Puasa Sukses jika Terjadi Ini oleh dr Tjatur Prijambodo, Direktur RS Aisyiyah Siti Fatimah Tulangan Sidoarjo.
PWMU.CO– Di penghujung Ramadhan ini, ada pertanyaan besar menggelayut di benak kita. Sudah tercapaikah tujuan puasa kita?
Seperti disebutkan di al-Baqarah: 183, tujuan puasa adalah insan yang bertakwa. Dengan tulisan ini tak lupa saya wasiatkan kepada diri saya pribadi dan kepada seluruh pembaca, marilah kita tingkatkan kualitas iman dan takwa kita, karena iman dan takwa adalah sebaik-baiknya bekal untuk menuju kehidupan di akhirat kelak.
Setidaknya ada dua hal yang harus kita jadikan target sehubungan dengan puasa sukses yang kita lakukan. Pertama, ketakwaan. Kedua, kesehatan fisik dan psikis.
Puasa adalah suatu proses untuk mencapai derajat takwa. Salah satu hal yang bisa dijadikan tolok ukur puasa sukses, yaitu sudah bertakwakah kita?
Kita bisa jadikan Ali Imran ayat 134 sebagai acuan. Ayat itu menjelaskan ciri-ciri orang bertakwa, yaitu pertama, orang-orang yang menafkahkan (hartanya) di waktu lapang maupun sempit (alladzina yunfiquuna fissarro’ wadh-dhoro). Kedua, orang-orang yang menahan amarah (walkaazhiminal ghoyzho) Ketiga, memaafkan orang (wal ‘afina ‘aninnas).
Kesehatan Fisik
Saya akan mengupas keberhasilan puasa kita dari sisi kesehatan, fisik maupun psikis. Benar adanya ungkapan shummu tasihhu. Berpuasalah maka kamu akan sehat.
Benar adanya, puasa memang mampu meningkatkan kinerja otak, meningkatkan fungsi liver, meningkatkan daya tahan tubuh, menurunkan kadar gula darah, menurunkan tekanan darah, menurunkan berat badan, mampu menyembuhkan maag dan masih banyak manfaat lain.
Nah, untuk kesehatan fisik ini kita bisa lihat pada diri kita masing-masing. Semakin sehatkah kita dengan puasa yang sudah kita lakukan?
Benar adanya, bahwa pusat penyakit kita adalah makanan yang masuk ke lambung seperti yang tercantum di surat al-A’raf: 31. Menurut ulama salaf, ayat ini yang mendasari ilmu kedokteran. Kullu wasyrobu wa laa tusyrifu innahu laa yuhibbul musyrifiin. Makan minumlah dan jangan berlebihan.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebihan. Hampir semua penyakit fisik disebabkan karena terlalu berlebihan mengonsumsi makanan.
Penyakit-penyakit modern saat ini contoh gamblangnya. Seperti stroke, hiperkolesterol, darah tinggi, gagal ginjal disebabkan makan berlebihan. Dengan puasa yang kita lakukan, harusnya semua penyakit yang kita derita bisa berkurang atau bahkan menghilang, bukannya malah parah. Coba kita introspeksi diri kita masing-masing.
Kesehatan Psikis
Untuk kesehatan psikis kita bisa lihat dari semua aspek batiniah kita. Menjadi lebih sabarkah kita? Menjadi lebih bersyukurkah kita? Menjadi lebih disiplinkah kita? Atau malah sebaliknya?
Ada dua permasalahan yang sering menghinggapi diri kita. Apa itu? Kurang bersyukur dan mudah stres.
Setidaknya ada dua senjata ampuh di al-Quran untuk mencegah itu. Senjata pertama, surat Ibrahim: 7. La in syakartum la azidanakum wa la inkafartum inna adzabi la syadid. Jika kalian bersyukur maka Allah akan menambah nikmatNya, dan jika kalian kufur, maka sesungguhnya adzabKu amat pedih.
Ayat ini merupakan ayat sebab akibat. Kalau bersyukur, nikmat ditambah. Kalau kufur, kenapa tidak dikurangi tapi di-warning oleh Allah bahwa siksanya amatlah pedih? Karena dengan tidak bersyukur, ada rasa sombong di batin kita, padahal hanya Allah yang boleh sombong. Sebab kita sudah menuhankan diri, maka Allah memberi peringatan dini.
Untuk membuat selalu bersyukur, kita harus selalu punya sikap positive thinking terhadap siapa saja, terlebih lagi kepada Allah.
Senjata kedua, Ath-Thalaq: 2-3. Mankana yu’minu billahi wal yaumil akhir wamayyattaqillaha yaj’al lahu makhroja wayarzuq-hu min haitsu laa yahtasibu. Barangsiapa yang percaya kepada Allah dan hari akhir, maka bertakwalah kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar, dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangka.
Ayat-ayat ini yang menjadikan kita selalu bersyukur dan yakin bahwa semua masalah yang kita hadapi akan dicarikan Allah jalan keluarnya. Hanya satu syaratnya: Takwa.
Takwa sebagai seorang muslim, takwa sebagai seorang ayah, takwa sebagai seorang pejabat, takwa sebagai seorang karyawan, dan takwa sebagai apapun profesi kita.
Nah, secara linier bisa kita tarik hubungan antara puasa dan penyelesaian semua masalah kehidupan manusia. Puasa menjadikan orang bertakwa secara otomatis Allah akan mengintervensi permasalahan yang kita hadapi dan mengentas kita dari kekurangan rezeki.
Semoga selepas puasa Ramadhan ini kita bisa menjadi insan yang bertakwa. Aamiin.
Editor Sugeng Purwanto