PWMU.CO – Kajian Ramadhan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur menghadirkan nara sumber bintang disampaikan Prof Dr Biyanto MAg melalui WhatsApp, Jumat (16/4/21).
Wakil Sekretaris PWM Jawa Timur mengatakan pemateri yang diundang pada hari Sabtu-Ahad (17-18/4/21) bisa dikatakan semuanya bintang.
“Ada Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Sekum PP Muhammadiyah, Dubes Indonesia untuk Lebanon, mantan Ketum PP Muhammadiyah, Kemenko PMK, dan epidemolog dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI),” ujarnya.
Para nara sumber, lanjutnya, akan menyampaikan paparan sesuai dengan perspektifnya masing-masing.
“Paparan mereka sangat penting untuk menyiapkan pikiran, sikap, dan perilaku warga Muhammadiyah dan umat untuk memulai penataan kehidupan era baru pasca pandemi,” jelasnya.
Media Pengayaan Wawasan
Prof Dr Biyanto MAg mengungkapkan Kajian Ramadhan (KR) sebagai media pengayaan wawasan keilmuan pimpinan dan anggota Muhammadiyah dan Aisyiyah terkait dengan topik-topik aktual.
Dia mengatakan kegiatan KR ini selain untuk kegiatan keilmuan, juga penting sebagai momentum untuk berkoordinasi.
“Tahun lalu, kegiatan KR ditiadakan. Padahal kegiatan KR telah menjadi agenda tahunan yang selalu ditunggu warga Muhammadiyah. Harus diakui, kegiatan KR PWM Jatim selalu meriah dengan peserta sekitar 3.000 (tiga ribu) jamaah,” ujarnya.
Biasanya, lanjutnya, kegiatan ini dilaksanakan di Dome Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), karena peserta selalu melimpah. Setelah libur tahun lalu karena pandemi, maka tahun ini KR dilaksanakan kembali.
“Yang berbeda KR dilaksanakan secara luring-daring. Anggota PWM akan hadir di kantor PWM. Satu narasumber KR, Prof Din Syamsuddin, akan hadir secara luring,” jelasnya.
Hidup Pascapandemi
Prof Dr Biyanto MAg menjelaskan tema yang dipilih adalah Hidup Pascapandemi. Tema kini diangkat karena saat ini pandemi sudah mulai melandai, terjadi penurunan kasus baru Covid-19.
“Untuk itu, PWM memandang penting untuk menyiapkan kehidupan pasca pandemi,” ungkapnya.
Yakni, sambungnya, kehidupan dengan norma-norma baru dengan tetap memraktikkan protokol kesehatan. Hal itu penting karena kita belum tahu persis kapan pandemi berakhir. (*)
Penulis Ichwan Arif. Editor Mohammad Nurfatoni.