Kisah Ahmad Wasil Maksum Bangun Bisnis Awam Group dari Gerabah ditulis oleh Fathurrahim Syuhadi, Ketua Majelis Pendidikan Kader (MPK) Pimpinan Daerah Muhammadiyah Lamongan.
PWMU.CO – H Ahmad Wasil Maksum benar-benar memulai bisnis dari bawah. Itu semua tak lepas dari kondisi ekonomi keluarga orangtuanya.
Maksum dan Sauwanah—orangtuanya tergolong miskin. Wasil adalah sulung dari sembilan bersaudara. Kondisi ekonominya yang sulit itu membuat Wasil rela tidak melanjutkan sekolah demi pendidikan semua adiknya. Tak hanya itu dia juga harus menanggung biaya sekolah adik-adiknya.
Saat Wasil berumur 16 tahun, rumah bapaknya nyaris disita karena tidak mampu membayar utang. Maksum saat itu dililit utang. Dan Wasil tidak tega melihat orangtuanya terus-menerus dikejar utang. Maka ia nekat berangkat berjualan lampu semprong keliling ke Ngantang, Mojosari, dan Kertosono.
Selama enam bulan ia tidak pulang. Wasil harus mengumpulkan uang agar bisa mengembalikan utang bapaknya. Akhirnya, utang orangtuanya akhrinya bisa dilunasi.
Sekembali dari berjualan semprong, Wasil kemudian merintis usahanya sebagai pedagang kaki lima dengan berjualan gerabah atau perkakas rumah tangga.
Abdul Kholiq, sesepuh Muhammadiyah Babat kelahiran 1946, mengungkapkan, Wasil bejualan keliling dengan menggelar tikar di pasar-pasar tradisional dari pasar desa satu ke pasar desa yang lain. Seperti pasar Kedungpring, Modo, Ngimbang, dan Bluluk.
Tak jarang, panggilan akrabnya, beberapa hari tidak pulang karena barang dagangannya belum habis. Ia terbiasa tidur di pasar atau masjid.
Tapi karena karakternya yang kuat dagangannya bisa berkembang. Dia dikenal punya sikap tegas, disiplin, teguh pendirian, pekerja keras, ulet, dan amanah.
Maka, berawal dari satu toko gerabah, kini ada puluhan toko yang berada di mana-mana. Semua tokonya yang dirintis sejak tahun 1997 kini berlabel “Awam”, akronim dari Ahmad Wasil Maksum.
Tapi Awam juga bisa bermakna awam, yakni yang orang biasa, orang kebanyakan. Predikat itu melekat dalam dirinya karena dia hanyalah tamatan SMP Muhammadiyah 1 Babat.
Kini, selain toko gerabah yang menjual keperluan rumah tangga, Awam juga merambah ke elektronka, komputer, swalayan, apotek, alat kesehatan, kain, dan fitness centre
Hidup Sederhana
Ahmad Wasil Maksum yang hobi berjalan kaki ini, hidupnya sangat sederhana. Jarak 300 meter rumah dengan usahanya ia jalani dengan berjalan kaki.
Orang yang pertama kalinya bertemu, pasti tidak menyangka kalau Wasil adalah konglomerat Muhammadiyah Babat, Lamongan. Cara berpakaian pun sangat sederhana. Ia sangat santun dan selalu menyapa.
Rumahnya di Jalan Kauman Babat juga sangat sederhana. Rumah itu Tampak biasa-biasa saja. Tidak istimewa, apalagi terkesan elite. Orang tidak akan menyangka kalau rumah itu adalah rumah Haji Ahmad Wasil Maksum. Padahal ia dikenal sebagai pengusaha pribumi yang cukup sukses, bahkan bisa dibilang konglomeratnya Babat.
Kesederhanaan hidup Ahmad Wasil Maksum juga ditularkan kepada anak-anaknya. Ia membuatkan rumah untuk semua anak dan menantunya dalam bentuk yang sederhana juga.
Sebagai Bendahara Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Babat selama empat periode ia tidak tampak sebagai bosnya Muhammadiyah. Bila ke lokasi pembangunan AUM (amal usaha Muhammadiyah) ia terbiasa menyapa karyawan. Ia sangat teliti dan menguasai detil gedung yang sedang dibangun.
Semua itu merupakan prinsip yang ia pegang dan selalu ditanamkan kepada anak-anaknya.
Riwayat Hidup
Ahmad Wasil Maksum lahir pada 2 Pebruari 1941 di Babat Lamongan. Ia menempuh pendidikan di Madrasah Ibtidaiyah At Tandibiyah Babat. Madrasah ini merupakan madrasah tertua di Lamongan yang didirikan pada tahun 1918.
Setelah lulus dari Madrasah Ibtidaiyah, ia kemudian meneruskan ke SMP Muhammadiyah 1 Babat Bagian B (Ilmu Alam, Ilmu Pasti) lulus pada tanggal 15 Oktober 1958 dengan nomor induk 08. SMP Muhammadiyah 1 Babat merupakan sekolah tertua di Lamongan yang didirikan pada tahun 1953.
Ahmad Wasil Maksum dikenal siswa yang pendiam tapi cerdas. Ia adalah murid dan santri Mochammad Shaleh perintis Muhammadiyah Babat. Sedangkan Mochammad Shaleh adalah santri Mas Mansur Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Ketua 1937-1941.
Ahmad Wasil Maksum menikah dengan Dewi Masitha pada 1966. Dari pernikahannya ia dikarunia anak sebanyak 11 orang anak yaitu Nurhayati Rosyidah, Zuhrotun Nisa’, Ahmad Zaenal Fanani, Ahmad Arif Rahman Saidi, Ahmad Zakki Maghfuri, Ahmad Muflih Asrofi, Abidah Ulya Fitriyah, Ahmad Dzaqolbi Hadzifi, Fitrotul Laili Hanifah, Ahmad Fahim Din Ahmadi, dan Hananum Qurrotun Aini.
Beberapa kali Ahmad Wasil Maksum melaksanakan haji dan umroh. Ia melaksanakan haji bersama istrinya untuk pertama kalinya pada tahun 1976. Begitu juga dengan putra putrinya semua juga telah melaksanakan haji
Spesialis Bendahara
Wasil tercatat sebagai anggota Muhammadiyah Cabang Babat dengan Nomor Baku Muhammadiyah (NBM) 499.228 yang diterbitkan pada 29 April 1979 oleh Pimpinan Muhammadiyah Pusat yang ditandatangani KH AR Fachrudin dan H Djarnawi Hadikusuma.
Sejak 1964 dia dipercaya sebagai Ketua Pimpinan Cabang Pemuda Muhammadiyah (PCPM) Babat. Pada tahun itu juga Wasil mendirikan drumband sebagai syiar dakwahnya.
Ahmad Wasil Maksum merupakan salah seorang pendiri Rumah Sakit Muhammadiyah Babat tahun 1973 dan SMA Muhammadiyah Babat tahun 1971. Sekaligus sebagai koordinator keuangan di seluruh AUM Babat.
Pada periode 1978-1984 ia mulai terlibat menjadi Bendahara Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Babat. Selanjutnya pada periode 1984-1986 ia kembali menjabat Bendahara PCM Babat.
Abdul Kholiq mengungkapkan, pada periode 1975-1980 Wasil sebagai Bendahara PCM Babat melakukan sentralisasi keuangan untuk semua AUM pendidikan (SD, SMP, SMA dan pondok pesantren) serta rumah aakit Muhammadiyah.
“Semua pemasukan dan pengeluaran keuangan dilaporkan ke Bendahara PCM. Demikian juga untuk rencana pembangunan diatur secara bergantian dengan skala prioritas,” ujarnya.
Wasil juga kembali terpilih jadi Bendahara PCM Babat pada periode 1986-1990, 1990-1995, dan 1995-2000.
Selama menjadi Bendahara PCM Babat sejak 1978–2000 dengan bendahara di tangan Wasil keuangan persyarikatan bisa terkoordinasikan dengan baik karena manajemen keuangan bisa tersentral.
Untuk belanja persyarikatan dan gaji karyawan bila tidak ada uang kas, maka dialah yang mengusahakan. Bila ada kekurangan dialah yang menutup.
Testimoni Orang Dekatnya
Abdul Kholiq menyampaikan, Wasil itu orangnya sangat sederhana. Penampilannya tidak tampak seperti orang kaya. “Ia sangat dermawan, lebih lebih untuk kepentingan sosial kemasyarakatan,” ujarnya.
Arif Rahman Saidi putra keempat menyampaikan, ayahnya sangat ulet, tegas, dan disiplin. Ia selalu menepati janji terutama terkait keuangan.
“Bapak sangat terbuka dengan ide, saran, dan masukan terutama dari anak-anaknya,” jelas Arif Rahman Saidi Sekretaris Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Lamongan ini
Ia mengisahkan, ide dan usulnya dalam bisnis tidak pernah dipotong atau dilarang oleh beliau. “Diikuti saja sama beliau. Walau sepertinya beliau tahu akan gagal, tetapi tidak dilarang. Saat saya gagal dan saya tanya kok gak dilarang. Bapak hanya mengatakan ‘Lek gak ngono kowe gak ngerti (kalau gak begiru gak mengerti)’,” ungkapnya.
Arif menjelaskan, ayahnya selalu berpesan agar putra-putrinya selalu jujur, menepat janji, ulet dan tekun dalam ber bisnis. Jangan ansich hanya mikir untung saja
“Usaha Awam jangan dipecah atau dibagi-bagi sak dulurmu. Kalo bisa Awam tetap terus ada agar bisa memberi manfaat kepada keluarga sendiri dan lebih banyak kepada orang lain. Dapat bermanfaat untuk karyawan, suplier, dan masyarakat,” jelas Arif Rahman Saidi yang juga menjadi Direktur SPBU milik PDM Lamongan
Muslih Asnawi, mantan guru SMA Muhammadiyah 1 Babat mengatakan, Wasil merupakan pribadi yang keras, tegas, disiplin, lugas, dan tidak mengenal kompromi terhadap ketidak-benaran .
“Lebih baik tidak mendapat bantuan dari pemerintah dari pada harus memanipulasi kwitansi atas bantuan yang ada potongannya,” jelas anggota DPRD Lamongan periode 1999-2004 ini menggambarkan disiplinnya Wasil.
Menurut Muslih, Wasil termasuk dermawan yang tidak pandang bulu dalam memberikan pertolongan. Lebih lebih untuk persyarikatan Muhammadiyah.
Setelah beberapa hari dirawat di Rumah Sakit Adi Husada Surabaya, Ahmad Wasil Maksum wafat pada tanggal 18 Mei 2007 dalam usia 66 tahun. Ia dimakamkan di kuburan Islam desa Karangasem, Babat, Lamongan.
Semoga amal baiknya mendapat tempat terbaik di hadapan Allah SWT dan lahirlah pengusaha pengusaha Muhammadiyah di masa yang akan datang. (*)
Kisah Ahmad Wasil Maksum Bangun Bisnis Awam Group dari Gerabah: Editor Mohammad Nurfatoni