guru berkebangsaan Amerika Serikat yang tinggal di Finlandia berhasil membuka mata dunia soal cara mengajar yang baik. Di dalam buku itu dituliskan kiat yang dilakukan guru-guru di negeri Skandinavia itu yang membuat siswa berhasil mengungguli siswa dari negera lain dalam Tes PISA (Program for International Student Assesment), pada tahun 2001 dan terus membaik hingga beberapa tahun terakhir.
Para pengamat pendidikan keheranan bagaimana para siswa Finlandia bisa bersaing dengan China, Amerika, dan Jepang yang umumnya selalu memiliki skor PISA tertinggi anpa mengikuti kelas tambahan dan daftar tugas yang mengantre untuk dikerjakan.
Ternyata ada beberapa strategi yang dilakukan guru-guru di Finlandia untuk membuat kelas dan pembelajaran lebih menyenangkan sehingga diduga mampu meningkatkan motivasi belajar siswa. Cara mengajar ini bisa kita adopsi sebagai upaya mengubah gaya pengajaran.
Durasi Belajar
Pendidikan Finlandia hanya menghabiskan waktu 36 jam per pekan untuk sekolah. Jadi menghabiskan waktu tidak lebih dari 6 jam per hari. Itu pun belum termasuk jeda istirahat selama 5 menit setiap satu jam pelajaran.
Waktu yang lebih lama justru untuk bercengkerama dengan teman-teman. Tidak ada guru yang memangkas jam istirahat. Begitu juga ketika pulang sekolah, tidak ada guru dan murid yang menghabiskan waktu lebih lama di sekolah. Pukul 4 sore semua sekolah di Finlandia sudah sepi.
Ini berkaitan dengan mindset orang-orang Finlandia yang percaya bahwa dengan membatasi jam belajar memiliki efek bagi jiwa sehingga saat kembali ke sekolah besoknya, murid dan guru sudah lebih siap.
Merujuk cara mengajar di negeri Eropa Utara itu, buatlah kelas daring lebih singkat. Sediakan jeda yang cukup setiap akan berganti pelajaran. Selain me-refresh otak, kegiatan ini juga bagus untuk meminimalisasi radiasi yang dapat dipancarkan gawai sebagai media utama pembelajaran daring.
Pelajaran Mendasar
Karena pengajaran dibuat begitu singkat, maka perlu pemadatan materi pelajaran. Guru-guru di Finladia terbiasa menyusun rencana pembelajaran yang singkat dengan berfokus pada mengajarkan hal-hal yang mendasar.
Sebagai guru kita terkadang terlalu bersemangat membuat rencana pembelajaran yang semenarik mungkin. Seringkali guru berusaha untuk menekankan pembelajaran yang berorientasi pada siswa dengan menghadirkan pengalaman nyata sampai lupa esensi yang perlu disampaikan.
Menghadirkan suasana takjub siswa saat mengamati proses terbentuknya lahar dengan membuat replika gunung api memang sangat menyenangkan. Namun, apakah waktunya cukup?
Alih-alih bisa memahami prosesnya, siswa akan lebih fokus kepada bentuk gunung api yang mereka buat. Saya tidak menyarankan untuk menghilangkan pembelajaran berbasis praktik. Namun, sebagai guru kita perlu mempertimbangkan dan menyusun ulang alokasi waktu untuk menjajarkan rencana pembelajaran lebih dekat dengan tujuan pembelajaran. Dengan begitu guru tidak perlu terganggu dengan aspek-aspek tambahan di luar pengajaran.
Problematika lain yang sering dihadapi guru saat harus membuat materi ajar lebih padat adalah apakah semua materi bisa tersampaikan semua di akhir semeseter? Menghadapi probelmatika seperti ini, guru-guru Finlandia terkadang mengajarkan pelajaran yang masih tersisa dalam tahun ajaran lalu pada tahun ajaran yang sedang berjalan.
Belajar sambil Bergerak
Sebuah penelitian telah menunjukkan bahwa kegiatan fisik dapat menangkal obesitas, mengurangi risiko penyakit kardiovaskular, memperbaiki fungsi kognitif dan secara positif memengaruhi kesehatan mental (Walker,2015).
Siswa yang diminta untuk duduk tenang selama pelajaran akan cenderung menjadi tidak aktif sepanjang hari. Hal ini berarti jutaan anak kehilangan manfaat dari gerak aktif secara fisik. Untuk membuat siswa bergerak tidak perlu membuat jadwal senam bersama. Guru bisa mencipatakan game ringan yang berhubungan dengan fisik di sela-sela pelajaran.
Hal ini cocok sekali bagi sekolah yang menyelengarakan pengajaran via meeting room. Terlalu lama duduk dan memadang layar komputer dapat menurunkan daya konsentrasi anak. Adanya penyegaran berupa kegiatan fisik dapat membantu anak untuk kembali fokus pada pembelajaran.
Berikan Tanggung Jawab
Paling mendasar yang membedakan suasana pembelajaran di Finlandia dengan negara-negara lain adalah kepercayaan yang tinggi kepada siswa. Kepercayaan ini tidak hanya ditunjukkan oleh guru-guru di sekolah, melainkan juga oleh lingkungan mereka.
Di negeri itu lazim ketika melihat anak sekolah dasar pulang sendiri tanpa ada pengawasan orang tua. Ini semata adanya kepercayaan yang tinggi dari lingkungan kepada siswa. Kaitannya dengan pembelajaran daring kita bisa memberikan kepercayaan dan tangung jawab melalui sebuah proyek kerja individu yang terstuktur. Berikan ruang pada siswa untuk mengeskplor pelajaran melalui uji coba yang dilakukannya sendiri.
Ciptakan Tes Evaluasi Sendiri
Kita sepakat bahwa setiap siswa memiliki potensi yang berbeda. Membuat evaluasi pembelajaran atau tes yang terstandar bukanlah kebijakan yang baik dalam menanggapi keberagaman ini.
Di Finlandia hampir tidak ada tes yang terstandar, namun bukan berarti guru-guru tidak pernah menguji siswanya. Mereka membuat tes evaluasi sendiri yang disesuaikan dengan kemampuan siswa dan cakupan belajar yang telah diselesaikan.
Bahkan sudah lazim jika seorang guru berdiskusi dengan murid perihal kesepakatan nilai yang akan ditulis guru pada rapor siswa. Meskipun terdengar aneh, namun membicarakan nilai dengan siswa adalah hal yang baik.
Melalui kegiatan ini siswa dapat mengetahui dan mengukur kemampuannya sendiri. Melalui diskusi pribadi, guru dapat memberikan siswa pemahaman yang lebih baik perihal kemampuan mereka. Ini merupakan strategi yang dapat menolong mencerminkan pembelajaran mereka dan pada akhirnya mendukung mencapai penguasaan dalam kelas.
Editor Sugeng Purwanto