PWMU.CO – Minat Baca Tinggi Perempuan dalam Jeruji, Nasyiah Kado Buku. Dalam sehari seorang penghuni Lapas Perempuan Kelas IIA Kota Malang bisa melahap satu buku novel tebal atau dua buku berhalaman sedang.
Sayangnya, koleksi buku perpustakan lapas perempuan itu sangat terbatas. Dengan minat baca yang tinggi, maka hampir semua judul buku sudah dibaca oleh penghuni lapas. Bahkan ada yang sudah dibaca dua atau tiga kali.
Kasubsie Bimkemaswati Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Perempuan Kelas IIA Kota Malang, Hamlana, menceritakan semangat literasi warganya itu saat menerima kunjungan Departemen Sosial Pimpinan Wilayah Nasyiatul Aisyiah (PWNA) Jawa Timur, 20 Maret 2021 yang lalu.
“Lapas memang memiliki koleksi buku di perpustakaannya. Namun karena tingginya minat baca sehingga hampir semua buku yang ada sudah pernah dibaca bahkan ada yang sudah dibaca dua hingga tiga kali berturut-turut,” ungkapnya.
Memang, Hamlana menjelaskan, di masa pandemi Covid-19 ini lapas sangat membatasi aktivitas di luar bagi para penghuninya. Sebaliknya, mereka didorong untuk berkegiatan di dalam.
“Namun, kondisi warga lapas juga tetap perlu diperhatikan. Pembinaan harus terus berjalan dan kegiatan yang paling memungkinkan adalah dengan membudayakan gerakan membaca bagi warga binaan yang ada di lapas,” terangnya.
Klop dengan Program Nasyiah
Probelm keterbatasan judul buku di perpustakan Lapas Perempuan Kelas IIA Kota Malang itu ternyata berjodoh dengan gerakan literasi yang Nasyiah—nama populer Nasyiatul Aisyiyah—gelorakan.
Dalam kunjungan itu Nasyiah membawa sejumlah buku—novel, motivasi, refleksi, dan lain-laian—sebagai kado bagi perempuan yang nasibnya sedang tidak beruntung itu. Buku tersebut merupakan hasil penggalangan donasi dua bulan sebelumnya. Donasi berupa buku dan uang yang kemudian dibelikan buku baru.
“Sebagai organisasi perempuan muda yang fokus pada isu perempuan dan anak, Nasyiah terus bergerak mengawal hak-hak perempuan dengan beragam status sosialnya, termasuk hak berliterasi,” kata Ria Eka Lestari, Ketua Departeman Sosial PWNA Jatim yang memimpin rombongan.
Menurtunya, gerakan pencerdasan masyarakat Indonesia harus terus dilakukan. Terlebih kondisi pandemi yang belum berakhir dan berakibat pada pembatasan ruang-ruang diskusi bagi semua kalangan.
“Kali ini, kami berbagi buku bacaan kepada warga binaan lapas Kota Malang agar mereka bisa menikmati sajian cerdas dari buku bacaan. Kami selalu mengedepankan gerakan literasi untuk semua. Prinsip ini dipegang teguh oleh Departemen Sosial PWNA Jatim,” ujar Tari, sapaannya.
Guru SD Muhammadiyah Manyar (SDMM) Gresik itu menegaskan. Nasyiah ingin terus melakukan gerakan pemberdayaan, tidak terkecuali kepada warga binaan dengan meningkatan budaya literasi. Hal itu, menurutnya, dapat memberikan kontribusi positif terhadap keterampilan warga binaan dalam berbagi hal dalam diri mereka.
“Saya ingat judul tulisan Galang Kurniawan, Literasi dalam Jeruji. Tulisan tersebut membuka mata kami bahwa tak ada sekat dalam berliterasi. Siapapun berhak menghadirkan dunia baru pada pembacanya. Di manapun kita berada, berhak menjelajahi setiap ruang-ruang tanpa harus beranjak,” ujarnya.
“Ke depan, PWNA Jatim ingin terus bergerak dalam hal pemberdayaan. Bukan hanya berhenti pada lapas kota Malang saja namun bisa pada tempat-tempat lainya,” tambah dia. (*)
Penulis Maharina Novi Editor Mohammad Nurfatoni