Media Massa Ramah kepada Anies Baswedan, Kembalinya Objektivitas Berita oleh Sirikit Syah, Pegiat MediaWatch
PWMU.CO– Ada perubahan signifikan di arah pemberitaan media massa mainstream, utamanya stasiun televisi, yang saya ikuti beberapa hari belakangan ini. Hampir semua channel menyediakan durasi lumayan panjang untuk wawancara khusus dengan Anies Baswedan, atau menyiarkan utuh penjelasan dia terkait pandemi Covid-19.
Tentu kita masih teringat beberapa waktu lamanya Anies Baswedan (AB) seperti tabu diberitakan media massa arus utama, seperti Amien Rais ditabukan di media jaringan kerabat Soeharto di era reformasi.
Pada bulan Maret 2020 saya di Jakarta untuk menjalani petscan. Saya mengalami awal-awal pandemi Covid-19 di sana. Gubernur AB sudah langsung bergerak, bahkan mengantisipasi jauh ke depan. Moda transportasi umum dikurangi, kantor-kantor diminta laksanakan Work from Home (WFH) bergiliran.
Lalu lintas juga dikurangi dengan mobil gantian plat nomor ganjil-genap. Suasana mencekam dan tegang, sampai saya buru-buru balik Surabaya karena kuatir stasiun KA dan bandara akan ditutup dalam waktu dekat dan saya tidak bisa pulang.
Namun kebijakan AB dikecam, di-bully, dimentahkan oleh pemerintah pusat. Apapun rencana AB, dipatahkan oleh rencana pusat. Kemudian berbagai prestasi dan apresiasi internasional kepada DKI Jakarta – yang kebetulan gubernurnya AB – tidak muncul dalam berita.
Kita kebanyakan mendapatkan infonya dari media sosial. AB juga tampak tidak apa-apa, tidak terpengaruh, tetap bekerja sesuai tupoksi dan porsinya.
Entah apa sebabnya, saat ini media mainstream lebih ramah terhadap AB. Beritanya tak lagi tentang jembatan penyeberangan yang sudah rapuh dan berkarat, jalur sepeda yang harus dibongkar, korban Covid yang makin meningkat, dan lainnya yang serba negatif.
Bahkan ketika berita korban Covid di DKI meningkat, media memberi ruang pada AB untuk menjelaskan mengapa dan bagaimana solusinya. AB sendiri tidak membantah kekurangan dan kelemahan dalam pelaksanaannya.
Dia mengakui. Namun keterangannya dan imbauannya pada warga yang runtut, sistematis, jelas, sangat enak didengar, mudah dipahami, dan mendorong kepatuhan warga. Ini tentu berbeda dengan efek yang ditimbulkan dari beberapa pemimpin lain yang bicaranya membantah kondisi, mengaku negara masih baik-baik saja, keterangannya simpang siur, tidak konsisten, berubah-ubah, saling berbeda dan bertentangan. Ini membuat rakyat bingung.
Sejak Maret 2020, AB sudah mengatakan perlunya lockdown, yang waktu itu diremehkan. Kalau saja ….. Dengan berjalannya waktu, pemerintah terpaksa menjilat ludahnya sendiri. Saat ini di Jawa-Bali dilakukan lockdown –terlambat 1,5 tahun dari visi AB. Namun untuk menghindari tanggung jawab memberi makan warga di wilayah lockdown, digunakanlah istilah macam-macam. Kali ini PPKM. Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat.
Semoga anak sekolah tidak diminta menghafalkan singkatan-singkatan yang banyak macamnya itu ya.
Welcome back media arus utama. Narasumber pilihanmu memang harus otoritatif (berwenang), kompeten (berpengetahuan), dan kredibel (dapat dipercaya). Anies Baswedan adalah narasumber yang tepat karena memenuhi ketiga kriteria itu.
Surabaya, 8 Juli 2021
Editor Sugeng Purwanto