Ketika Ramadhan Akan Meninggalkan Kita ditulis oleh Ustadz Ardan Zakaria, PCIM Arab Saudi.
PWMU.CO – Jika engkau ingin tahu nilaimu dalam ujian madrasah Ramadhan ini, lihatlah dirimu saat akhir-akhir malam terakhir di bulan Ramadan ini.
Saat orang orang telah sampai pada kepuasaan memborong dan mengeruk semua pahala ketaatannya, saat orang orang telah berbahagia atas semua pencapaian maksimalnya dalam menghargai detik demi detik bulan Ramadhannya, engkau masih tak beranjak membawa apapun dari segudang pahala Ramadhan yang ia tawarkan kepadamu di bulan ini
Ketika Ramadhan Akan Meninggalkan Kita
Adakah yang akan menjamin kita akan berjumpa kembali dengan Ramadhan berikutnya? Siapakah yang bisa menjamin kita bisa bertemu lagi dengan Ramadhan sebakdanya? Dan apakah ada yang mampu menjamin umur kita kan sampai pada Ramadhan selanjunya?
Maka jika akhir perjumpaan Ramadhan ini masih kita sia-siakan detik demi detiknya—tidak kita hargai waktu yang disediakannya, maka habislah sudah! Jika ini adalah Ramadhan terakhir kita, tak kan lagi bermanfaat penyesalan dan tak kan lagi berguna air mata yang ditumpahkan, jika tak ada lagi Ramadan sebakda Ramadan ini yang Allah jatahkan untuk kita
Maka bersegeralah! Inilah kesempatan hari hari terakhir kita, yang akankah kita tutup dengan kebaikan, ataukah malah justru sebaliknya wal-iyadzu billah.
Demi Allah! Kita mungkin terkejut, akan hari hari Ramadan yang berlalu dengan cepatnya, seolah baru kemarin kita mengawali satu Ramadan, kini kita telah berada diambang pintu perpisahan ujung dari bulan Ramadan
Maka keberuntungan besar bagi mereka yang memahami sejak awal makna “ayyamam ma’dudaat”, kinayah akan ramadan yang sedikit jumlah harinya, dan sungguh! begitu sangat cepat pergi berlalunya
Reaksi para Sahabat Ditinggal Ramadhan
Para salafus shalih dahulu bersedih hati ketika Ramadhan berada di ujung perjumpaan, bagaimana tidak? Ketika kekasih berpisah dengan kekasihnya, yang dia juga tak pernah tahu apakah akan bertemu kembali ataukah tidak?
Bagaimana tidak? Bulan penuh berkah, pahala dan ampunan. Bulan dilipatgandakan kebaikan dan juga kebajikan, bulan syahdunya ibadah yang begitu kental terasa yang tak pernah di jumpai dibulan bulan setelahnya itu akan pergi, entah akan kembali lagi atau tidak?
Inilah Ali Ibn Abi Thalib radiyallahu anhu ketika keluar di akhir malam terakhir bulan ramadhan seraya berseru:
“Wahai! siapakah diantara kalian yang yakin amalannya diterima oleh Allah agar aku ucapkan selamat untuknya. Wahai! siapakah diantara kalian yang tertolak amalnya karena ketidak sungguhannya dibulan ramadhan ini agar aku ucapkan duka mendalam untuknya” (Lathaif Al-Ma’arif 210)
Inilah sahabat Ibn Mas’ud radhiyallahu anhu saat keluar kejalan jalan seraya menyeru dalam keheningan malamnya:
“Aduhai! selamatlah untukmu yang bersungguh sungguh dibulan ini dan musibahlah bagimu yang ditolak karena tak bersungguh sungguh dibulan ini! (Lathaif Al-Ma’arif 213)
Inilah Umar ibn Abdul Aziz, ketika berkhutbah dihari idul fitri, sehari selepas kepergian bulan Ramadhan:
“Wahai sekalian manusia, sungguh kalian telah berpuasa 30 hari untuk Allah, kalian telah beribadah dimalam hari 30 hari demi Allah, dan hari ini tibalah saatnya kalian meminta agar Allah menerima amal ibadah kalian, tersebab amal kalian yang tak pernah kalian tahu apakah diterima ataukah tidak.”
Seraya sebagian salaf menampakkan aura dan wajah haru setelah mendengarkan khutbah Umar ibn Abdul aziz tersebut. Dan mereka berkata: wahai, ini adalah hari gembira dan bahagia wahai Umar ibn Abdul Aziz.
Umar ibn Abdul Aziz pun kemudian menyahut: “Iya, kalian benar, namun aku adalah hanya sebatas hamba Allah, yang ia perintahkan padaku untuk beramal, namun aku tak pernah tahu, apakah amalanku selama bulan Ramadan itu Allah terima ataukah tidak.”
Masuk Pintu Ar-Rayyan
Marilah memohon agar ketaatan kita selama di bulan ini Allah terima, lelah letih suka dan duka kita di bulan ini Allah ganti menjadi pahala berlipat ganda, yang kelak berujung pada satu pintu yang kan kita masuki semua bersama sama, “Ar Rayyan” pintu penghubung kita menuju akhir titik perjumpaan dengan-Nya, yaitu surga yang nikmatnya tak ada putus putusnya dan surga yang keidahannya tak ada habis habisnya.
Hingga kebahagian kita semua berakhir di sana, di mana bukan hanya saat ketika kita berbuka puasa di dunia, namun juga kelak saat kita bertemu Allah dengan membawa pahala shaum kita semua, sebagai bukti nyata dari sabda sang kekasih ﷺ kita semua:
لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ
Amin (*)
Editor Mohammad Nurfatoni