Tiga Bentuk Syukur dan Lima Aplikasinya, Khutbah Jumat Inspiratif oleh Fauzan El Hasyim MPd, Anggota Majelis Tabligh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jatim
اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ جَعَلَ القُرأَنَ إِمَامًا، وجَعَلَ نَبِيِّنَا صَلَى اللهُ عَليْهِ وَسَلَّمَ أُسْوَةً حَسَنَةً، وَجَعَلَ دِيْنَ الإِسْلاَمِ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْن، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَا اللهُ وأَشْهَدُ أَنَّ محمدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَمَنِ اتَّبَعَهُمْ صِرَاطَ الْمُسْتَقِيْمِ
أَمَّا بَعْدُ . فَيَا عِبَادَ الله أُصِيْكُمْ وَنَفْسِــيْ بِتَقْــوَى الله فَقَــدْ فَازَا الْمُتَّقُــــوْنَ.كَمَا قَال اللهُ تَعَالَى فِيْ كِتابِهِ الكَرِيْم: أَعُوْذُ بِاللهِ منَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْم، يَا أيُّهَا الَّذِيْنَ أَمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ ولَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَاَنْتُم مُسْلِمُونَ. وَقَالَ أَيْضًا، يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ أَمَنُوا اتَّقُوا االله وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِـــرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا
Hadirin jamaah shalat Jumat yang dirahamati Allah
Mengawali khutbah pada siang hari ini marilah kita bersama-sama meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah SWT dengan takwa yang sebenarnya, yaitu melaksanakan seluruh perintah-perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya.
Tiga Bentuk Syukur
Sebagai insan yang beriman dan bertakwa, kita juga harus senantiasa bersyukur terhadap nikmat yang telah diberikan-Nya kepada kita. Yaitu dengan bersyukur yang sebenarnya. Bersyukur yang sebenarnya di sini ialah syukur yang melibatkan tiga hal:
Pertama, asy-Syukru bil qalbi, yaitu bersyukur yang kita mulai dari hati. Ada keinginan, niat, atau kegelisahan dari hati untuk bersyukur kepada Allah SWT.
Kedua, asy-Syukru bil lisan. Yaitu bersyukur dengan lisan, ialah cara bersyukur yang sering kita ungkapkan saat ini yaitu ungkapan alhamdulillahi rabibbil alamin.
Ketiga, asy-Syukru bil Af’al yaitu bersyukur dengan amal perbuatan. Cara bersyukur yang ketiga ini sebagai bukti kalau diri kita ini benar-benar bersykur kepada Allah SWT. Misalnya, dengan cara bersedekah, berinfak dan menggunakan sebagaian harta untuk berjihad fisabilillah, terkait dengan sikap syukur tersebut Allah SWT berfirman dalam surat al-Baqarah ayat 172,
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُلُوْا مِنْ طَيِّبٰتِ مَا رَزَقْنٰكُمْ وَاشْكُرُوْا لِلّٰهِ اِنْ كُنْتُمْ اِيَّاهُ تَعْبُدُوْنَ
“Wahai orang-orang yang beriman! Makanlah dari rezeki yang baik yang Kami berikan kepada kamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika kamu hanya menyembah kepada-Nya.”
Hadirin jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah
Dalam ayat di atas, Allah SWT memerintah orang-orang yang beriman agar memakan makanan yang baik-baik dari rezeki yang telah Allah anugerahkan kepadanya. Rezeki yang halal dan baik, serta dibutuhkan oleh tubuh kita. Karena ada makanan itu halal tapi tidak dibutuhkan oleh tubuh kita.
Lalu setelah itu Allah melanjutkan, “Dan bersyukurlah kepada Allah.” Artinya jangan hanya menikmati terus lupa bahwa kenikmatan tersebut datang dari sisi Allah SWT. Kita diminta untuk selalu ingat kepada-Nya yang telah menganugrahkan atau yang memberi nikmat tersebut.
Pada akhir ayat, Allah menutupnya dengan ungkapan “Jika kamu hanya menyembah kepada-Nya.” Kalimat ini sebuah penegasan dari dua perintah tersebut menggetarkan jiwa. Di dalam surat Ibrahim ayat 7 Allah SWT berfirman:
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِى لَشَدِيدٌ
“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-ku) maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.”
Ayat ini berkaitan dengan sikap orang Yahudi, yang enggan bersyukur. Padahal mereka termasuk kaum yang paling banyak mendapatkan nikmat dari Allah SWT. Misalnya saat mereka diselamatkan dari kebiadaban dan kekejaman Fir’aun.
Juga anak laki-laki mereka diselamatkan dari pembunuhan (penyembelihan kepada anak laki-laki yang lahir dari bani Israil) hal tersebut merupakan nikmat yang sangat besar akan tetapi mereka tetap tidak mau bersyukur.
Maka dari itu kita sebagai orang-orang yang beriman, peristiwa tersebut menjadi pelajaran bagi kita, jangan sampai diri kita ini terjangkit virus kesombongan yang nantinya memunculkan sikap takabbur. Dan menganggap kenikmatan tersebut merupakan buah dari usaha pribadi yang dilakukan selama ini tanpa melibatkan Allah sebagai Sang Khaliq.
Akan tetapi hendaknya diri kita ini senantiasa selalu bersyukur kepada Allah SWT sehingga dengan bersyukur tersebut muncul lah sikap-sikap positif dalam diri kita, di antaranya sabar, ikhlas, tawakal, dzikullah, dan husnudzan.
Hakikat Sabar
As-Shobru, yaitu sabar, atau menahan diri. Artinya seseorang yang selalu bersyukur kepada Allah maka dia dapat menahan dirinya dari tiga hal.
Sabar dalam menjalankan perintah Allah, mereka dengan mudah menjalankan agamanya tanpa beban sedikitpun, misalnya perintah shalat, puasa zakat, dan perintah-perintah lainya dia tau maktu dan melaksanakannya dengan baik, sehingga tidak pernah mengeluh, baik itu dalam kondisi sakitpun atau dalam waktu sibuk dan dalam perjalanan.
Hadirin Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah
Sabar dalam menjauhi hal-hal yang dilarang oleh Allah. Seperti yang kita ketahui bahwa di dalam hidup ini kita dihadapkan dengan dua hal yaitu kebaikan dan keburukan. Kebaikan sebagai perintah Allah dan akan mengantarkan kita kepada ridha-Nya dan keburukan sebagai larangan-Nya dan menyebabkan murka-Nya.
Sehingga kita diminta untuk sabar beserta istiqomah dalam menjauhinya, meskipun hal itu sangat menggiurkan hati, misalnya perbuatan menyogok, korupsi, berzina, dan lain-lain.
Sabar dalam menghadapi ujian dan cobaan. Sudah hampir satu tahun kita bersama Covid-19, virus yang sangat ganas, mengerikan, dan selalu menghantui hidup kita. Karena memang tidak sedikit memakan korban bahkan di Indonesia sendiri, ribuan nyawa wafat.
Sehingga membuat kita tidak sebebas dulu, kita betul-betul diajari untuk hidup disiplin, di awal tahun 2021 ini kita diperhadapkan dengan semakin naiknya angka pasien Covid-19, jatuhnya pesawat Sriwijaya SJ-182, banjir di Kalimantan Selatan, gempa bumi Sulawesi Barat, gunung Merapi meletus dan lain-lain.
Ini merupakan ujian dan cobaan untuk kita. Ssan kita sebagai hamba yang baik harus yakin bahwa cobaan dan ujian tersebut datangnya dari Allah SWT, untuk menguji kadar keimanan kita, maka dari itu sikap syukur harus tetap dimunculkan.
Dampak dari sikap syukur yang kedua, al-Ikhlasu fil Ibadah sikap ikhlas dalam beribadah, berbuat kebaikan tanpa ingin dipuji, pamer atau lainnya. Tapi murni lillahi ta’ala, sehingga tidak bangga kala mendapat pujian, dan tidak pula sakit hati kala mendapat hinaan. Itulah sikap muslim yang sebenarnya. Karena semua yang kita lakukan hanya untuk-Nya, bahkan hidup dan mati kita. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat al-An’am ayat 162:
قُلْ اِنَّ صَلَاتِيْ وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِيْ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ
“Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam.”
Hadirin jamaah Shalat Jumat yang dirahmati Allah
Dampak dari sikap syukur yang ketiga, at-Tawakal yaitu sikap pasrah seseorang yang senantiasa bersyukur kepada Allah SWT. Perilaku tawakal ialah selalu menyerahkan segala urusannya kepada Allah, hal ini berdasarkan firman Allah SWT dalam surat Ath-Thalaq ayat 3:
وَمَــنْ يَّتَـــــــوَكَّلْ عَلـــــَـى اللهِ فَهُوَ حَســـْـــبُهُ
“Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.”
Hadirin jamaah shalat Jum’t yang direhmati Allah
Dampak yang keempat, dzikrullah; mengingat Allah di mana pun dan kapan pun. Seseorang yang hidupnya dipenuhi rasa syukur, maka secara otomatis dia selalu ingat kepada Allah, cinta kepada Allah mengalahkan rasa cintanya kepada yang lain, selaras dengan firman Allah SWT dalam surat al Anfal ayat 45:
وَاذْكُرُوا اللّٰهَ كَثِيْرًا لَّعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَۚ
“Dan sebutlah (nama) Allah banyak-banyak (berzikir dan berdoa) agar kamu beruntung.”
Dampak yang kelima, husnudzan, berbaik sangka. Tidak jarang dari kita justru muncul sikap sebaliknya, ketika sesuatu yang kita inginkan tidak tercapai, muncullah rasa kecewa, putus asa bahkan suudzon kepada Allah, menuduh Allah dengan tidak adil dan lain-lain.
Hilangnya rasa syukur dalam diri kita dan lupa akan nikmat-Nya, dapat menegasikan Allah SWT dalam segala aktivitasnya. Terkait dengan prasangka buruk tersebut, Allah SWT mengingatkan kita dalam surat al-Hujurat ayat 12,
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱجْتَنِبُوا۟ كَثِيرًا مِّنَ ٱلظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ ٱلظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا۟ وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ تَوَّابٌ رَّحِيمٌ
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka buruk (kecurigaan), karena sebagian dari prasangka buruk itu dosa. Dan janganlah sebagian kalian mencari-cari keburukan orang dan menggunjing satu sama lain.
Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudanya yang sudah mati? Maka tentulah kalian merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.”
Hadirin Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah
Mungkin itu saja yang dapat saya sampaikan pada khutbah ini, mudah-mudahan bermanfaat. Dan semoga kita semua menjadi insan-insan yang senantiasa bersyukur kepada Allah SWT.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُم فِيْ القُرانِ العَظِيْمْ ونَفَعَنِيْ وَإِيَاكُمْ بِمَا فِيْهِ وذِكْرِ الحَكِيْمِ. أَقًوْلُ قَوْلِ هَذَا وَاَسْتَغْفِرُوا اللهَ إنَّهُ هُوَ الغَفُورُ الرّحِيْم
Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ, اَلْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا كَثِيْرًا كَمَا أَمَرَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمِّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، أَمَّا بَعْدُ؛ عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ، فَاتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، فِي العَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدُّعَاءِ
اللَّهُمَّ اجْعَلْ جَمْعَنَا هَذَا جَمْعاً مَرْحُوْماً، وَاجْعَلْ تَفَرُّقَنَا مِنْ بَعْدِهِ تَفَرُّقاً مَعْصُوْماً، وَلا تَدَعْ فِيْنَا وَلا مَعَنَا شَقِيًّا وَلا مَحْرُوْماً
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالعَفَافَ وَالغِنَى
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ أَنْ تَرْزُقَ كُلاًّ مِنَّا لِسَاناً صَادِقاً ذَاكِراً، وَقَلْباً خَاشِعاً مُنِيْباً، وَعَمَلاً صَالِحاً زَاكِياً، وَعِلْماً نَافِعاً رَافِعاً، وَإِيْمَاناً رَاسِخاً ثَابِتاً، وَيَقِيْناً صَادِقاً خَالِصاً، وَرِزْقاً حَلاَلاً طَيِّباً وَاسِعاً، يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ
اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَوَحِّدِ اللَّهُمَّ صُفُوْفَهُمْ، وَأَجمع كلمتهم عَلَى الحق، وَاكْسِرْ شَوْكَةَ الظالمين، وَاكْتُبِ السَّلاَمَ وَالأَمْنَ لِعَبادك أجمعين
رَبَّنَا لا تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا، وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً، إِنَّكَ أَنْتَ الوَهَّابُ
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الخَاسِرِيْنَ
عِبَادَ اللهِ
إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي القُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ
Editor Mohammad Nurfatoni. Naskah khutbah Jumat ini kali pertama dmuat maalah Matan, Edisi 176, Maret 2021 dengan judul Syukur Kunci Keshalehan Amal.