PWMU.CO – Wow keren! Adu Kreasi Daur Ulang Plastik di GKB 4.4. Berlian School menanamkan entrepreneurship pada siswa lewat kreasi daur ulang di Gebyar Karya Berlian (GKB) 4.4. Puncak acaranya terselenggara pada Sabtu (3/4/21) pagi.
GKB 4.4 merupakan rangkaian kegiatan lomba daur ulang plastik bagi siswa kelas I-III dan daur ulang tempat sampah untuk siswa kelas IV-V. Panitia memamerkan seluruh produk karya lomba ini pada puncak acara yang bersamaan dengan bazar Big Sale 4.4.
Dua hari sebelum acara puncak, panitia juga memamerkan produk-produk itu secara daring melalui Instagram. Lewat pameran daring ini panitia mengenalkan katalog online produk yang dijual. Jadi produk kreasi daur ulang bisa dipesan terlebih dahulu, lalu diambil pada puncak acaranya.
Menurut Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan Nur Hamidah SPd, kegiatan GKB 4.4 ini sebagai refreshment (penyegaran) bagi siswa pasca-PTS (penilaian rengah semester.
Bakat Terpendam
Koordinator Ikwam Divisi Lingkungan Hasmiati mengapresiasi produk hasil lomba daur ulang. “Karyanya keren-keren walaupun hanya terbuat dari bahan bekas. Bunda dan anak-anak menghasilkan karya yang luar biasa unik, diluar ekspektasi,” ujarnya kepada PWMU.CO, Ahad (4/4/21).
Padahal, menurutnya, tenggat waktu pembuatannya termasuk singkat: sepekan. Panitia mengumumkan pendaftaran kegiatan lomba pada Senin (22/3/21). Sedangkan waktu pengumpulan karya daur ulang kelas I-III pada Selasa (30/3/21) dan untuk kelas IV-V pada Rabu (31/3/21).
Melihat kualitas karya pameran daur ulang, Mia menduga banyak siswa yang memiliki potensi diri dalam berkreativitas mendaur ulang plastik dan barang bekas. “Ternyata banyak bakat terpendam,” komentarnya.
Ia juga bersyukur, melalui kegiatan ini bersama Ikwam dan sekolah, bisa menyelesaikan “PR” untuk memfasilitasi siswa memunculkan bakat terpendam mereka.
Bernilai Jual
Tak hanya itu, Mia—panggilannya—juga bangga produk-produk pada pameran itu dapat bernilai jual. “Alhamdulillah banyak yang terjual,” terangnya.
Sejak awal, panitia memang telah menetapkan batas maksimal harga jual produknya, yaitu Rp 20 ribu. Jadi saat mendaftarkan karyanya secara daring, siswa juga ikut menentukan harga jualnya.
Sama halnya dengan sistem bazar Big Sale 4.4, seluruh hasil penjualan karya daur ulang ini juga akan kembali ke masing-masing pembuat karya.
“Mengingat, siswa telah berupaya membuat kreasi daur ulang itu secara sungguh-sungguh. Dengan mengetahui hasil karyanya dapat dijual, akan tumbuh kebanggaan tersendiri dan lebih percaya terhadap hasil karyanya,” ungkapnya.
Juara Kreativitas Daur Ulang
Selain menggelar pameran karya lomba daur ulang siswa, panitia juga mengumumkan pemenang lomba daur ulang plastik dan tempat sampah.
Para juri memutuskan masing-masing satu juara terbaik dari setiap jenjang kelas dan satu juara favorit. Berikut para juaranya:
- Rahmah Khamidah kelas I Bali dengan kreasi vas bunga dan bunga dari limbah sendok plastik.
- Rafif Brahmasdur S. kelas II al-Jamal dengan kreasi miniatur rumah dari limbah sedotan plastik.
- Muhammad Aqiel Kaukaba kelas III Celcius dengan kreasi kotak tisu dari limbah tutup botol
- M. Faisal Awaludin kelas IV Tanggedu dengan kreasi tempat sampah dari bekas jeriken.
- Atya Najla kelas V al-Hambra dengan kreasi tempat sampah dari bekas kaleng cat.
- Mohammad Zaidan Putra Prayoga kelas I Bima meraih juara favorit dengan kreasi hiasan kaktus dari limbah botol plastik.
Kakbotkas: Kaktus Botol Bekas
Kaktus hijau dengan aksen duri putih—berbentuk tanda silang berjajar vertikal—lengkap dengan pot mini cokelatnya berhasil memikat juri. Mohammad Zaidan Putra Prayoga memberinya nama Kakbotkas, yaitu kaktus dari botol bekas.
Siapa sangka hiasan kaktus ini berasal dari bekas botol plastik Sprite. Zaidan—sapaan akrabnya—melilitnya dengan benang wol berwarna hijau. Di mata juri, kerapian dan estetika karya Zaidan itu sangat menonjol.
“Rapi sekali menempelnya, telaten, unik juga ya, lucu,” ujar Wakil Kepala Sekolah Bidang Pengembangan Pendidikan Farikha SPd yang bertugas sebagai salah satu jurinya.
Padahal, berdasarkan cerita Ria Ekawati—sang bunda—Zaidan awalnya sempat mengurungkan niatnya mengikuti lomba ini. Sebab, dia belum menemukan ide kreasi daur ulang yang unik.
“Agak ragu. Gak punya ide. Awalnya bikin ini (tempat pensil dari kresek), tapi kok kesannya biasa saja, kurang unik, sudah umum,” ujarnya melalui pesan Instagram, Ahad (4/4/21).
Melihat semangat Zaidan menurun, apalagi saat itu pekan PTS masih berlangsung, Ria Ekawati mengajak Zaidan menggali inspirasi dari kanal YouTube.
“Lihat-lihat tutorial daur ulang di YouTube,” ungkapnya.
Setelah mendapat inspirasi dari salah satu video yang mereka temukan di sana, siang setelah mengerjakan PTS, Zaidan mulai mengeksekusi botol Sprite yang sudah ada di rumah. Tidak memerlukan waktu lama. Malam harinya, Zaidan bisa lanjut fokus belajar guna menyiapkan PTS keesokan harinya.
Sementara itu, agar lebih menarik, Ria Ekawati menambahkan rajutan bunga merah muda di atas kaktusnya. Setelah menyelesaikan karya itu, mereka langsung memotret dan mengunggahnya di formulir pendaftaran.
Tidak berhenti membuat satu karya, bersama sang bunda, Zaidan juga membuat dua karya daur ulang lainnya: kelinci kantong kresek (Kelikasrek) dan bonsai kantong kresek (Bonkasrek).
Harga Produk Daur Ulang
Zaidan dan Ria Ekawati mengaku kesulitan saat mengisi formulir pendaftaran online karya daur ulang. Pasalnya, mereka wajib mengisi harga jual kreasi berbahan bekas itu.
“Paling bingung kasih harga, daur ulang bahan bekas gini kalau mahal siapa yang mau beli?” pikirnya.
Bingung, Zaidan akhirnya memasrahkan perihal menentukan bandrol harga ke bundanya. Ria Ekawati akhirnya mengetik lima belas ribu rupiah. Harga yang wajar menurutnya untuk sebuah produk daur ulang sederhana.
Tapi ternyata saat proses penilaian, juri kaget melihat bandrol harga murah hiasan kaktusnya. Kemudian, karena terpilih sebagai juara, panitia sepakat tidak menjualnya.
Tuhan telah menyiapkan pengganti rezekinya. Setelah kaktus itu dipamerkan di meja terdepan—bersama kreasi peraih juara lainnya—banyak wali siswa dan guru yang mengenal bunda Zaidan mampu merajut.
Alhasil, sepulang dari puncak GKB 4.4 itu, bunda Zaidan langsung mendapat pesanan kreasi rajut. “Dapat orderan 3 pcs dari mama-mama Ikwam dan guru,” ujarnya sambil mengucap syukur.
Hasil Kolaborasi dan Sinergi
Kegiatan ini dilaksakan melalui kolaborasi Bidang Kemahiran Hidup Berlian School dengan Ikatan Wali Murid (Ikwam). Dalam sambutannya, Wakil Ketua Ikwam Kusnawati mengapresiasi kegiatan ini. Sebab, menurutnya, kegiatan ini berhasil menyinergikan Ikwam, Koordinator Kelas, dan pihak sekolah.
Sementara itu, Kepala Berlian School Fauzuddin Ahmad SPd, dalam sambutannya, mengapresiasi keterlibatan wali siswa dalam proses pembuatan karya daur ulang.
“Terima kasih kepada wali siswa yang telah membantu ananda membuat produk karya daur ulang barang bekas, yang awalnya tidak terpakai jadi kreasi baru,” ucapnya.
Proses kerja sama antara orangtua dan anak ini, menurutnya, sangat cocok dilakukan untuk mengisi waktu luang yang memiliki nilai manfaat di rumah, terutama selama pandemi. (*)
Penulis Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni