PWMU.CO – 890 Aktivis Pendamping Perempuan dan Anak Korban Kekerasan Divaksin. Menko PMK Muhadjir Effendy menegaskan, para aktivis itu merupakan target fungsional dan strategis dalam upaya menekan laju penyebaran Covid-19.
Pasalnya— mengutip Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (MenPPPA) Bintang Puspayoga—angka kekerasan perempuan dan anak meningkat tajam pada masa pandemi Covid-19.
Hal itu ditaksir selain karena faktor psikis para pelaku ataupun korban, melainkan juga karena terbatasnya para pegiat dan relawan yang bisa melakukan pendampingan serta advokasi pada setiap kasus.
“Tentu saja ini bukan hanya dari kekhawatiran masing-masing tapi karena anjuran pemerintah untuk membatasi diri, mematuhi protokol kesehatan,” ujar Muhadjir Effendy.
Namun, sambungnya, mudah-mudahan dengan adanya vaksinasi ini akan membangkitkan kembali kepercayaan diri para pegiat dan relawan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak.
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) itu membuka kegiatan Vaksinasi Covid-19 bagi Pendamping Perempuan dan Anak Korban Kekerasan di Kantor Perpusnas, Salemba, Jakarta, Senin (24/5/201).
Ia berharap dengan vaksinasi yang dilakukan terhadap sejumlah kelompok masyarakat—termasuk pegiat dan relawanpendamping kasus kekerasan perempuan dan anak—dapat mencapai target ideal yaitu kekebalan kawanan (health immunity). Sebagaimana perhitungan para ahli epidemolog yakni sekian persen masyarakat yang sudah divaksin akan mampu melindungi mereka yang belum terinfeksi atau belum divaksinasi.
Kendati demikian, Muhadjir berpesan khususnya kepada masyarakat yang sudah divaksin, agar tetap berdisiplin dalam menerapkan protokol kesehatan yaitu 3M (memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak. Di samping itu pemerintah juga akan secara ketat melakukan proses 3T (tracking, tracing, treatment).
“Walaupun nanti sudah divaksin harus tetap mematuhi 3T sebagai tanggung jawab pemerintah dan juga 3M oleh masyarakat. Jadi, ini adalah salah satu ikhtiar dari kita untuk menyukseskan program yang menjadi arahan Presiden,” tegasnya.
Wamenkes Jamin Keamanan AstraZeneca
Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono memastikan efektivitas dan keamanan dari penggunaan vaksin AstraZeneca yang diberikan kepada para pendamping perempuan dan anak korban kekerasan itu. Ia menyebut vaksin AstraZeneca telah digunakan lebih dari satu miliar vaksinasi di seluruh dunia.
Meskipun dinyatakan aman, namun Dante mengakui bahwa dilihat dari angka kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) dari vaksin AstraZeneca lebih tinggi sedikit daripada vaksin Sinovac. Hanya, dari nilai kemanfaatan antara vaksin AstraZeneca dan Sinovac adalah sama.
“Evaluasi sedang kita lakukan dan memang yang paling penting adalah evaluasi KIPI-nya ini. Kalau yang sudah diimunisasi ada kejadian-kejadian efek samping akibat vaksinasi ini, boleh melapor ke center vaksinasi yang ada dan untuk hasil kajian KIPI dengan batasan usia sedang kami bahas dan dalam minggu-minggu ini kita keluarkan,” tuturnya.
Sementara itu, ia menyatakan pemerintah lintas sektoral masih akan terus melakukan upaya percepatan vaksinasi. Kemenkes menargetkan percepatan vaksinasi mencapai 1 juta vaksinasi perhari dengan asumsi vaksinasi yang ada saat ini sudah cukup ditambah vaksinasi gotong-royong yang dimulai sejak 18 Mei lalu.
Bintang Puspayoga menambahkan pihaknya telah melakukan vaksinasi terhadap pemerhati perempuan sebanyak 327 orang pada bulan April lalu bertepatan dengan Hari Kartini. Sedangkan vaksinasi kali ini melibatkan 890 pegiat relawan kekerasan perempuan dan anak dari 67 organisasi.
“Concern kita adalah untuk bisa menurunkan angka kekerasan perempuan dan anak. Dengan vaksinasi ini akan memberikan rasa aman bagi mereka untuk memberikan pendampingan pada perempuan dan anak korban kekerasan,” tandas Bintang. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni