PWMU.CO – Pemerintah dan rakyat sudah seharusnya menjaga maiyah (kebersamaan) dalam menghadapi pandemi Covid-19 saat ini.
Hal itu ditegaskan Prof Dr Din Syamsuddin MA pada Kajian Ramadhan 1442 H Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur yang diselenggarakan melalui Zoom dan Youtube, Ahad (18/04/2021)
Din Syamsuddin mengatakan, dalam menghadapi musibah Covid-19 sudah seharusnya kita menampilkan maiyatullah (kebersamaan dengan allah, membersamai Sllah) dalam menghadapi musibah.
“Maiyatullah ini yang sesungguhnya dipesankan al-Qur’an ketika kita menghadapi musibah. Maiyah penting, baik maiyatullah maupun maiyatunnas (kebersamaan dengan sesama manusia) dan maiyah dalam usrah (keluarga),” katanya.
Dalam kehidupan politik, Din memberikan pandangan, dibutuhkan maiyah baina rai wa raiyah. Kebersamaan antara pemimpin dan rakyat.
“Bagaimana agar kita bersama-sama. Bukan malah seperti ada pertentangan suasana kebatinan atau psikologi dalam menghadapi pandemi ini. Umara, ulama, umat mutlak perlu ada kebersamaan,” tandasnya.
Peraturan yang Adil
Menurut Din, boleh, kalau rakyat tidak disiplin, ditegakkan disiplin, apalagi melarang kerumunan, tapi harus juga secara berkeadilan.
“Dan lebih penting lagi yaitu menumbuhkan kesadaran dalam diri rakyat. Dan jangan ada kebijakan yang bertentangan dengan prinsip al-maiyah (kebersamaan) tadi,” katanya.
Dalam suasana musibah seperti saat ini, Din mengatakan, mutlak perlu kebersamaan antara pemerintah, umara, ulama, dan umat.
“Jadi inilah saatnya bersama-sama. Jangan ada yang berdusta. Jangan ada yang mengail di air keruh. Jangan ada yang mau mengambil keuntungan. Dan mohon maaf bisa diungkapkan datanya menyangkut perobatan, menyangkut vaksin,” ucapnya.
Di tengah keprihatinan Covid-19, Din mengaku menyayangkan ada beberapa pihak yang justru memanfaatkan kesempatan bahkan sejumlah Undang-undang (UU) disahkan.
“UU tentang minerba misalnya, padahal itu hanya memberi peluang pada tujuh perusahaan batu bara untuk melanjutkan konsesinya sampai sekian puluh tahun bahkan ada previllage-previllage baru,” katanya.
Dia menuturkan, sudah seharusnya pemerintah dan rakyat senasib sepenanggungan dalam kondisi ini. Dan semesetinya musibah ini bisa mendorong manusia untuk menemukan obat vaksin Covid-19.
“Agar kita bisa menunjukkan, likulli dain dawaaun, setiap penyakit itu ada obatnya. Tapi sayangnya tidak ada Perguruan Tinggi (PT) yang menemukan vaksin di negeri kita ini, sehingga harus mengimpor vaksin. Padahal kalau anggaran dari negara diberikan kepada PT, mungkin kurang dari enam bulan, bisa dibuat vaksin,” tuturnya. (*)
Penulis Nely Izzatul Editor Mohammad Nurfatoni