PWMU.CO – Khutbah Idul Fitri Aktual: Umat Islam Harus Tampil Beri Solusi Bangsa, naskah ditulis oleh Ainur Rafiq Sophiaan SE MSi Anggota Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur.
اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ وَالشُّكْرُ لِلَّهِ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُوْلِ للهِ وَعَلَى آلِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ اِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ
وَقَالَ تَعَالَى فِي القرانِ الكريمِ وَهو احسَن القَائِلِينَ: شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ. أَمَّا بَعْدُ
PWMU.CO – Tiada kata dan kalimat yang patut diucapkan pada hari ini kecuali rasa syukur kita kepada Allah swt yang telah memberikan kita hingga detik ini dan insyaAllah hari-hari mendatang berupa keimanan, kesehatan dan kesempatan sehingga kita semua umat Islam dapat berkumpul dalam perhelatan besar, salat Idul Fithri.
Lebih penting lagi hari ini memiliki makna istimewa sebagai hari kemenangan setelah sebulan penuh kita “berperang” melawan segala bentuk nafsu atau kepentingan duniawi yang serba materi, jangka pendek, dan indrawi.
Shalawat serta salam kita juga sampaikan kehadiran Rasulullah Muhammad SAW yang oleh banyak pakar disebut sebagai The Living Quran (al-Quran yang berjalan) sebagai contoh otentik sekaligus teladan yang sempurna bagaimana kita mengamalkan Islam dalam kehidupan keseharian.
Di zaman yang serba kompleks dan penuh tantangan ini mempelajari sirrah nabawiyyah dan sunnah rasulillah ini merupakan kebutuhan yang pasti karena hanya dengan cara itu kita masih bisa mengarungi hidup ini dengan nafas agama. Tidak terlena dengan rayuan iklan dan godaan setan baik dari golongan jin maupun insan.
Pendidikan Ramadhan
Jamaah salat Idul Fithri yang dimuliakan Allah
Sebulan penuh di bulan Ramadhan kita telah mengikuti pendidikan dan latihan dengan segala keyakinan akan keimanan (imanan) dan keseriusan (ihtisaaban). Puasa yang demikian itu sebagaimanan janji Allah, dosa-dosa kita terdahulu akan diampuni.
Puasa yang secara harfiah berarti menahan diri (shiyam) adalah proses gerakan pencerahan dan pengayaan spiritual yang dengan jalan itu kita menjalani kehidupan ini dengan penuh tanggung jawab kepada Allah dan sesama sehingga tujuan akhir menjadi manusia yang ber-takwa benar-benar tercapai (al-Baqarah 183).
Takwa ini inilah yang menjadi satu-satunya modal kita mengalahkan segala bentuk modal yang lain. Seperti modal sosial, modal finansial, dan modal intelektual (al-Baqarah 197). Ketiga modal itu yang sering dibangga-banggakan manusia selama ini.
Ketiganya jika tanpa dibarengi dengan modal takwa, maka hanya akan melahirkan sifat sombong, serakah atau korup, dan sok pintar (ngeminter-Jawa). Dalam percaturan nasional dan internasional ketiga sifat itu telah melahirkan diskriminasi sosial dan hukum, kapitalisasi politik dan ekonomi, serta sekularisasi agama dan budaya.
Modal sosial tanpa disertai modal takwa hanya memunculkan sikap sombong dan elitis. Kolusi dan nepotisme lahir dari kondisi ini, Merasa sudah hebat dan merendahkan orang lain. Modal finansial tanpa dilandasi modal takwa pasti melahirkan keserakahan, korupsi, dan kekikiran. Tidak peduli nasib orang lain. Tidak memiliki solidaritas sosial.
Sementara modal intelektual tanpa dibarengi modal takwa cuma membuat seseorang melacurkan ilmunya untuk tujuan-tujuan maksiat dan munkarat. Kata akal bulus cocok untuk kategori ini. Bukan pintar, tapi licik. Pandai akalnya, picik hatinya. Informasi yang dikuasai hanya untuk menyesatkan orang lain. Naudzu billahi min dzalik. Semua itu adalah panggung dunia yang penuh tipu daya.
Rasulullah bersabda:
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبيّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: إِنَّ الدُّنْيَا حُلْوَةٌ خَضِرَةٌ وَإِنَّ اللَّهَ مُسْتَخْلِفُكُمْ فِيهَا، فَيَنْظُرُ كَيْفَ تَعْمَلُونَ، فَاتَّقُوا الدُّنْيَا، وَاتَّقُوا النِّسَاءَ، فَإِنَّ أَوَّلَ فِتْنَةِ بْنِي إِسْرَائِيلَ كَانَتْ فِي النِّسَاءِ
Dari Abu Sa’id al-Khudri, Nabi saw bersabda: “Sesungguhnya dunia ini manis dan hijau (indah), dan sesungguhnya Allah menjadikan kalian sebagai khalifah di atasnya, maka Dia akan melihat bagaimana kalian berbuat. Oleh karenanya, hati-hatilah terhadap dunia dan hati-hatilah terhadap wanita, sebab permulaan fitnah yang melanda kalangan Bani Israil adalah karena wanita.” (HR Muslim 2742).
Di dalam Ramadhan kita disyariatkan untuk berpuasa, shalat tarawih, iktikaf, zakat fitrah, dan salat Idul Fthri. Dalam ibadah puasa dan iktikaf terkandung ajaran yang mendalam bagaimana menumbuhkan kesadaran diri yang tinggi akan identitas dan eksistensi manusia sebagai hamba Allah di bumi yang memiliki sejumlah hak dan kewajiban serta tanggung jawab (al-Dzariyat:56).
Sedangkan ibadah tarawih, zakat Fitrah dan salat Idul Fithri terkandung pelajaran bagaimana kita menumbuhkembangkan kesadaran sosial sebagai khalifah yang harus tampil dalam menyelesaikan berbagai persoalan umat.
ثُمَّ جَعَلْنَاكُمْ خَلَائِفَ فِي الْأَرْضِ مِنْ بَعْدِهِمْ لِنَنْظُرَ كَيْفَ تَعْمَلُونَ
“Kemudian Kami jadikan kamu sebagai pengganti-pengganti (mereka) di bumi setelah mereka, untuk Kami lihat bagaimana kamu berbuat.” (Yunus 14).
Kesadaran diri (self-awareness) akan melahirkan sikap percaya diri dan tahu diri. Sementara kesadaran sosial (social-awareness) akan menciptakan sikap simpati dan empati kepada sesama.
Ibarat dua sisi mata uang yang sama kedua kesadaran tersebut harus selalu dipupuk agar kemudian tumbuh pohon-pohon kepedulian dan partisipasi aktif membangun tatanan masyarakat Islam yang egaliter, adil, dan berkeadaban. Itulah sejatinya masyarakat madani (civil society) yang dinamakan al-ummat.
Seorang intelektual Muslim asli Palestina yang mati syahid dalam pembelaannya terhadap kejujuran ilmiah, Prof Dr Ismail Raj’i al-Faruqi pernah menyatakan, al-ummat adalah suatu masyarakat universal yang keanggotannya menyangkut ragam ethnisitas atau komunitas amat luas.
Sedangkan komitmennya terhadap Islam mengikat dalam suatu tatanan sosial yang utuh. Karena itu sudah seharusnya umat Islam dengan kesadaran diri masing-masing berjuang dan berikhtiar maksimal selalu tampil di depan dalam berbagai gerakan mengajak pada perbaikan sosial dengan jalan mengajak kepada kebajikan dan mencegah kejahatan dalam berbagai bentuknya. (Ali Imran 104).
Tiga Bentuk Kejahatan Luar Biasa
Jamaah salat Idul Fithri yang dimuliakan Allah
Bangsa kita dewasa ini tengah menghadapi persoalan serius yang hingga kini belum ada solusi yang tuntas. Di antaranya yang paling perlu mendapat perhatian adalah tiga bentuk kejahatan yang oleh masyarakat dunia disebut sebgai the extraordinary crimes (kejahatan luar biasa).
Yakni terorisme, narkoba, dan korupsi. Alih-alih angka ketiga kejahatan itu menurun dengan perang yang sudah lama dipimpin lembaga-lembaga resmi negara BNPT (terorisme), BNN (narkotika), dan KPK (korupsi). Kenyataannya setiap hari kita menyaksikan pemberitaan maraknya praktik ketiga kejahatan tersebut.
Setiap hari setidaknya ada 50 orang mati di negeri ini akibat narkoba (Hasil penelitian Kementerian Kesehatan dan BNN). Sedangkan potret koupsi juga masih mengkhawatirkan.
Indeks Persepsi Korupsi (ICP) Indonesia tahun 2014 masih bertengger di urutan 107 dari 175 negara di dunia, jauh berada di bawah Singapura (7) dan Malaysia, Filipina, Thailand (85) (Data Transparancy International Indonesia, 2014).
Sementara BNPT masih mengantongi puluhan nama terduga teroris yang masih tengah diselidiki, walaupun kita juga prihatin sering salah sasaran atau terlalu gegabah mencurigai seseorang sebagai teroris. Tentang bentuk kejahatan lainnya, data di Bareskrim Polri mengungkapkan, rata-rata setiap 9 menit 2 detik terjadi tindak kejahatan umum di Indonesia. Artinya sehari semalam rata-rata terjadi 160 tindak kriminalitas.
Tidak heran jika negara yang kita cintai ini pernah masuk kategori Negara Gagal (Failed Nations) dengan peringkat 63 dari 178 negara pada tahun 2012. Negara gagal adalah negara yang dinilai gagal oleh lembaga Fund for Peace dalam menangani isu-isu politik, ekonomi, sosial, militer, dan hak-hak azasi manusia.
Fakta-fakta demikian patut kita sampaikan kembali di tengah-tengah masyarakat yang akhir-akhir ini dibayang-bayangi kekhawatiran masa depan kepemimpinan bangsa yang kurang peduli dengan penderitaan rakyat kecil dan nilai relijiusitas kendatipun selalu menggunakan jargon-jargon demikian. Bangsa ini butuh bukti. Bukan janji.
Umat Islam sebagai Khairu Ummah
Jamaah salat Idul Fithri yang dimuliakan Allah
Umat Islam yang mayoritas seharusnya tampil ke depan dengan peran yang disandangnya sebagai umat terbaik (Ali-Imran 110), umat yang selalu memberikan alternatif (al-Baqarah 143), dan umat penegak keadilan dan kebenaran (al-A’raf 171).
Kualitas umat seperti itulah yang bisa melahirkan negara yang berkemajuan atau modern. Sebuah negara yang berdaulat di atas prinsip-prinsip moralitas, hukum, dan kepemimpinan yang dibimbing oleh nilai-nilai relijiusitas dan visi yang jelas (Saba’ 15).
Negara yang penduduknya adalah orang-orang yang shalih. Allah berjanji tidak akan menghancurkan suatu negeri sejauh penduduknya adalah orang-orang shalih.
يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَأُولَٰئِكَ مِنَ الصَّالِحِينَ
“Mereka beriman kepada Allah dan hari akhir, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang munkar dan bersegara (mengerjakan) berbagai kebaikan. Mereka termasuk orang-orang salih.” (Ali-Imran 114).
وَمَا كَانَ رَبُّكَ لِيُهْلِكَ الْقُرَىٰ بِظُلْمٍ وَأَهْلُهَا مُصْلِحُونَ
“Dan Tuhanmu tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zalim selama penduduknya adalah orang-orang salih.” (Hud 117).
Mohammad Hatta dalam buku Demokrasi Kita pernah menyatakan, “Demokrasi dalam sistem Pancasila bukanlah demokrasi-demokrasian atau demokrasi sebagai topeng belaka. Ia adalah demokrasi yang harus diberkati oleh Tuhan Yang Maha Esa, sila pertama yang memimpin seluruh cita-cita kenegaraan kita.”
Sayangnya, sekali lagi sayangnya, umat ini masih kerap menjadi obyek (maf’ul) bukan subyek (fa’il) dalam kepemimpinan nasional. Semoga Allah SWT menjadikan ibadah Ramadhan lalu sebagai titik tolak mengubah pola pikir dan pola tindak kita karena kesadaran diri dan sosial yang makin tinggi. Dengan demikian tampilnya negara berkemajuan bukanlah impian. Tapi kenyataan yang tak terelakkan. Amin.
Akhirnya, marilah kita tutup khutbah ini dengan berdoa.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، فِي العَالّميْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، يَا قَاضِىَ الحَاجَاتِ، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ. اَللَّهُمَّ ألِّفْ بَيْنَ قُلُوبِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنَهُمْ، اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْاَلُكَ الثَّبَاتَفِي الأَمْرِ والعَزيْمَةَ عَلَى الرُّشْدِ بِرَحْمَتِكَ يَآ اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْن، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةًوَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَصَلَّى اللهُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَاَصْحَابِهِ، سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ العِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْن، وَسَلَامٌ عَلَى المُرْسَلِيْن وَالحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ العَالَمِيْن
Naskah khutbah Idul Fitri Aktual ini pernah dimuat majalah Matan.
Khutbah Idul Fitri Aktual: Umat Islam Harus Tampil Beri Solusi Bangsa: Editor Mohammad Nurfatoni