PWMU.CO – Pemimpin itu harus punya ban serep. Jadi untuk memilih pemimpin selanjutnya tidak lagi mencari-cari kader karena sudah dipersiapkan sedini mungkin.
Hal itu diungkapkan oleh Sekretaris Pimpinan Wilayah II Tapak Suci Jawa Timur Drs H Robby Harmono PUa ketika ditemui PWMU.CO Ahad (6/6/2021) usai Musyda Pimda VI Tapak Suci Surabaya.
Menurut Robby Harmono dalam regenerasi kepemimpinan bila perlu ada dua atau tiga langkah ke belakang. Jadi pengkaderan harus betul-betul matang.
Gudang Pesilat Seni dan Olahraga
“Apabila sudah dua kali kepemimpinan biasanya kan dua periode harus diganti dengan yang lebih muda. Paling tidak yang lebih muda ini jangkauannya lebih luas dan lebih gesit,”ungkapnya.
Dia berharap setelah musyda ini segera menyusun program kerja yang nantinya juga akan memberikan sumbangsih seperti prestasi prestasi sebelumnya.
“Jadi kalau sudah pernah juara tiga kali berturut-turut, maka kalau perlu empat kali berturut-turut atau bahkan seterusnya juara. Karena memang Kota Surabaya itu gudangnya pesilat-pesilat, baik dari segi seni maupun olahraganya,” pesannya.
Robby mengingatkan agar lebih intensif mendidik generasi muda. Pimpinan baru harus segera membangkitkan generasi mudanya.
“Dan semua komponen terutama pelatih-pelatih muda paling tidak harus mengambil alih. Paling tidak ikut seperti halnya pelatih-pelatih terdahulu yaitu berprestasi lebih dari sebelumnya,” ujarnya.
Cetak Atlet Berbakat
Sementara itu Herman Rivai, mantan Wakil Ketua DPRD Surabaya, berharap Tapak Suci harus mencetak kader atau atlet yang bagus dan berbakat.
“Karena sekarang ini kader TS agak menurun. Dulu kader TS selalu juara umum di pertandingan yang diselenggarakan oleh IPSI, namun akhir-akhir ini tidak lagi. Dulu kelas TGR selalu dikuasai TS, kelas tanding juga begitu. Jadi kepengurusan sekarang harus mencari kader-kader terbaik,” tutur Pendekar Tapak Suci itu.
Perhatikan Regenerasi
Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Tapak Suci H A Fanan Hasanudin PUa menyampaikan pandangannya tentang perlunya regenerasi.
“Makanya tiap kali saya menjabat sebagai satu pimpinan dalam organisasi saya menerapkan maksimal dua periode,” ungkap mantan Sekretaris Pimpinan Wilayah Tapak Suci Jatim dua periode ini.
Di Pimpinan Pusat Tapak Suci, lanjutnya, sampai tiga periode diamanahi sebagai ketua departemen pembinaan prestasi. Dan yang terakhir sampai sekarang di Muktamar Makassar dipercaya sebagai Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Tapak Suci.
“Padahal saya sudah tua. Sebenarnya saya tidak mau, tetapi saya melihat harus ada administrasi yang bagus makanya saya mau,” ujarnya.
Dia mengamati apa yang dilakukan sekretaris periode sekarang Faisal Ardianto SOr PMa dalam Musyda cukup bagus. “LPJ bagus, materi-materinya bagus dan kemasannya juga bagus. Alhamdulillah mudah-mudahan ke depan bisa lebih bagus lagi,” urainya.
Kemenangan Harus Dipersiapkan
Dia berharap TS Surabaya ke depan harus lebih maju dari yang sekarang. “Ini luar biasa TS Surabaya. Tidak main-main tiga kali juara PON, tiga kali juara dunia, dan dua kali juara SEA Games berturut-turut,” ungkapnya
Menurutnya kemampuan intelektual di perguruan tinggi tidak banyak berpengaruh di pelatihan pencak silat. Yang lebih berpengaruh adalah keseriusan. Semua orang ingin menang tetapi kemenangan itu tanpa didahului oleh persiapan mempersiapkan kemenangan namanya omong kosong.
“Alhamdulillah di Surabaya ini kemauan untuk menang ada, kemauan untuk mempersiapkan kemenangan itu juga ada. Sekalipun dalam masa pandemi mereka masih tetap bisa berlatih,” terangnya.
Sukses Beladiri Sukses Akademik
Ketua Terpilih Drs Mahfud PKa saat ditemui PWMU.CO sebelum musyda menyampaikan dirinya diamanahi Pendekar Kepala. Kalau di Tapak Suci salah satu ketua dan di IPSI sebagai salah satu juri internasional.
“Tapak Suci itu bukan sekedar sukses beladiri tapi juga sukses akademis. Dengan adanya musyda maka akan terjadi pergantian pemimpin, dari yang sudah baik supaya lebih baik lagi,” terangnya.
“Bagi yang sudah berprestasi maka lebih berprestasi lagi. Apalagi kader kita sudah banyak di perguruan t iniinggi, baik di Universitas Muhammadiyah maupun perguruan tinggi yang lain,” tambahnya. (*)
Penulis Syahroni Nur Wachid. Co-Editor Sugiran. Editor Mohammad Nurfatoni