PWMU.CO – Harta dalam Pandangan Islam, Khutbah Jumat Aktual oleh Dr Syamsul Ma’arif M PSDM Anggota Majelis Tabligh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur.
إِنَّ الْحَمْدُ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. أَمَّا بَعْدُ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ
Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah
Kehidupan merupakan suatu anugerah yang diberikan oleh Allah SWT kepada makhluk-Nya di muka bumi ini. Lahirnya seorang manusia di dunia adalah suatu kemenangan. Betapa tidak, dia adalah sang juara dari sekian juta sel benih yang mampu membuahi sel telur hingga menjadi janin, dan jadilah “kita” yang sekarang eksis di dunia ini.
Pada saat dilahirkan, Allah Subhanahu wa Taala menyempurnakan dan membekali kita dengan perangkat pendengaran, penglihatan, dan akal pikiran sebagaimana firman-Nya:
وَاللَّهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ ۙ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur”. (al-Nahl 78)
Oleh sebab itu, ketika sudah dilahirkan di dunia ini, kita harus dapat menjalani dan memanfaatkan kesempatan yang telah diberikan Allah SWT dengan sebaik-baiknya agar segala apa yang menjadi tujuan penciptaan dapat kita laksanakan sesuai kehendak-Nya, yaitu menjadi khalifah-Nya dimuka bumi ini.
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً
“ Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: ‘Sesungguhnya Aku hendak menjadikan khalifah di muka bumi….’” (al-Baqarah 30)
Lalu mengapa ada orang yang ”sukses” mengarungi hidup, sementara yang lainnya “gagal”? Pertanyaan ini sering terdengar di telinga kita. Manusia yang sukses atau berhasil secara spesifik mengetahui apa yang dia mimpikan, dia memiliki rencana dan kemauan keras untuk mewujudkannya.
Dan mengerahkan segala daya dan upaya untuk meraih kesuksesan tersebut. Sementara manusia pecundang, yang gagal dalam kehidupannya lebih menggantungkan masa depannya pada “nasib”, tidak memiliki “mimpi” atau tujuan hidup yang jelas sehingga tidak memiliki semangat untuk meraihnya.
Rasulullah SAW mengajarkan dan memberi contoh pada umatnya untuk mengoptimalkan potensi jasmani dan ruhani yang dimiliki demi meningkatkan potensi diri sehingga menjadi pribadi yang berkualitas, termasuk dalam bekerja dan menekuni dunia bisnis.
Begitu pentingnya berusaha mendapatkan rezeki secara benar (halal), seorang muslim tidak dibenarkan bermalas-malasan dalam berusaha. Dia harus memaksimalkan ikhtiar dalam upaya mencari rezeki yang halal karena itu dinilai ibadah oleh Allah.
Mencari rezeki yang halal adalah merupakan perintah Allah dan Rasulullah yang harus disikapi secara serius dan bersungguh-sungguh dalam mengamalkannya. Kesungguhan dalam berbisnis ini sama halnya dengan kesungguhan kita dalam mengamalkan rukun Islam dengan dasar keyakinan dan keimanan yang kuat kepada Allah dan Rasul-Nya. Dengan demikian “keimanan” merupakan prinsip dasar dalam bekerja atau berbisnis. Bahkan Islam menganggap “zalim” bagi pelaku bisnis yang tidak mendasari aktifitas bisnisnya dengan dasar keimanan.
Hadits Qudsi
Dalam hadist qudsi nomor 17 disebutkan bahwa:
“Dari Abu Dzar Al Ghifari RA, dari Rasulullah SAW sebagaimana beliau riwayatkan dari Rabbnya Azza Wajalla bahwa Dia berfirman:
Wahai hamba-Ku, sesungguhnya Aku telah mengharamkan kezaliman atas diri-Ku dan Aku telah menetapkan haramnya (kezaliman itu) diantara kalian, maka janganlah kalian saling berlaku zalim.
Wahai hamba-Ku, semua kalian adalah sesat kecuali siapa yang Aku beri hidayah, maka mintalah hidayah kepada-Ku niscaya Aku akan memberikan kalian hidayah.
Wahai hamba-Ku, kalian semuanya kelaparan kecuali siapa yang Aku berikan kepadanya makanan, maka mintalah makan kepada-Ku niscaya Aku berikan kalian makanan.
Wahai hamba-Ku, kalian semuanya telanjang kecuali siapa yang Aku berikan kepadanya pakaian, maka mintalah pakaian kepada-Ku niscaya akan Aku berikan kalian pakaian.
Wahai hamba-Ku, kalian semuanya melakukan kesalahan pada malam dan siang hari dan Aku mengampuni dosa semuanya, maka mintalah ampun kepada-Ku niscaya akan Aku ampuni.
Wahai hamba-Ku, sesungguhnya tidak ada kemudharatan yang dapat kalian lakukan kepada-Ku sebagaimana tidak ada kemanfaatan yang kalian berikan kepada-Ku.
Wahai hamba-Ku, seandainya sejak orang pertama di antara kalian sampai orang yang terakhir dari golongan manusia dan jin di antara kalian, semuanya seperti orang yang paling durhaka diantara kalian niscaya hal itu tidak mengurangi kerajaan-Ku sedikitpun.
Wahai hamba-Ku, seandainya sejak orang pertama diantara kalian sampai yang terakhir, semuanya berdiri di sebuah bukit lalu kalian minta kepada-Ku, lalu setiap orang yang meminta aku penuhi, niscaya itu tidak mengurangi apa yang ada pada-Ku kecuali bagaikan sebuah jarum yang dicelupkan ditengah lautan.
Wahai hamba-Ku, sesungguhnya semua perbuatan kalian akan diperhitungkan untuk kalian kemudian diberikan balasannya, siapa yang banyak mendapatkan kebaikan maka hendaklah dia bersyukur kepada Allah dan siapa yang menemukan selain (kebaikan) itu janganlah mencela kecuali dirinya sendiri.”
Dalam Al Qur’an Allah berfirman: “Dan katakanlah, bekerjalah kalian, maka Alloh dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaan kalian itu, dan kalian akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kalian apa yang telah kalian kerjakan.” (at-Taubah 105).
Sukses Harta Dianjurkan
Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah
Dalam ajaran Islam, hidup sukses dengan harta berlimpah bukanlah sesuatu yang dilarang. Bahkan dianjurkan agar pemeluk Islam adalah orang-orang yang sukses dalam bisnis, memiliki harta yang berlimpah.
Hanya saja kepemilikan harta tersebut harus didasari iman kepada Allah dan rasul-Nya. Harta yang dimiliki harus diorientasikan pada kebaikan dan manfaat yang optimal. Kekayaan bukan dikuasai untuk diri sendiri, tetapi ada sebagian hak orang lain yang musti diperhatikan dan diserahkan.
Dengan demikian, harta tersebut dapat dirasakan oleh saudara-saudara muslim yang lain yang kurang beruntung secara finansial seperti fakir miskin, anak yatim dan kaum dhuafa. Juga dapat bermanfaat untuk jihad fisabilillah.
Rasulullah SAW menegaskan bahwa pemilik mutlak harta adalah Allah SWT, sementara manusia hanyalah pemegang amanah (agent of trust), yang diberi amanah oleh Allah untuk mengelola harta tersebut. Sebagaimana firman-Nya :
آمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَأَنْفِقُوا مِمَّا جَعَلَكُمْ مُسْتَخْلَفِينَ فِيهِ ۖ فَالَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَأَنْفَقُوا لَهُمْ أَجْرٌ كَبِيرٌ
“Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu sebagai penguasanya. Maka orang-orang yang beriman diantara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya mendapatkan pahala yang besar.” (al-Hadid 7)
Pada ayat yang lain Allah SWT berfirman:
وَأَنْفِقُوا مِنْ مَا رَزَقْنَاكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوْلَا أَخَّرْتَنِي إِلَىٰ أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُنْ مِنَ الصَّالِحِينَ
“Dan belanjakanlah kepada salah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di Antara kamu, lalu ia berkata : Yaa Rabb ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh ?” (al- Munafiqun 10).
Harta Titipan
Ayat di atas menegaskan bahwa semua harta dan kekayaan yang dimiliki manusia sekadar titipan pemberian Allah kepada manusia. Para hartawan hanyalah pengelola yang mengatur (me-manage) dan membelanjakannya sesuai ketentuan Allah semata. “We are not absolute owner of our wealth but we are merely agent of trust or temporary manager”.
Rasulullah adalah contoh terbaik umat Islam dalam menjalankan bisnis. Beliau memulai bisnis sejak masa kanak-kanak hingga menjadi pengusaha yang sukses di usia muda. Dalam kiprahnya sebagai pengusaha, Rasulullah mengingatkan umatnya dalam mensikapi harta kekayaan secara positif serta berhati hati:
Harta merupakah titipan (amanah) dari Allah SWT yang pada suatu hari nanti akan diminta pertanggungjawabannya.
Harta sebagai perhiasan hidup yang memungkinkan manusia bisa menikmatinya dengan baik dan tidak berlebih-lebihan. Tetapi sebagai perhiasan hidup, keberadaan harta sering menyebabkan seseorang menjadi angkuh, sombong serta membanggakan diri. (al-Alaq 6-7).
Harta sebagai ujian keimanan. Itu terkait dengan cara mendapatkan dan memanfaatkannya, apakah sesuai dengan ajaran Islam atau tidak. (al-Anfal 28).
Harta sebagai bekal ibadah: untuk melaksanakan perintah Nya dan bermuamalah dengan sesama manusia melalui kegiatan zakat, infak dan sedekah. (Ali Imran 133-134).
Hidup mapan (life wealth) dan bahagia (happiness) adalah dambaan semua orang, dan ini dibenarkan dalam Islam. Bahkan dianjurkan, sebab dalam mengembangkan agama melalui jalan dakwah tidak sedikit biaya atau dana yang dibutuhkan. Dari dana zakat, infak, dan sedekah inilah perjalanan dan pengembangan dakwah Islam akan terdukung, dan itu bersumber dari orang-orang Muslim yang sukses secara ekonomi.
Kebahagiaan memang bukanlah bersumber dari berlimpahnya harta semata, namun dengan harta berlebih yang kita miliki, kita mampu berbuat banyak untuk umat dan agama Allah ini, kita dapat berbagi kebahagiaan dengan orang-orang sekitar yang kurang beruntung secara finansial.
Dengan kelebihan harta yang kita miliki “banyak” peluang berjuang untuk mencari ridha Allah dan “membeli” surga-Nya. Sehingga dengan sukses secara finansial, kita dapat berbagi kebahagiaan, menikmati kebahagiaan dan “membeli” kebahagiaan, sesuai ridha-Nya.
Kebahagiaan adalah hasil dari pencapaian tujuan yang spesifik, yang mengantarkan kita ke tempat dimana batin kita terasa damai, tenang dan nyaman, sehingga bisa menikmati hidup ini dengan indah bersama sang Pencipta.
Khutbah Kedua
ومن ولاه. أشهد أن لا إله إلا الله وأشهد أن محمدا رسول الله. معاشر المسلمين رحمكم الله أوصيكم وإياي بتقوى الله فقد فاز المتقون
قال الله تعالى فى القرآن الكريم, أعوذ بالله من الشيطان الرجيم, إِنَّ ٱللَّهَ وَمَلَٰٓئِكَتَهُۥ يُصَلُّونَ عَلَى ٱلنَّبِيِّۚ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ صَلُّواْ عَلَيۡهِ وَسَلِّمُواْ تَسۡلِيمًا. اللهم صل على محمد وعلى آله وصحبه أجمعين. اللهم اغفر للمسلمين والمسلمات والمؤمنين والمؤمنات الأحياء منهم والأموات إنك سميع قريب مجيب الدعوات وقضي الحجات. لَا يُكَلِّفُ ٱللَّهُ نَفۡسًا إِلَّا وُسۡعَهَاۚ لَهَا مَا كَسَبَتۡ وَعَلَيۡهَا مَا ٱكۡتَسَبَتۡۗ رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذۡنَآ إِن نَّسِينَآ أَوۡ أَخۡطَأۡنَاۚ رَبَّنَا وَلَا تَحۡمِلۡ عَلَيۡنَآ إِصۡرٗا كَمَا حَمَلۡتَهُۥ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِنَاۚ رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلۡنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِۦۖ وَٱعۡفُ عَنَّا وَٱغۡفِرۡ لَنَا وَٱرۡحَمۡنَآۚ أَنتَ مَوۡلَىٰنَا فَٱنصُرۡنَا عَلَى ٱلۡقَوۡمِ ٱلۡكَٰفِرِينَ. رَبَّنَا ظَلَمۡنَآ أَنفُسَنَا وَإِن لَّمۡ تَغۡفِرۡ لَنَا وَتَرۡحَمۡنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ ٱلۡخَٰسِرِينَ. لَّآ إِلَٰهَ إِلَّآ أَنتَ سُبۡحَٰنَكَ إِنِّي كُنتُ مِنَ ٱلظَّٰلِمِينَ. رَبَّنَا هَبۡ لَنَا مِنۡ أَزۡوَٰجِنَا وَذُرِّيَّٰتِنَا قُرَّةَ أَعۡيُنٖ وَٱجۡعَلۡنَا لِلۡمُتَّقِينَ إِمَامًا. عباد الله, إِنَّ ٱللَّهَ يَأۡمُرُ بِٱلۡعَدۡلِ وَٱلۡإِحۡسَٰنِ وَإِيتَآيِٕ ذِي ٱلۡقُرۡبَىٰ وَيَنۡهَىٰ عَنِ ٱلۡفَحۡشَآءِ وَٱلۡمُنكَرِ وَٱلۡبَغۡيِۚ يَعِظُكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَذَكَّرُونَ. ولَذِكْرُ اللَّهِ أكبر! أَقِمِ الصلاةَ
Editor Mohammmad Nurfatoni
Naskah khutbah ini kali pertama dimuat majalah Matan Matan 153 April 2019 dengan judul Khutbah Jumat: Bisnis dalam Pandangan Islam