PWMU.CO – Ini Tiga Pendekatan MUI pada Persoalan Umat dibahas pada Pengajian Nasional Gerakan Solidaritas Palestina dan Politik Timur Tengah, Jumat (21/5/2021) malam.
Yang menyampaikan, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Kerja Sama Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional Prof Dr H Sudarnoto Abdul Hakim MA. Sedangkan, penyelenggara kegiatan virtual itu Lazismu Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
Prof Sudarnoto menyatakan, MUI tentu saja menjadi tulang punggung kepedulian terhadap persoalan-persoalan yang sedang kita hadapi itu. “Tentu saja, pendekatan-pendekatan yang dilakukan majelis ulama tidak sekadar pendekatan-pendekatan keagamaan,” ujarnya.
PWMU.CO mencatat tiga pendekatan yang Sudarnoto sampaikan di forum itu. Berikut ketiga pendekatannya.
Wasathiyatul Islam
Pertama, langkah-langkah keagamaan ini, lanjutnya, telah kita lakukan di berbagai event untuk penyelesaian konflik, misal di Afganistan. Bahkan tiga atau empat tahun lalu, pertemuan para ulama dunia di Bogor sudah melahirkan gagasan tentang wasathiyatul Islam.
“Indonesia jadi pusat wasathiyatul Islam global, ini adalah bagian penting untuk menegaskan posisi Indonesia dalam rangka ikut menyelesaikan persoalan internasional, termasuk konflik,” terang Sudarnoto.
Lantas dia menyimpulkan, keterlibatan ulama-ulama di Indonesia, organisasi-organisasi Islam menjadi sangat penting untuk penguatan wasathiyatul Islam ini.
Program Pendidikan
Kedua, program-program kongkrit—-sebagaimana yang Prof Hilman Latief katakan dalam sambutannya. Sudarnoto menerangkan, dalam jangka panjang, ikut memberikan ruang peluang bagi negara-negara yang mengalami konflik untuk bisa menikmati atau melanjutkan pendidikan.
Dia berharap, program-program pendidikan, beasiswa, yang diberikan kepada anak-anak muda, baik Palestina maupun Afghanistan dan lainnya, jadi bagian sangat penting untuk membangun masa depan negara-negara yang bersangkutan.
“Saya kira program-program ini sangat konkret!” ujarnya.
Sudarnoto menyatakan, sebagaimana yang diketahui, majelis dikti dan Lazismu punya catatan yang sangat penting terkait jumlah mahasiswa asing yang diberi beasiswa. Juga, kesempatan melanjutkan studi, baik di tingkat sekolah menengah maupun di perguruan tinggi.
Program Kemanusiaan
Ketiga, program konkret berikutnya: kemanusiaan. Sudarnoto menyatakan, MUI sejak tahun 2019 telah bekerja sama dengan wali kota Hebron, Palestina. Program kemanusiaan ini berupa mendirikan rumah sakit Indonesia di sana.
“Inilah rumah sakit kedua setelah rumah sakit di Gaza. Hari ini, sebagian ruang administrasi berantakan karena bom Israel!” ungkapnya.
Maka, dia mengaku sangat bersyukur, tingginya antusiasme masyarakat untuk ikut terlibat berpartisipasi untuk mendukung program-program itu. (*)
Penulis Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni