PWMU.CO – Bertepatan dengan puncak milad ke-104 Muhammadiyah dalam kalender miladiyyah, 18 November, Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah menyelenggarakan resepsi Milad di Sportorium, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Kamis (17/11). Ketua Umum PP Muhammadiyah, DR Haedar Nashir, menyampaikan pidato tentang makna penting milad. Berikut adalah beberapa cuplikannya.
Menurut Haedar, perayaan Milad bagi Muhammadiyah tidak boleh berhenti sebagai seremonial belaka. Milad harus kita jadikan pembangkit spirit perubahan yang mendorong usaha-usaha strategis untuk melahirkan pusat-pusat keunggulan dan perluasan daya jelajah perjuangan Persyarikatan menuju Muhammadiyah berkemajuan.
(Baca juga: Berkarya Kreatif: Inilah 12 Penerima Muhammadiyah Award 2016, 3 dari Sekolah Jatim)
“Jadikan Milad sebagai momentum kolektif guna mendorong semangat tanwir (pencerahan) dan taghyir (perubahan) guna membangun Muhammadiyah Berkemajuan,” terang Haedar tentang makna milad bagi sebuah pergerakan.
Haedar melanjutkan, jika Muhammadiyah dalam kurun terakhir begitu bergelora mengusung tema gerakan “Islam Berkemajuan” dan “Indonesia Berkemajuan”, maka modal utamanya harus dari Muhammadiyah Berkemajuan, yakni Muhammadiyah yang unggul di segala bidang kehidupan.
Pepatah Arab menyatakan, faqir asy-syaiy laa yu’thi, bahwa orang yang tidak mempunyai apa-apa tidak mungkin dapat memberi apa-apa. “Maka menjadi suatu keniscayaan bahwa Islam dan Indonesia yang berkemajuan hanya lahir dan tercipta dari rahim Muhammadiyah berkemajuan,” jelas Haedar.
(Baca juga: Kisah Haedar Nashir tentang Isi 2 Kali Pertemuan dengan Presiden Jokowi Soal Ahok)
Dalam perayaan milad itu, Haedar berpesan agar warga Muhammadiyah mengingat spirit kemajuan yang menjadi inspirasi awal Kyai Dahlan mendirikan Muhammadiyah. “Melalui Muhammadiyah, umat Islam Nusantara yang saat itu kolot dan tertinggal berubah wajah menjadi Islam Indonesia yang Berkemajuan.”
Kini tantangan bagi para pimpinan dan warga Persyarikatan, tegas dosen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ini, ialah bagaimana menjadikan Muhammadiyah di seluruh tanah air menjadi jauh lebih maju. “Bikinlah sekolah, perguruan tinggi, rumah sakit, pusat-pusat bisnis, lembaga pelayanan sosial, dan model-model dakwah komunitas yang unggul secara luas di pelosok tanah air.”
(Baca juga: Penjelasan Konsolidasi Nasional Muhammadiyah yang Berdekatan dengan Penetapan Tersangka Ahok)
Karena itu, kata Haedar, Muhammadiyah tidak boleh berpuas diri atas capaian keberhasilan amal usaha dan kiprah yang telah dilakukan saat ini. “Muhammadiyah harus melakukan terobosan baru dalam mengembangkan amal usaha dan usaha-usaha dakwah yang berkeunggulan.”
Dalam hal pengembangan program ekonomi dan bisnis yang konkret, tambah Haedar, harus menjadi perhatian khusus Muhammadiyah sebagai ikhtiar mengembangkan pilar ketiga amal usaha strategis di abad kedua. “Inilah tugas dan tanggung jawab terberat pimpinan dan aktivis Muhammadiyah di seluruh tanah air,” kata Haedar.
(Baca juga: Serius Jelaskan Kiprah Internasional MDMC, Berhenti Sejenak karena Difoto)
Jika dulu Muhammadiyah punya semboyan “sedikit bicara banyak bekerja”, maka Haedar mengajak untuk membangkitkan kembali etos yang baik itu dengan semboyan baru. “Sedikit bicara, banyak berpikir dan bekerja,” jelas Haedar tentang semboyan baru.
“Mari kita bicara seperlunya dengan tulus dan jujur di ruang publik, tetapi perbanyaklah berpikir yang cerdas dan maju, serta memperluas amal usaha dan dakwah bil-hal yang unggul berkemajuan.” (kholid)