PWMU.CO – Anggota DPRD ke PCM Rungkut: Jangan Segan Ajak Saya Ngopi. Hal itu mengemuka dalam Silaturahmi Syawalan yang digelar Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Rungkut Surabaya, Ahad (5/6/2021).
Selain untuk mempererat silaturahmi acara juga dipakai untuk pimpinan ortom dan pengurus Panti Bayi Muhammadiyah (PAM) Medokan Ayu Rungkut. Acara yang berlangsung pukul 07.30-11.00 WIB ini bertempat di aula Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah 27 (Mimdatu) Surabaya. Hadir sekitar 100 peserta dengan tetap menerapkan protokol kesehatan.
Pimpinan organisasi otonom (ortom) yang dilantik adalah Pimpinan Cabang Pemuda Muhammadiyah, Nasiyatul Aisiyah, PC Ikatan Pelajar Muhammadiyah, Tapak Suci Putera Muhammadiyah, Kwartir Cabang Hizbul Wathan.
Adapun pengurus panti yang dilantik adalah Kepala Urusan (Kaur) Sarpras dan Logistik Bambang Setiaji; Kaur Keuangan M. Fahrudin; Kaur Tata Usaha dan Humas Adistiar Prayoga; dan Kaur Pendidikan M. Amirul Latif.
Ketua Pimpinan Cabang Pemuda Muhammadiyah (PCPM) Rungkut Riandy Prawita, mengungkapkan acara ini digelar dengan sederhana supaya menambah kedekatan warga Muhammadiyah.
“Kesederhanaan membuat kita semakin erat dan dekat dengan kondisi Muhammadiyah, khususnya di tingkat cabang. Hal ini akan memunculkan eskalasi kaderisasi, menambah keistikamahan, sehingga dapat saling berkolaborasi serta berbagi inspirasi dalam kebaikan” tutur Riandy yang juga ketua pelaksana kegiatan ini.
Menurutnya ortom Muhammdiyah kini semakin ‘seksi’ di mata anak muda. “Saat ini ortom Muhammadiyah itu semakin seksi. Di beberapa kasus sampai ada dualisme kepengurusan, saya tidak ikut-ikut, hanya bagian foto saja. Nah, seandainya di tingkat cabang juga seperti itu, dalam artian fasatabiqul khairat, tentu akan semakin menarik. Bukan malah saling menghindar,” ungkapnya disambut tawa para hadirin.
Menjaga Keikhalasan Berbuah Kegembiraan
Ketua PCM Rungkut H Faisal Haqqi—yang akrab dipanggil Abah—berpesan agar setiap warga, khususnya pimpinan ortom dan kaur panti yang telah dilantik, untuk selalu menjaga keikhlasan dalam menjalankan amanat.
“Kalau berorganisasi itu, laksanakan dengan tulus ikhlas, lillahi ta’ala. Insyaallah akan diberikan kemudahan. Lakukan dengan hati gembira, jalan keluar akan dimunculkan secara tidak disangka-sangka,” pesan Abah.
Dia melanjutkan, berbeda pendapat dalam menjalankan tata kelola organisasi itu adalah hal biasa, namun sebaiknya tidak diambil hati. “Ora usah digawe eker (gak usah ribut), tidak perlu berkeluh kesah, tata niat, 1-2 bulan, wes tho enak, percaya sama saya” ungkap Abah.
Dia lalu bercerita tentang kemudahan-kemudahan yang diberikan oleh Allah selama dua periode dia menjabat. Baik dalam menyelesaikan persoalan PAM, mengelola Mimdatu yang awalnya jatuh bangun hingga saat ini telah terbangun sekolah tiga lantai terakreditasi A, hingga seputar manajemen wakaf yang telah dipercayakan kepada PCM Rungkut.
“PCM Rungkut itu masih banyak potensi, oleh karena itu mari kita optimalkan bersama,” tandasnya.
Mari Menghidupi-hidupi Muhammadiyah
Pada kesempatan ini, tokoh lain yang turut hadir dan menjadi pembicara adalah Drs H Zayyin Chudlori MPdI—Wakil Ketua PDM Kota Surabaya. Pada kesempatan ini, dia mengapresiasi semangat para pengelola ortom yang telah dilantik.
“Dari tadi saya saya mengamati tiap-tiap poin surat keputusan (SK) yang dibacakan. Saya mendengar, hanya para kaur PAM yang mendapat tunjangan. Lainnya tidak ada. Ini justru membuat saya bergembira. Masih banyak warga yang turut berkontribusi di Muhammadiyah, khususnya tingkat cabang,” kata Ustadz Zayyin—sapaan akrabnya.
Dia kemudian menjelaskan, Muhammadiyah itu banyak memilikia amal usaha potensial, namun sayangnya, justru banyak warga Muhammadiyah yang enggan berkontribusi. Pada akhirnya, banyak orang luar yang justru masuk untuk mengisi peran. Sehingga tidak salah jika terkadang peran dan komitmen kemuhammdiyahannya kurang. Karena, niat awal mereka adalah mencari hidup di Muhammadiyah, bukan menghidup-hidupi Muhammadiyah.
“Saya masih ingat, sekitar 1960-an, orang-orang Muhammadiyah berjuang untuk mendirikan amal usaha Muhammadiyah. Mereka berwakaf, menyisihkan gaji, laba perniagaan, dan mengorbankan tenaga untuk mendirikan amal usaha. Hingga sekarang, berdirilah sekolah, rumah sakit, perguruan tinggi dan amal usaha lainnya. Jadi, miris jika semua amal usaha tadi tidak dikelola sesuai dengan visi Muhammadiyah. Meskipun pada prinsipnya sudah dikelola profesional” ungkap Ustadz Zayyin.
“Iya, boleh mencari hidup di Muhammadiyah, tapi jangan lupa bahwa kita juga harus menjadi mesin penggerak organisasi. Mari bersama-sama menjalankan amanat Kiai Dahlan untuk menghidupi-hidupi Muhammadiyah” lanjut beliau.
Ustadz Zayyin juga menjelaskan rencana-rencana pengembangan amal usaha di PCM Rungkut. Mulai dari Mimdatu, PAM, hingga Masjid Al-Anwar.
“Masjid Al-Anwar strukturnya akan diperkuat hingga minimal lantai tiga. Rencananya 4-5 lantai. Teman-teman ortom akan kita buatkan markas untuk berkumpul. Ayo buat aktivitas, kalau masih bingung, ngumpul saja, ngobrolin makan-makan, rujakan tidak mengapa, nanti ide bermafaat akan terpatik sendiri” kata Ustadz Zayyin, yang diiringi riuh oleh para pengelola ortom.
Muhammadiyah Harus Ada di Mana-Mana
Sesi terahir diisi oleh Arif Fathoni SH—Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Surabaya yang arab dengan panggilan Cak Tony. Dia merupakan anggota dewan yang terpilih untuk mewakili di daerah pemilihan III, khususnya Rungkut.
“Saya ini lahir di Sedayu Lawas, Lamongan. Ayah dan ibu saya adalah guru MI Muhammadiyah. Jadi bisa diartikan ketika saya lahir, saya otomatis dapat kartu tanda anggota Muhammadiyah, kebetulan saja ketika sudah besar akhirnya memilih jadi warga Surabaya dan mungkin dianggap tidak aktif di Muhammadiyah,” ungkap Cak Tony
Akan tetapi, sambungnya, kalau soal gagasan menghidup-hidupi Muhammadiyah dan Ali Imran 104 saya hafal betul. Jurus-jurus dasar Tapak Suci juga masih bisa diuji karena ayah saya juga pendekar Tapak Suci. “Jadi, jangan segan untuk mengajak saya ngopi,” tuturnya sambal disambut meriah peserta.
“Saya ini wakil Panjenengan. Saya mudah ditemui apalagi diajak ngopi. Mari kita saling bertukar gagasan untuk memajukan bangsa, khususnya di Surabaya. Bagi saya, warga Muhammadiyah itu harus dimana-mana, tapi tidak ke mana-mana,” tambahnya. (*)
Penulis Adistiar Prayoga Editor Mohammad Nurfatoni