PWMU.CO – Khutbah Idul Fitri 1442: Hadirkan Al-Ghuraba di Tengah Kerusakan Moral Bangsa, naskah ditulis oleh Dr H Syamsudin MAg, Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur.
بسم الله كلمة المعتصمين ومقالة المتحرزين ونعوذ بالله تعالي من جور الجائرين وكيد الحاسدين وبغي الظالمين ونحمده فوق حمد الحامدين . أشهد أن لا اله إلا الله وحده لا شريك له المالك ألحق المبين وأشهد أن محمدا عبده ورسوله أرسله الله رحمة للعالمين و نصلي ونسلم علي حبيب إله العالمين نبينا محمد واله الطيبين الطاهرين و اصحابه الميامين المنتجبين. امّا بعد : ايّها الناس أوصيكم ونفسي بتقوى الله فقد فاز المتّقون . واعلموا انّ الله سبحانه وتعالى يقول :يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ . وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ نَسُوا اللَّهَ فَأَنْسَاهُمْ أَنْفُسَهُمْ أُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ .
Hadirin dan hadirat yang di rahmati Allah swt.
Hari ini kita berkumpul kembali duduk di atas tanah yang dingin, di lapangan terbuka, dinaungi langit yang membentang tak terhingga.
Baru saja di tanah lapang ini kita menggemakan pujaan kebesaran kepada Allah. Sehingga langit di sekitar kita gemuruh dengan suara takbir. Setelah itu kita serentak sujud, meratakan dahi di atas tanah, seraya mengucapkan pengakuan kita atas kebesaran Allah:
سبحانك اللهمّ ربّنا وبحمدك اللهمّ اغفرلى
“Maha suci Engkau ya Allah ya Tuhan kami. Segala puji bagi-Mu. Ampunilah aku”.
Bersama dengan kita, jutaan kaum muslimin di seluruh dunia melakukan hal yang sama. Hari ini kita jutaan umat Muhammad, bergerak, bersujud, dan bertakbir berasama.
الله اكبر الله اكبر لا اله الّا الله الله اكبر ولله الحمد
Allah Maha Besar Allah Maha Besar tidak ada sesembahan kecuali Allah dan Untuk Allah-lah segala puja dan puji.
Ya Allah pagi ini Engkau saksikan umat yang biasanya bercerai berai, centang perenang, berpadu memuji keagunganan-Mu. Pagi ini, umat yang biasanya melupakan-Mu, datang bersimpuh di hadapan-Mu. Pagi ini, umat yang sering mengabaikan firman-Mu berusaha untuk kembali ke pangkuan-Mu.
Ya Allah ya Rabbana, inilah hamba-hamba-Mu yang lemah, yang terseret hawa nafsu, yang diperbudak dunia, yang bergelimang dosa, bersimpuh berserah diri mohon ampun kepada-Mu. Ya Ghafur ya Rahim, wahai sang pengampun, wahai sang penyayang, ampuni dan sayangi kami.
Siapa Al-Ghuraba?
Hadirin dan hadirat, parta jamaah rahimakumullah
Pada kesempatan shalat Idul Fitri sekarang ini saya ingin mengajak para hadirin semuanya untuk merenungkan orang-orang yang oleh Rasulullah saw, diberi nama al- ghuraba, yaitu orang-orang aneh yang berbeda dengan orang kebanyakan. Tentang mereka Rasulullah pernah bersabda:
عن أبي هريرة عن النبي ﷺ أنه قال: بدأ الإسلام غريباً وسيعود غريباً كما بدأ فطوبى للغرباء
Dari Abi Hurairah ra, dari Nabi saw, sesungguhnya beliau berkata, Agama Islam itu bermula asing, dan akan menjadi asing kembali sebagaimana permulaannya. Maka berbahagialah bagi orang-orang yang asing atau al-Ghuraba’ (HR Muslim).
Dalam riwayat lain dikatakan bahwa Rasulullah saw, ditanya tentang jati diri al-Ghuraba atau orang-orang aneh tersebut. Kemudian beliau menyebutkan tanda-tanda mereka:
Pertama, Rasulullah Saw bersabda:
الَّذِيْنَ يُصْلِحُوْنَ إِذَا فَسَدَ النَّاسُ
“Mereka menimbulkan perbaikan ketika manusia sudah rusak.”
Dalam hadis lain disebutkan:
هم أناس صالحون قليل في أناس سوء كثير
“Mereka adalah manusia-manusia saleh yang jumlahnya sedikit, di tengah-tengah manusia busuk yang jumlahnya banyak,”
Pada hari ini, di sini, di negeri ini, kita memerlukan al-ghuraba, orang-orang asing yang ingin memperbaiki masyarakat di sekitarnya ketika orang lain datang dan mengatakan bahwa korupsi sekarang merupakan kebudayaan masyarakat.
Kita memerlukan orang-orang yang tabah untuk hidup tanpa melakukan korupsi sama sekali. Ketika demokrasi Pancasila berubah menjadi demokrasi liberal-transaksional, di mana yang terpilih bukanlah sebaik-baik orang melainkan selicik-licik orang.
Kita memerlukan orang-orang yang berani dan konsisten untuk memperjuangkan dan mewujudkan cita-cita para pendiri bangsa. Para ahli fikih menyebut dengan satu istilah yang bagus sekali, “thahirun fi nafsihi muthahhirun lighairih”.
Dialah orang yang suci dalam dirinya, dan dia juga berusaha menyucikan orang lain. Pribadinya bersih, dan dia berusaha membersihkan orang lain. Tingkah lakunya indah, dan dia berusaha mengindahkan tingkah laku orang lain.
Di tengah-tengah orang yang sudah menganggap moralitas yang rusak sebagai ciri moderasi dan demokrasi, orang yang mempertahankan moralitasnya merupakan orang yang dianggap aneh.
Di tengah-tengah kebiasaan melanggar norma-norma yang berlaku, orang yang kelihatan bertahan kepada norma dengan seluruh keyakinannya akan dianggap aneh. Orang berlomba-lomba menumpuk kekayaan, sementara ia mempertahankan kesederhanaannya karena ingin memelihara kebersihan dirinya, maka sering ia dianggap aneh oleh orang sekitarnya. Tetapi, marilah kita ingatkan kembali:
طُوْبَى لِلْغُرَبآءِ
“Bahagia benar orang-orang yang aneh seperti itu.”
Kedua, Rasulullah Saw bersabda:
اَلَّذِيْنَ يَزِيْدُوْنَ إِذْنَقَصَ النَّاسُ
“Mereka mengisi apa yang hilang; mereka melengkapi apa yang ganjil; mereka memenuhi apa yang kosong.”
Manusia Model
Di dalam masyarakat, kita sering mencari orang yang kuat keyakinannya. Kadang-kadang kita meraba-raba, siapa orang yang patut dijadikan contoh dalam kehidupan ini. Al-ghuraba biasanya tampil sebagai manusia model, manusia yang bisa dicontoh karena kebersihan dan kesucian pribadinya, di tengah-tengah berkecamuknya kemunafikan, di tengah-tengah usaha untuk menjilat ke atas dan memeras ke bawah.
Kalau kita melihat ada orang berjalan di atas rel yang benar, yang tetap menyampaikan apa yang benar itu benar, dan apa yang salah itu salah, tanpa mempedulikan risiko yang dihadapinya, rasanya ada semacam kekuatan di tengah-tengah kehausan bimbingan dalam diri kita.
Masih ada bintang di tengah-tengah gelapnya malam. Orang itu biasanya mengisi apa yang hilang di tengah-tengah masyarakat. Ketika orang kehilangan identitas, mereka menunjukkan, beginilah identitas Islam. Ketika orang kebingungan tidak mempunyai pedoman, pribadi mereka menunjukkan tuntunan yang jelas. Rasulullah saw bersabda bahwa al-ghuraba itu adalah mereka yang menambah sesuatu yang tidak dimiliki kebanyakan manusia yang lain.
Ketiga, sabda Rasulullah saw:
الَّذِيْنَ يُحْيُوْنَ سُنَّتِى بَعْدَماَ أَمَاتَهَا النَّاسُ
“Mereka menghidupkan kembali Sunnahku setelah sunnah itu dimatikan oleh manusia.”
Ketika bid’ah menyebar ke tengah-tengah masyarakat, mereka mengajak umat kembali kepada Al-Quran dan Sunnah. Ketika beberapa ajaran Rasulullah sudah ditinggalkan, mereka tampilkan kembali ajaran Rasulullah itu. Dalam hubungan ini, saya ingin membacakan sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Turmudzi:
سَأَلْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلّم عَنْ هَذِهِ الأيَةِ : يَآيُّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا عَلَيْكُمْ أَنْفُسَكُمْ لاَيَضُرُّكُمْ مَنْ ضَلَّ إِذَا اهْتَدَيْتُمْ
“Aku bertanya kepada Rasulullah saw, tentang ayat ini, ‘Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu; tidak akan membahayakan kamu orang yang sesat itu, apabila kamu berada dalam petunjuk.”
Sahabat ini bertanya karena sebagian orang menganggap bahwa kita tidak usah memperhatikan orang lain, perhatikan sajalah diri kita sendiri. Tidak usah menghiraukan kemungkaran yang dilakukan orang, yang penting kita berada dalam petunjuk, tidak ada yang akan menyengsarakan kita.
بَلِ ائْتَمِرُوْا بِالْمَعْرُوْفِ وَتَنَاهَوْا عَنِ الْمُنْكَرِ . حَتَّى إِذَارَأَيْتَ شُحّاَمُطَاعًا وَهَوًى مُتَّبَعًا , وَدُنْيَا مُؤَثَرَةً وَإِعْجَابُ كُلِّ ذِى رَأْي بِرَأْيِهِ . فَعَلَيْكَ بِخَاصَّةِ نَفْسِكَ وَدَعْ عَنْكَ الْعَوَّامَ فَإِنَّ مِنْ وَلاَئِكُمْ أَيَّامَ الصَّبْرِ . الصَّبْرُ فِيْهِنَّ مِثْلَ قَبْضِ عَلىَ الْجَمَرِ . لِلْعَامِلِ فِيْهِنَّ أَجْرُ خَمْسِيْنَ رَجُلاً يَعْمَلُوْنَ مِثْلَ عَمَلِهِ . قُلْتُ : يَارَسُوْلَ اللهِ , أَجْرُ خَمْسِيْنَ مِنْهُمْ قَالَ : أَجْرُ خَمْسِيْنَ مِنْكُمْ (أبوداود والترمذى(
“Maka berkatalah Rasulullah saw: ‘Suruhlah orang berbuat makruf dan laranglah orang berbuat jahat sampai engkau nanti mengalami satu zaman ketika ke-bakhil-an diperturutkan orang, ketika hawa nafsu diikuti orang, dan ketika dunia dilebihkan atas akhirat, dan setiap orang merasa kagum dengan pendapatnya sendiri.
Maka peliharalah keistimewaan dirimu, jauhilah apa yang terbiasa dilakukan oleh orang-orang awam, sebab di belakang kamu itu akan ada zaman-zaman yang memerlukan kesabaran bagimu. Orang yang berpegang teguh kepada agamanya di zaman itu seperti orang yang memegang bara. Orang yang beramal pada zaman itu akan diberi ganjaran seperti ganjaran lima puluh orang yang beramal seperti dia.’
Aku bertanya, ‘Duhai Rasulullah, apakah mereka mempunyai ganjaran lima puluh kali ganjaran orang di zaman mereka?’ ‘Tidak’ jawab Rasulullah, ‘Mereka memperoleh ganjaran lima puluh kali ganjaran kamu yang ada sekarang ini.’”
Di sini Rasulullah saw, menunjukkan bahwa akan datang satu zaman ketika orang yang memegang agama dianggap aneh, dianggap ghuraba, sehingga lantaran keanehannya, dia seperti memegang bara di tangannya. Bila dilepaskan, baru itu padam; bila dipegang, bara itu menyengat dirinya.
Orang yang mempertahankan keyakinannya, orang yang ingin memelihara kebersihan kepribadiannya, orang yang ingin memelihara sunnah Rasulullah yang sudah mati, dia hidup seperti memegang bara api, dia selalu dalam keadaan panas, ditekan kehidupannya, dipasung kebebasannya, dan dirampas hak-haknya. Karena itu, pantaslah kalau Rasulullah saw, mengatakan, amal orang-orang seperti itu dilipatkan ganjarannya seperti lima puluh kali ganjaran sahabat-sahabat Rasulullah saw.
Beri Kesempatan Orang Lain Jadi Al-Ghuraba
Jamaah shalat Idul Fitri rahimakumullah
Islam memanggil umatnya sekarang ini untuk tampil sebagai al-ghuraba, untuk menjadi para pembaru-reformis, untuk menjadi orang yang memperbaiki masyarakat ketika masyarakat sudah rusak.
Orang yang mau memelihara kebersihan dirinya ketika kekotoran sudah dianggap sebagai kebudayaan, orang yang melengkapi yang kurang; memenuhi yang hilang, yang mau memelihara agamanya walaupun ia harus merasa seperti memegang bara api di tangannya.
Sebab, walaupun kelompok al-ghuraba ini kecil, dia akan berpengaruh besar terhadap masyarakat di sekitarnya. Kalau kelompok al-ghuraba ini sudah hilang, hilanglah sudah peluang bagi masyarakat untuk memperbaharui dirinya. Allah swt berfirman:
فَلَوْلَا كَانَ مِنَ الْقُرُونِ مِنْ قَبْلِكُمْ أُولُو بَقِيَّةٍ يَنْهَوْنَ عَنِ الْفَسَادِ فِي الْأَرْضِ إِلَّا قَلِيلًا مِمَّنْ أَنْجَيْنَا مِنْهُمْ وَاتَّبَعَ الَّذِينَ ظَلَمُوا مَا أُتْرِفُوا فِيهِ وَكَانُوا مُجْرِمِينَ (116) وَمَا كَانَ رَبُّكَ لِيُهْلِكَ الْقُرَى بِظُلْمٍ وَأَهْلُهَا مُصْلِحُونَ (117)
“Andaikan dulu pada umat sebelum kamu ada orang-orang yang memiliki keistimewaan, yang berani mencegah umat dari kerusakan di bumi, tentu tidak akan terjadi kebinasaan kepada umat yang terdahulu. Sayang, hanya sedikit saja orang yang mau berbuat seperti itu, yaitu golongan yang Kami selamatkan di antara mereka.
Adapun orang-orang yang zalim hanya mengikuti orang-orang yang berbuat kemewahan di bumi, dan mereka berbuat dosa. Dan Tuhanmu tidak akan membinasakan satu negeri dengan kezaliman, padahal di tengah-tengah masyarakat itu ada kelompok yang memperbaiki masyarakat itu” (Hud 116-117).
Allah tidak akan menghancurkan suatu negeri jika di negeri itu masih tampil kelompok al-ghuraba, kelompok orang yang dianggap aneh, kelompok orang yang berbeda dengan kabilahnya, kelompok orang yang membawakan keyakinannya dengan bersedia memikul risiko apa pun yang dihadapinya. Rasulullah saw bersabda: “Berbahagialah orang-orang asing semacam itu.”
Kalau kita tidak sanggup menjadi al-ghuraba, maka berilah kesempatan kepada orang lain untuk menjadi al-ghuraba. Kalau kita tidak sanggup menjadi orang yang mempertahankan keyakinan, belajarlah memberi toleransi kepada mereka yang mau menyatakan keyakinannya.
Kalau kita tidak sanggup mengemukakan pendapat yang berbeda dengan kebanyakan orang, berilah kesempatan kepada orang lain untuk menyatakan pendapatnya yang berbeda, kalau kita tidak sanggup memberikan manfaat kepada orang lain, maka paling tidak, kita tidak menjadi orang yang menimbulkan mudarat bagi orang lain.
Evaluasi Diri
Para hadirin dan hadirat rahimakumullah
Pada hari yang penuh kesucian ini, marilah kita kalkulasi sudah sejauh mana kita telah berusaha hidup bersih dan suci. Marilah kita periksa apa yang sudah kita lakukan untuk kejayaan Islam dan kaum muslimin.
Sehingga benar benar terbukti bahwa kita adalah kader Islam yang militan. Yang tetap teguh dengan keimanan kendatipun rasanya panas dan menyakitkan seperti memegang bara api. Kader Islam yang menghabiskan usianya untuk tujuan luhur, yaitu terciptanya kedamaian dan kemaslahatan di muka bumi.
Doa Khutbah
الله اكبر الله اكبر لا اله الّا الله الله اكبر ولله الحمد
Rabbana …………..
Kesalahan telah menutup kami dengan pakaian kehinaan
Perpisahan dengan-Mu telah membungkus kami dengan jubah kerendahan
Besarnya dosa kami telah mematikan hati kami
Sejatinya tak sanggup kami sampaikan doa
Karena seringnya kami lalaikan perintah-Mu
Karena cepatnya kami melanggar larangan-Mu
Karena kurangnya kami mensyukuri nikmat-Mu
Namun kami beranikan juga bermohon kepada-Mu Karena kami tahu
Engkau maha pemurah pada mereka yang menghadap-Mu,
pada mereka yang menemui-Mu dengan penuh harapan.
Inilah kami ya.. Rabbana…
Bersimpuh di pintu keagungan-Mu
Bergetar berserah diri kepada-Mu
Kami sampaikan kepada-Mu…betapapun besar rasa malu kami
Permohonan hamba-Mu yang rendah dan hina ini
Rabbana….
Masihkah berguna pengakuan yang kami lakukan
Masihkah menolong pernyataan nista yang kami kerjakan
Wahai yang maha suci…..apapun yang terjadi
Kami takkan berputus asa terhadap-Mu
Bahkan ingin kami sampaikan ucapan hamba-Mu yang hina,
yang menzalimi dirinya….
Yang meremehkan kebenaran Tuhannya
Yang dosa-dosanya makin membesar..bersama hari-hari hidupnya..
Sehingga sampailah saatnya
Ketika kesempatan bertobat telah terlambat dan maut siap menjemput
Yakinlah ia tiada tempat berlari ataupun berlindung kecuali
pada naungan-Mu
Datanglah ia menghadap-Mu
Dengan ketulusan tobatnya
Bersimpuh dihadapan-Mu
Dengan hati yang bersih suci-fitri
Menyeru-Mu dengan suara parau dan bergetar
Ia menunduk di haribaan-Mu hingga melengkung punggungnya
Menunduk di depan-Mu hingga rebah kepalanya
Air matanya deras membasahi pipinya
Seraya memuji kebesaran-Mu
Subhanakallahumma wa bichamdika Allahummaghfirli
Wahai dzat yang maafnya lebih sering dari pada siksanya
Wahai dzat yang ridhanya lebih besar daripada murkanya
Wahai dzat yang selalu anugerahkan ampunan pada makhluk-Nya
Wahai dzat yang selalu menerima taubat hamba-Nya
Naungi dosa-dosa kami dengan awan rahmat-Mu
Curahi aib kami dengan hujan kasih-Mu
Jangan lewatkan kami pada hari kiamat dari sejuknya ampunan-Mu
Jangan tinggalkan kami dari indahnya maaf-Mu
Wahai yang maha cepat ridhonya
Ampunilah orang yang tidak memiliki apapun kecuali do’a
Wahai yang asma’-Nya jadi penawar
Wahai yang mengingat-Nya jadi penyembuh
Wahai yang mentaatinya jadi kekayaan
Ampuni orang yang modalnya harapan dan senjatanya hanyalah tangisan.
Wahai penabur karunia! Wahai penolak bencana! Wahai Dzat yang caha-Nya di atas segala cahaya! Terangilah mereka yang terempas dalam kegelapan.
Ya Allah ya Tuhan kami,
Wahai Keindahan yang menciptakan sendiri segala yang indah
Wahai Pencipta yang melimpahkan sendiri segala anugerah
Wahai Sang Maha Pemurah yang telah menganugerahi kami negeri sangat indah dan bangsa yang menyukai keindahan
Ya Allah yang telah memberi kami kemerdekaan yang indah
Demi nama-nama Agung-Mu yang maha indah
Demi sifat-sifat suci-Mu yang maha indah
Demi ciptaan-ciptaan-Mu yang serba indah
Anugerahilah kami, pemimpin-pemimpin kami, dan bangsa kami, kepekaan menangkap dan mensyukuri keindahan anugerah-Mu.
Keindahan merdeka dan kemerdekaan
Keindahan hidup dan kehidupan
Keindahan manusia dan kemanusiaan
Keindahan kerja dan pekerjaan
Keindahan sederhana dan kesederhanaan
Keindahan kasih sayang dan saling menyayang
Keindahan kebijaksanaan dan keadilan
Keindahan malu dan tahu diri
Keindahan hak dan kerendahan hati
Keindahan tanggung jawab dan harga diri.
Anugerahilah kami, pemimpin-pemimpin kami, dan bangsa kami/ kemampuan mensyukuri nikmat-Mu dalam sikap-sikap indah yang Engkau ridhai.
Selamatkanlah jiwa kami dari noda yang mencoreng keindahan martabat kami
Pimpinlah kami, pemimpin-pemimpin kami, dan bangsa kami ke jalan indah menuju cita-cita indah kemerdekaan kami
Kuatkanlah lahir batin kami untuk melawan godaan keindahan-keindahan imitasi yang menyeret diri-diri kami dari keindahan sejati Kokohkanlah jiwa raga kami untuk menjaga keindahan negeri kami.
Ya Malikal mulki, wahai Tuhan yang maha Kuasa janganlah Engkau kuasakan kami pada penguasa-penguasa yang tidak takut kepada-Mu dan tak mempunyai belas kasihan kepada kami.
Ya Nuuru, wahai Maha Cahaya di atas segala Maha Kuasa
Pancarkanlah cahaya-Mu di mata dan pandangan kami
Pancarkanlah cahaya-Mu di telinga dan pendengaran kami
Pancarkanlah cahaya-Mu di mulut dan perkataan kami
Pancarkanlah cahaya-Mu di hati dan keyakinan kami
Pancarkanlah cahaya-Mu di pikiran dan sikap kami
Pancarkanlah cahaya-Mu di kanan dan kiri kami
Pancarkanlah cahaya-Mu di atas dan di bawah kami
Pancarkanlah cahaya-Mu di dalam diri kami
Pancarkanlah cahaya-Mu, duhai Maha Cahaya
Agar kami kami dapat………
Menangkap keindahan anugerah-Mu dan mensyukurinya
Menangkap keindahan kebenaran dan mengikutinya
Menangkap buruknya kebatilan dan menjauhinya
Menangkap keindahan kejujuran dan menyerapnya
Menangkap keburukan kebohongan dan mewaspadainya
Pancarkanlah cahaya-Mu wahai Sang Maha Cahaya
Sirnakan dan jangan sisakan sekelumit pun kegelapan di batin kami.
Jangan biarkan sirik dan dengki, ujub dan takabur, benci dan dendam, kejam dan serakah, dusta dan kemunafikan, gila dunia dan memuja diri, serta bayang-bayang hitam lainnya yang menutup pandangan mata-batin kami dari keindahan wajah-Mu.
Yang menghalangi kami mendapat kasih-Mu. Yang menghambat kami untuk sampai kepada-Mu.
Ya Allah, Tuhan kami yang Maha Pemurah, kami berdoa seperti yang Engkau perintahkan, maka kabulkanlah seperti yang Engkau janjikan, dan ampunilah, segala dosa kekhilafan kami.
Waallah a’lam (*)
Editor Mohammad Nurfatoni