PWMU.CO – Manajemen diri di bulan Ramadhan bisa melalui doa disampaikan Heru Kusumahadi Lc MPdI dalam kegiatan Webinar Ramadhan Pesantren Kilat Darul Arqam (PKDA) Spemdalas, Kamis (15/4/21).
Dalam acara yang mengambil tema Self Management, Menggapai Ramadhan Penuh Arti yang diikuti siswa kelas VI-IX SMP Muhammadiyah 12 GKB (Spemdalas) Gresik dia mengatakan dengan doa berarti mengingatkan kita sebagai hamba.
“Hamba harus memohon pada Allah SWT melalui doa. Khususnya di bulan Ramadhan ini, doa harus diperbanyak dan dimanajemeni dengan baik sehingga memiliki nilai,” ujarnya.
Saat berpuasa, lanjutnya, doa kita memiliki keistimewaan untuk dikabulkan. Maka, sambungnya, kita harus bisa menikmati Ramadhan dengan kualitas doa.
Buat Daftar Doa
Heru Kusumahadi menjelaskan untuk bisa mencapai target dalam manejemen diri, doa yang dipanjatkan harus dibuat list selama bulan Ramadhan.
“Kurang lebih 12 jam kita bisa memanjatkan doa saat berpuasa. Mulai selesai sahur dan menjelang buka puasa,” jelasnya.
Dia memaparkan kalau dalam 1 keluarga, ayah, ibu, dan juga anak bisa manajemen doa dengan membuat ‘daftar doa’, maka doa bisa menjadi media belajar dalam self management.
“Tidak hanya doa berkaitan duniawi, tetapi yang lebih penting adalah urusan akhirat tentunya,” tegasnya.
Doa Setelah Buka Puasa
Heru Kusumahadi mengungkapkan doa yang sangat luar biasa adalah ketika setelah berbuka puasa. Untuk itu, kita harus mengetahui adabnya.
“Setelah mendengarkan kumandang azan, kita harus membatalkan puasa terlebih dulu dengan membasahi kerongkongan. Setelah itu, selama 3 menit, kita harus melafalkan doa tersebut,” ujarnya.
Di waktu itulah, tekannya, ada kesempatan besar Allah akan mengabulkan doa yang dipanjatkan hambanya.
Dengan doa inilah, sambungnya, seorang hamba bisa membangun menajemen diri dengan lebih baik. Manajemen yang pastinya dibangun oleh diri sendiri menjadi kunci suksesnya seorang hamba.
Madrasah Keikhlasan
Heru Kusumahadi mengatakan bulan Ramadhan adalah kesempatan hamba untuk belajar keikhlasan. Bulan ini adalah cara dan waktu yang cocok untuk dijadikan madrasah kebaikan ini.
“Karakter ikhlas harus diraih ketika menjalankan puasa. Ikhlas saat puasa berbeda dengan saat menjalankan salat. Kita khusuk ketika ada guru yang lihat sehingga gerakan dan bacaan dibaik-baikkan. Ini sudah tidak ikhlas lagi,” jelasnya.
Saat puasa, lanjutnya, ibadah dan semuanya tentang puasa harus didasarkan pada keikhlasan hamba dalam menjalankan mulai terbitnya fajar sampai tenggelamnya matahari.
Dalam kesempatan yang sama, Heru Kusumahadi juga mengatakan supaya bulan Ramadhan memiliki makna dan mampu membangun diri dengan nilai kebaikan, maka berinteraksi dengan al-Quran harus menjadi barometer untuk terus ditingkatkan.
“Turun al-Quran di bulan Ramadhan, lho,” tandasnya. (*)
Penulis Ichwan Arif. Editor Mohammad Nurfatoni.