PWMU.CO – Syawalan Muhammadiyah Bontoala, Dorong AMM Lebih Berdaya. Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Bontoala, Kota Makassar, Sulawesi Selatan, menggelar acara Syawalan 1422.
Acara yang dirangkaikan dengan pelantikan Pimpinan Cabang Pemuda Muhammadiyah (PCPM) dan Pimpinan Cabang Nasyiatul Aisyiyah (PCNA Bontoala itu berlangsung di Gedung Serbaguna Aisyiyah Makassar, Selasa (1/6/2021)/.
Ketua PCM Bontoala Muhammad Sa’id memuji kepada angkatan muda Muhammadiyah (AMM) Bontoala. Ia menyebut, acara Syawalan ini terselenggara karena kerja keras dan ikhlas para pemuda Bontoala. Karena itu dia menyampaikan terima kasihnya.
“Bahkan, angkatan muda Muhammadiyah ini kita ketahui, dibawah komando Sanusi Ramadhan, memprakarsai pembangunan Masjid Nurul Hidayah. Saya tahu betul
sewaktu peletakan batu pertama, Desember 2019, panitia hanya memegang dana Rp 70 juta. Tapi alhamdulillah, hingga kini pembangunan tidak pernah berhenti,” katanya.
Pemuda Berdaya
Sekretaris Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Makassar Subani Martonadi juga mengaku salut kepada AMM Bontoala. Dalam sambutannya, Subani mendorong pemuda Bontoala untuk berdaya.
“Saya berpesan, pemuda harus memililki kemandirian. Tapi, tidak ada jalan lain untuk menjadi mandiri bagi pemuda, kecuali pintar dan cerdas. Bukan pintar saja. Buatlah apa yang mampu membuat kamu berdaya. Karena sekarang ini semua orang mau bersaing,” pesannya.
Subani mengaku, dirinya sedang mendorong pembangunan pusat pelatihan keterampilan bagi anak muda Muhammadiyah. Ia berharap, sarannya ini disetujui dan bisa segera terealisasi.
Sementara itu, Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Sulsel, Dr KH Mustari Bosra sebagai pembawa hikmah Syawalan berpesan terkait semangat kemandirian dan pemberdayaan pemuda.
“Saya teringat, ketika Pak Din Syamsuddin terpilih sebagai Ketua Pimpinan Pusat (PP) Pemuda Muhammadiyah. Waktu itu Pak Dawam Raharjo sebagai Ketua Majelis Ekonomi PP Muhammadiyah. Pak Dawam berpesan ada sepuluh profesi yang harus dikuasai oleh kader Pemuda Muhammadiyah,” kisah Calon Guru Besar Universitas Negeri Makassar ini.
Mustari melanjutkan, profesi yang diharus ditempati oleh kader-kader Pemuda Muhammadiyah itu di antaranya, birokrat, seniman, atau ilmuwan.
“Tapi profesi yang paling harus kita kuasai adalah menjadi pengusaha. Ini profesi yang ke sepuluh. Karena profesi ke sepuluh ini bisa membeli kesembilan profesi yang lain,” kata Mustari.
Dia juga mengingatkan bahwa sebenarnya, jargon Pemuda Muhamamdiyah ‘fastabiqul khairat‘ tidak hanya bermakna berlomba-lomba dalam kebaikan ibadah ritual.
“Al-khairat juga merujuk pada harta-benda, kepemilikan. Tapi kalau kita rujuk ke ayat, kita dilarang terlalu mencintai harta benda. Tapi saya kira pemuda tetap harus menguasai al-khairat. Bukan untuk terlalu cinta. Tapi untuk mendukung ibadah kita kepada Allah,” jelas Mustari. (*)
Penulis Hadisaputra Editor Mohammad Nurfatoni