PWMU.CO – Sosok di Balik Sukses 23 Ruang Virtual Ekskul Berlian School. Sore itu sekolah tampak lengang. Hampir semua guru dan karyawan sudah pulang. Sementara itu, Koordinator Bidang (Korbid) Olahraga, Seni, dan Teknologi (OST) Alimmatul Ghoriyah SH baru memulai peran pentingnya di ruang kesiswaan.
OST merupakan sebutan populer untuk kegiatan ekstrakurikuler (ekskul) di SD Muhammadiyah 2 GKB (Berlian School).
Ima, sapaan akrabnya, menyiapkan virtual class (kelas maya) melalui Zoom Clouds Meeting di laptop dan ponselnya sekaligus. Sebab, OST Qira’ah putra dan putri mendapat giliran melaksanakan kelas maya pada Senin sore (8/3/2021) itu.
Dia segera menyalakan aplikasi Zoom di laptop. Tidak menunggu lama, Hidayah—sapaan akrab Pembina OST Qiraah putri, Hidayatul Islamiyah—bergabung, hampir bersamaan dengan beberapa siswi peserta OST. Selanjutnya, Ima mengajak mereka menunggu kehadiran peserta lainnya.
Lantas Ima beralih menyalakan aplikasi Zoom di ponselnya. Selang beberapa menit, Barok—sapaan akrab Pembina Qiro’ah Putra Ahmad Mubarok—bergabung, teapi para siswa peserta OST tidak mengikutinya. Lima belas menit kemudian, muncul dua siswa di layar Zoom tersebut.
Ima memantau keduanya secara bergantian. Setelah menyapa peserta Qiraah putri, dia menonaktifkan suara Zoom-nya. Kemudian Ima mengaktifkan suara Zoom Qiraah putra sebelum menyapa para siswa di sana.
Setelah para pembina mengambil alih “ruang kelas maya” itu, Ima dapat bernapas lega. Berbekal daftar presensi, dia lanjut mencatat siapa saja peserta yang hadir. Sesekali, Ima mengimbau peserta yang tidak menjawab saat pembina memanggilnya.
Totalitas Rutinitas
Begitulah kesibukan Ima selama pukul 15.00 hingga sekitar 16.00 WIB, saat ekstrakurikuler dilaksanakan. Menyelenggarakan ekstrakurikuler virtual otomatis menjadikannya moderator juga. Sambil memantau; Ima mengondisikan siswa, memberikan umpan-balik kepada pembina, mengecek presensi, hingga menutup kegiatan.
Di tengah kesibukannya menjadi pengajar Al-Islam dan Kemuhammadiyahan, Ima serius menggarap program OST. Menghubungi pembina, membagikan jadwal sampai memantau pelaksanaan OST sudah menjadi kudapan sehari-hari Ketua Bidang (Kabid) Kader Pimpinan Cabang (PC) Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Ahmad Dahlan Surakarta tahun 2018-2019 itu.
Biasanya, dia membuat tautan Zoom pukul 11.00 WIB, kemudian membagikannya ke WhatsApp Group wali kelas untuk diteruskan ke wali Siswa. Sebab, Ima mengungkap, sekolah memang menyediakan fasilitas Zoom yang tidak terbatas waktu. Lain halnya jika pembina sendiri yang membuat tautan, maka waktu pertemuan terbatas 40 menit saja.
Ima mengikuti kelas maya dari awal hingga berakhir untuk mengantisipasi pembina yang terlambat, padahal beberapa siswa sudah hadir di depan layar Zoom masing-masing. “Pernah ada (pembina) yang masuk (Zoom) pukul 15.15 WIB. Jadi selama 15 menit awal saya mengajak anak-anak flashback (mengulas kembali) materi kemarin yang saya ingat,” terangnya.
Cegah Siswa Tinggalkan Ruang Zoom
Jika Ima tidak mengajak ngobrol siswa yang hadir, biasanya siswa meninggalkan ruang kelas virtual. Sehingga, untuk mempertahankan kehadiran peserta, ia mengajak berbincang santai sambil menunggu pembina datang. Kepada PWMU.CO, Ima menceritakan pengalamannya saat ia dan para siswa menunggu kehadiran pembina dalam hening.
“Lho, belum ada ustad pembinanya!” ujarnya saat bercerita menirukan celetuk salah satu siswa yang baru bergabung, tapi langsung keluar dari ruang Zoom. Mendengar celetukan itu, beberapa siswa lain ikut keluar. Jadi tinggal Ima dan setengah dari jumlah peserta yang bertahan menunggu pembina datang.
Begitupun sebaliknya, kadang pembina sudah hadir tepat waktu, tetapi ada beberapa siswa yang belum bergabung. Ima langsung menghubungi wali kelas siswa tersebut. Jika ada grup di media sosial—seperti WhatsApp atau Telegram—maka dia langsung menghubungi di grup itu.
Pandemi Memaksa Adaptasi
Begitulah gairah beradaptasi tampak di Berlian School. Menurut Ima, cara terbaik menjamu tamu—yang kehadirannya tak diundang—bernama Covid-19 adalah dengan beradaptasi. Apalagi, sambungnya, mendapat fasilitas teknologi canggih sehingga bisa terus melakukan proses adaptasi.
“Sekolah mempunyai akun kelas virtual unlimited, jadi sangat membantu beradaptasi ke kelas virtual, alhamdulillah (OST) bisa terlaksana semuanya,” ujar Ima yang terus memfasilitasi siswa untuk mengembangkan potensi diri di tengah pandemi melalui 23 kegiatan ekstrakurikuler.
Sesuai sebutan populernya, OST, kegiatan ini terbagi dalam tiga bidang: olahraga, seni, dan teknologi. Pada bidang olahraga terdapat tapak suci, bulu tangkis, catur, archery (memanah), berkuda, renang, basket, futsal, sepak bola, dan wall climbing (panjat dinding).
Ekstrakurikuler bidang seni: melukis, handy craft (kerajinan tangan), cheff class (kelas memasak), English fun (Senang Berbahasa Inggris), Japanesse (Bahasa Jepang), qiraah, paduan suara, keyboard, gitar, tari tradisional, serta film indie dan vlogger. Sisanya—robotik dan cyberg (pemrograman informasi)—termasuk bidang teknologi.
Selama pandemi, semua kegiatan OST dilaksanakan bergantian, Senin-Sabtu, di mana satu hari fokus menyelenggarakan satu kegiatan. “Alhamdulillah, walaupun saat pandemi tidak dianjurkan (berkegiatan) tatap muka alias (harus) PJJ, OST tetap berjalan meski harus bergantian setiap pekannya,” katanya.
Sejak Berlian School mengutus Ima untuk mengemas OST secara virtual, para siswa mengikuti OST melalui Zoom dan Google Classroom. Untuk waktunya yaitu pukul 15.00-16.00 WIB setiap Senin sampai Jumat, sedangkan khusus hari Sabtu pukul 10.00-11.00 WIB.
“Banyak yang berbeda, tapi perbedaan itu tidak menjadi halangan untuk tetap mengasah potensi siswa, khusunya di bidang non-akademik,” kata lulusan S-1 Hukum Ekonomi Syariah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Surakarta—sekarang berganti UIN Raden Mas Said—itu.
Ragam Inovasi
Meski baru menjabat sebagai Korbid OST sejak pandemi, gagasan inovasinya sudah berjalan. Mengevaluasi dari pengalamannya, di mana selalu menyelenggarakan ekstrakurikuler di luar waktu jam pelajaran efektif, maka Ima menggagas program inovasi guest teacher (guru tamu).
Melalui program yang digelar setiap bulan ini, ia berkesempatan untuk menyelenggarakan program OST di tengah jam efektif sekolah. Sesuai kesepakatan dengan Tim Kurikulum tentunya, sebab pelaksanaan program ini menggeser jam pelajaran tertentu.
Ima telah dua kali mengundang guru tamu sebagai pemateri kelas maya OST. Salah satunya, pada program Guest Teacher OST Robotik (5/2/2021). Saat itu Ima mengundang Muhammad Ali Fikri ST—kakak kelasnya—yang kini bekerja di Machine Vision Indonesia.
Tak hanya itu, bersama rekannya dari SD Mugeb, Mar’atus Sholichah SPd, Ima juga menggelar program-program kolaborasi yang populer dengan “OST Collabs Edition”.
Mereka menyelenggarakan program ini satu kali setiap pekan. Dengan kompak, mereka pula yang menjadi pemandu acaranya. Sementara itu, secara begiliran, pembina dari SD Berlian dan SD Mugeb menjadi pemateri.
Baru-baru ini, Sabtu (13/3/2021) pagi, Ima menyelenggarakan OST Cyberg yang boleh diikuti seluruh siswa. Dengan niat awal mengenalkan program ekstrakurikuler yang masih sedikit peminatnya, maka seluruh siswa kelas I sampai VI boleh mengikuti program khusus tersebut.
Bersama sang Pembina OST Cyberg Didin Rosyadi SKom, sebuah permainan edukasi berbasis fitur pemrograman hadir di layar Zoom. “Dengan begitu, siswa mengetahui alternatif permainan edukasi berbau pemrograman selama belajar di rumah. Syukur-syukur ada (siswa) yang berminat mengikuti (OST Cyberg) setelah tahu serunya mengenal permainan bahasa pemrograman sejak dini,” jelas guru berdomisili Sambogunung, Dukun, Gresik itu.
Menjadi Fasilitator Multitalenta
Menariknya, Ima mampu menggantikan beberapa pembina OST yang tiba-tiba mengabari tidak bisa hadir satu menit sebelum acara dimulai. Padahal tautan Zoom sudah dibagikan ke siswa. “Ustadzah, maaf ya ini ternyata ada acara lain,” ujarnya menirukan pesan pembina yang masuk di ponselnya.
Merasa bertanggung jawab atas penyelenggaraan OST, Ima memutuskan tetap melanjutkan kelas virtual tersebut. Ia berani menjadi (pengganti) pembinanya. “Mana mungkin saya tiba-tiba meliburkan, ‘Lho anak-anak, pembinanya ternyata nggak datang, (OSTnya) libur, jadi anak-anak boleh keluar Zoom ini’, kan nggak mungkin,” terangnya.
Mau-tidak-mau, Ima segera memutar otak untuk menyiapkan materi dan mengajarkannya kepada para peserta yang sudah ‘duduk manis’ di depan Zoom. Misal, pada saat menggantikan pembina OST Film Indie, Ima segera mencari tau dunia perfilman di Google. “Saya mengganti dan mengisi materi tentang film pendek. Lucu! Saya guru Al-Islam, tapi jadi mengajar film he-he-he…,” ungkapnya sambil tertawa.
Mendapat amanah jabatan ini—kemudian ia anggap sebagai tantangan—Ima memberanikan diri untuk mengambil risiko dan menghadapi segala konsekuensinya. “Saya beranggapan kalau orang lain saja bisa, kenapa saya nggak,” tuturnya. (*)
Penulis Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni