Wahabi, Salafi, Syiah oleh M Rizal Fadillah, pemerhati politik dan kebangsaan.
PWMU.CO– Wahabi dan Salafi dituduh sebagai pintu masuk dan benih terorisme adalah ngawur, sentimentil, dan berbahaya. Sebab terorisme bisa muncul dari paham apa pun. Bahkan terorisme sekuler sangat berbahaya bagi ketenangan kehidupan masyarakat beragama.
Negara Arab Saudi tak bisa lepas dari sejarah Muhammad bin Abdul Wahab, sosok peletak dasar paham Islam puritan yang kemudian dikenal sebagai Wahabi. Perguruan tingginya seperti Ummul Quro Makkah, ulamanya dominan berpaham Wahabi telah melahirkan ulama dan doktor di seluruh dunia muslim termasuk Indonesia.
Dari semua doktor dan ulama lulusan universitas itu tak ada yang jadi teroris. Tapi ada satu orang yang suka memaki-maki dan menuduh Wahabi itu berbahaya dan sumber teroris. Padahal dia menerima beasiswa dari pemerintah Saudi yang dituduhnya itu.
Kalaulah ISIS atau al-Qaeda Usamah bin Ladin yang dituduh sebagai biang teroris saat ini belum tentu mereka Wahabi. Mereka menjadi radikal akibat ketidakadilan dunia Barat yang mengeksploitasi umat Islam. Mereka melawan dengan keras untuk menghancurkan dominasi itu.
Teroris Sesungguhnya
Wahabi dan Salafi tidak memusuhi negara manapun termasuk Indonesia. Kaum Salafi jauh dari watak radikal apalagi teroris. Aksi unjuk rasa saja dihukumkan haram. Melawan pemerintah tidak boleh.
Demikian juga dengan Wahabi yang bersumber dari Saudi. Wahabi malah dimusuhi dengan keras oleh kaum Syiah. Mereka dinyatakan sebagai nawashib, kafir oleh Syiah.
Akar paham Syiah adalah radikalisme dan terorisme. Konsep imamah menciptakan permusuhan dan perlawanan terhadap ideologi negara di mana pun. Spirit balas dendam dengan kekerasan ditarik dari pembantaian Karbala yang sebenarnya akibat dari watak khianat pengikut Syiah sendiri. Menyakiti diri (tathbir) dengan senjata tajam adalah ajaran kekerasan dan terorisme Syiah.
Bapak terorisme di Indonesia adalah aktivis Syiah yang tiba dari pembinaan di Qom Teheran. Namanya Muhammad Ibrahim Djawad yang melangkah dengan timnya melakukan peledakan bom Candi Borobudur tahun 1985. Sembilan bom meledak. Dia sendiri kabur ke Iran. Anak buahnya juga yang meledakkan bom bus Pemudi dan Seminari Al Kitab Malang.
Jadi pintu masuk radikalisme dan terorisme jelas bukan Wahabi atau Salafi melainkan Syiah. Ada orang yang mengaku pejuang pluralisme dan Islam rahmatan lil alamin justru memuji-muji Syiah, tapi menghantam Wahabi bertubi-tubi. Sikap itu yang justru membahayakan NKRI.
Mereka ini dengan Kristen, Syiah, Ahmadiyah bisa berbaik baik bergandeng tangan penuh toleransi tetapi dengan Salafi dan Wahabi malah menonjok-nonjok. Lebih ironi lagi menyatakan Islam dari Arab itu berbahaya karena radikal dan intoleran. Lho memangnya Islam itu muncul dari Segoro Kidul?
Saudi Arabia adalah negara di mana terdapat Makkah Mukarromah kiblat umat. Ada Madinah Munawwarah, Kota Nabi. Islam lahir di negeri ini. Nabi Muhammad juga lahir di tanah padang pasir ini. Bukan di atas Gunung Kawi. Karena itu jangan salah arah kiblat. (*)
Bandung, 15 April 2021
Editor Sugeng Purwanto