PWMU.CO – Wafat, Muhammad Thaha sang Spesialis Penjadwal Khatib. Anggota Majelis Tabligh PWM Jatim Muhammad Thaha wafat di Rumah Sakit Siti Khodijah, Sepanjang, Taman, Sidoarjo, Senin (24/5/2021) pukul 09.55 WIB.
Sekretaris Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim Ir Tamhid Masyhudi mengatakan, Muhammad Thaha wafat karena sakit diabet.
“Sebelumnya, beliau sudah keluar masuk di rumah sakit dekat rumahnya—Rumah Sakit Usada—di Wage, Taman, Sidoarjo,” ujarnya.
Terakhir ini, sambungnya, beliau dibawa ke RS Khodijah tapi sudah parah diabetnya, sehingga sampai (berdampak) pada tulang paha dan kaki sampai bawah.
Di RS Khodijah, jelas Tamhid, dilakukan penangan yang lebih serius dengan melibatkan tim dokter yang terdiri lima dokter spesialis. Yaitu ahli penyakit dalam, paru, orthopedi, jantung, dan anestesi.
Tamhid yang dihubungi PWMU.CO lewat sambungan telepon seluler di RS Khodijah, Senin (24/5/2021) menjelaskan, tiga hari ini Muhammad Thoha sudah dipasang ventilator karena pernafasannya sudah sangat lemah.
“Dan pagi tadi saya diberitahu kalau kondisinya sudah parah. Maka saya datang ke rumah sakit. Kondisi jantungnya sudah ‘satu-dua satu-dua’. Tepat pukul 09.55 jantungnya sudah tak berdetak lagi,” terangnya
Dia menambahkan, setelah disucikan di RS Khodijah—oleh anak-anaknya yang dipandu petugas RS— jenazah Muhammad Thoha disemayamkan di rumah duka Jalan Jeruk IIID/20 Wage, Taman, Sidoarjo.
Rencananya jenazah akan di shalatkan di Masjid al-Ikrom Wage dan dimakamkan setelah Ashar di Pemakaman Islam Desa Wage, Kecamatan Taman, Kabupaen Sidoarjo.
Biografi Singkat
Drs H Muhammad Thaha yang lahir di Sidoarjo 18 Maret 1962 adalah alumnus FIAD (Fakultas Ilmu Agama dan Dakwah)—kini dilebur dalam Fakultas Ushuluddin—Universitas Muhammadiyah Surabaya.
Sekretaris Majels Tablih PWM Jatim Afifun Nidlom SAg MSI menjelaskan, Muhammad Thaha yang memiliki Nomor Baku Muhammadiyah (NBM) 549.555 itu pernah menjadi guru SMA Muhamamdiyah 2 (Smamda) Surabaya dan SMA Muhamamdiyah 1 Taman (Smamita) Sidoarjo.
“Sejak mahasiswa beliau sudah berdakwah,” ujarnya “Beliau juga sebagai pengusaha konveksi yang sukses, yaitu Owner UD Simpati.”
Menurut Nidlom, di Majelis Tabligh PWM Jatim, Thaha sudah mengabdi selama 30 tahun. Pernah menjabat Sekretaris Majelis Tabligh PWM Jatim periode 2000-2005 dan 2005-2010. “Hingga akhir hayatnya aktivis IPM dan IMM semasa muda itu masih aktif di Majelis Tabligh,” ujarnya.
Muhammad Thaha wafat meninggalkan seorang istri: Alifah Rochmah (56) dan empat anak. Yaitu: Nur Faizah (31), M. Khoirul Umam (29), Nashihatul Islamiyah (27), dan M. Nashihuddin (21).
Almarhum juga meninggalkan tiga menantu yaitu Fuad Syukri Zein (34, suami Nur Faizah); Essa Mulia Rifanti (27, sitri Khorul Ummah); dan Haris Nuruzzaman (28 suami Nashihatul Islamiyah).
Serta enam cucu: Fakhri Naufal Zein (6); Farhan al Abqory Zein (4); Fayra Nadhifah Zein (1,5); Fatimah Azkadina Umsa (2); Zadahu Bastoh (2 bulan); dan Aisyah Maimanah Umsa (3 pekan).
Spesialis yang Belum Tergantikan
Menurut Tahmhid Masyhudi, Muhamad Thaha adalah mubaligh sekaligus ‘manajer’ para mubaligh Surabaya dan sekitarnya.
“Beliau ini tokoh Majelis Tabligh yang belum ada gantinya. Karena Pak Thaha ini spesial. Beliau yang mengkoordinasi khatib-khatib di Surabaya. Setiap hari Jumat beliau itu harus mengkoordinasi, menugaskan, pada mubaligh-mubaligh untuk khutbah Jumat, termasuk hari raya,” ungkapnya.
Dia menjelaskan, almarhum sangat dipercaya oleh masjid-masjid di Surabaya dan sekitarnya. “Nah sampai hari ini belum ada yang bisa menggantikan karena hubungan beliau dengan takmir masjid yang sudah sangat lama dan dipercaya takmir-takmir masjid sehingga bisa mendistribusikan para mubalighnya,” terang dia.
Menurut Tamhid, almarhum Muhammad Thaha adalah mubaligh yang sangat bersahaja, ikhlas, dan tidak perduli dengan dirinya sendiri.
“Mesti sakit tapi kalau diminta untuk dakwah maka beliau akan berangkat. Jadi tidak memperdulikan dirinya. Itulah (karakter) orang-orang Muhammadiyah. Seperti Pak Nadjib Hamid, sama dengan Pak Thaha. Semangatnya melebihi dari kapasitas kesehatannya, fisiknya,” jelasnya. (*)
Penulis/Editor Mohamamd Nurfatoni