Hal-Hal yang Paling Banyak Memasukkan Orang ke Surga dan Neraka ditulis oleh Ustadz Muhammad Hidayatulloh, Pengasuh Kajian Tafsir al-Quran Yayasan Ma’had Islami (Yamais), Masjid al-Huda Berbek, Waru, Sidoarjo.
PWMU.CO – Kajian Hal-Hal yang Paling Banyak Memasukkan Orang ke Surga dan Neraka ini berangkat dari hadits riwayat Tirmidzi
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ أَكْثَرِ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ الْجَنَّةَ فَقَالَ تَقْوَى اللَّهِ وَحُسْنُ الْخُلُقِ وَسُئِلَ عَنْ أَكْثَرِ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ النَّارَ فَقَالَ الْفَمُ وَالْفَرْجُ. رواه الترميذي
Dari Abu Hurairah ia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah ditanya tentang sesuatu yang paling banyak memasukkan seseorang ke dalam surga. Maka beliau pun menjawab: ‘Takwa kepada Allah dan akhlak yang mulia.’ Dan beliau juga ditanya tentang sesuatu yang paling banyak memasukkan orang ke dalam neraka, maka beliau menjawab: ‘Mulut dan kemaluan.’ (HR Tirmidzi)
Takwa kepada Allah
Rasulullah memiliki kepedulian yang sangat besar kepada umatnya. Beliau selalu mengajarkan dan sekaligus mendorong kepada umat ini untuk senantiasa melakukan kebaikan demi kebaikan dirinya. Sehingga beliau memberikan nasihat-nasihat yang singkat namun penuh makna.
Termasuk dalam kandungan hadits di atas. Ada dua hal yang kebanyakan seorang hamba akan dimasukkan ke dalam surga, pertama, takwa kepada Allah.
Sebagaimana puasa yang sedang kita laksanakan ini, tujuan utamanya adalah agar kita memiliki pribadi takwa, yakni agar takwa itu menjadi pakaian penutup aurat diri dari berbagai dosa, baik kepada Allah maupun kepada sesama.
Maka sudah selayaknya target ini harus tercapai sehingga jelas dan gamblang ada perubahan dalam diri ini sebelum dan sesudah Ramadhan. Minimal segala kebaikan yang dapat kita laksanakan dapat dipertahankan dan segala keburukan yang sudah bisa kita tinggalkan dapat kita tanggalkan seterusnya.
Takwa merupakan posisi termulia di sisi Allah, dan tentu semua hamba memiliki peluang dan kesempatan yang sama untuk memiliki posisi ini. Maka tidak seharusnya ada yang merasa lebih pantas untuk meraihnya dari orang lain. Ketergelinciran seorang hamba karena seringkali merasa lebih suci dari orang lain, dan hal ini merupakan jebakan yang menyesatkan.
فَلَا تُزَكُّوٓاْ أَنفُسَكُمۡۖ هُوَ أَعۡلَمُ بِمَنِ ٱتَّقَىٰٓ
Maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa. (an-Najm 32)
Banyak sekali fasilitas yang Allah sediakan bagi orang yang bertakwa, dan hal ini dijelaskan dalam beberapa ayatnya. Maka sungguh rugi jika seorang hamba tidak berusaha sekuat kemampuannya untuk meraih posisi ini.
وَمَن يَتَّقِ ٱللَّهَ يَجۡعَل لَّهُۥ مَخۡرَجٗا وَيَرۡزُقۡهُ مِنۡ حَيۡثُ لَا يَحۡتَسِبُۚ وَمَن يَتَوَكَّلۡ عَلَى ٱللَّهِ فَهُوَ حَسۡبُهُۥٓۚ
Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. (ath-Thalaq; 2-3)
Jika intensitas ibadah tidak melembutkan hati ini, berarti ada yang salah dalam motivasi ibadah yang dijalankan. Jika kelebihan harta tidak membuat kita semakin loman atau dermawan kepada lainnya, berarti ada yang salah dalam sifat diri kita.
Jika kemampuan ilmu tidak mejadikan kita semakin tawadhuk berarti ada yang salah dalam orientasi hidup kita. Jika jabatan tidak menjadikan kita semakin mengabdi demi kamaslahatan banyak orang, berarti ada yang salah dalam menentukan tujuan hidup kita.
Akhlak yang Mulia
Kedua, akhlak yang mulia. Akhlak mulia adalah hisan indah jika ada pada diri seseorang. Jika takwa dimensinya adalah kepada Allah sedangkan akhlak mulia berdimensi sesama hamba Allah. Akhlak mulia menunjukkan kesempurnaan iman seseorang dan sebaliknya jika tidak memiliki akhlak mulia berarti imannya kurang sempurna.
Akhlak kepada istri dan keluarga mendapatkan porsi utama, sebagaimana hadits nabi.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا وَخِيَارُكُمْ خِيَارُكُمْ لِنِسَائِهِمْ خُلُقًا. رواه الترميذى
Dari Abu Hurairah berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya. Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap para istrinya.” (HR Tirmidzi)
Akhlak mulia merupakan wujud pengejawantahan atas shalat dan puasa, sehingga derajatnya sama dengan keduanya. Dengan kata lain seseorang yang telah menegakkan shalat dengan baik dan puasa ditunaikan sengan penuh penghayatan di saat lapar dan dahaga, maka dampak positifnya secara pribadi adalah ia akan memiliki akhlak yang mulia.
Sebaliknya jika shalat dan puasanya tidak mengantarkan pada diri seseorang untuk memiliki akhlak yang mulai berarti ada masalah dalam ibadah shalat dan puasanya.
عَنْ عَائِشَةَ رَحِمَهَا اللَّهُ قَالَتْ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ الْمُؤْمِنَ لَيُدْرِكُ بِحُسْنِ خُلُقِهِ دَرَجَةَ الصَّائِمِ الْقَائِمِ. رواه أبو داود
Dari Aisyah ia berkata, ‘Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ‘Sesungguhnya seorang mukmin akan mendapatkan kedudukan ahli puasa dan shalat dengan ahlak baiknya.'” (HR Abu Daud)
Akhlak mulia berarti meneladani Nabi dalam kehidupan beliau. Rasulullah mencintai dan akan dekat dengan umatnya yang memiliki akhlak mulia kelak di hari Kiamat. Dengan kata lain ia selalu didampingi Rasulullah di hari Kiamat nanti dengan mendapatlan pertolongan atau syafaat dari beliau sesuai yang dibutuhkannya.
عَنْ جَابِرٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ مِنْ أَحَبِّكُمْ إِلَيَّ وَأَقْرَبِكُمْ مِنِّي مَجْلِسًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَحَاسِنَكُمْ أَخْلَاقًا وَإِنَّ أَبْغَضَكُمْ إِلَيَّ وَأَبْعَدَكُمْ مِنِّي مَجْلِسًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ الثَّرْثَارُونَ وَالْمُتَشَدِّقُونَ وَالْمُتَفَيْهِقُونَ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ قَدْ عَلِمْنَا الثَّرْثَارُونَ وَالْمُتَشَدِّقُونَ فَمَا الْمُتَفَيْهِقُونَ قَالَ الْمُتَكَبِّرُونَ. رواه الترميذى
Dari Jabir bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya di antara orang yang paling aku cintai dan yang tempat duduknya lebih dekat kepadaku pada hari kiamat ialah orang yang akhlaknya paling bagus. Dan sesungguhnya orang yang paling aku benci dan paling jauh tempat duduknya dariku pada hari kiamat ialah orang yang paling banyak bicara (kata-kata tidak bermanfaat), yang suka memperolok manusia dan para mutafaihiq.”
Para shahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, kami tahu orang yang banyak bicara (kata-kata tidak bermanfaat) dan yang suka memperolok manusia, tapi para Mutafaihiq siapakah mereka itu?” Nabi menjawab: “Yaitu orang-orang yang sombong.” (HR Tirmidzi)
Mulut dan Kemaluan
Di samping dua hal yang kebanyakan dapat memasukkan ke dalam surga, rasulullah juga menjelaskan tentang dua hal yang kebanyakan menjerumuskan manusia ke dalam neraka yaitu mulut dan kemaluan.
Dari mulut yang keluar merupakan ucapan atau kata-kata. Pisau bisa menggores kulit tubuh, tapi kata-kata yang menyakitkan bisa menggores hati orang lain. Luka di kulit akan mudah disembuhkan, luka di hati akan terbawa sampai mati. Maka hati-hati dengan mulut.
Kata orang bijak, salah dalam memaafkan itu jauh lebih baik dari pada salah dalam menghukum, apalagi disertai dengan kata-kata yang menyakitkan. Sama-sama bertindak yang salah, tetapi dampak dari keduanya sangat jauh berbeda dan bahkan bertolak belakang. Dengan kata lain, jika benar dalam memaafkan itu akan lebih mulia dari pada sekedar hasrat untuk menghukum.
Farji atau kemaluan juga dapat menjadi penyebab kebanyakan masuk neraka. Apalagi dikehidupan yang semakin mudah untuk berkomunikasi dengan lawan jenis. Maraknya perselingkuhan di kalangan masyarakat dan perzinahan di kalangan remaja haruslah menjadi perhatian bersama.
Di antara dampak buruk dari hal ini adalah angka kehamilan diluar nikah semakin banyak, dan dampak berikutnya adalah angka aborsi mengikutinya. Lebih parah dari itu adalah banyak anak yang kehilangan nasab dari ayahnya, lebih-lebih jika ia perempuan maka ayahnya tidak berhak menjadi walinya saat menikah. Naudzubillah min syarri dzalik.
Semoga dengan tarbiyah puasa Ramadahan 1442 Hijriyah yang hampir berakhir ini, dapat mengubah diri kita menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya, semakin bertakwa kepada Allah dan berakhlak yang mulia kepada sesama. Dan semoga kita dapat berjumpa kembali dengan Ramadhan 1443 Hijriyah. Amin (*)
Hal-Hal yang Paling Banyak Memasukkan Orang ke Surga dan Neraka; Editor Mohammad Nurfaoni
Discussion about this post