PWMU.CO – Jutaan umat Islam ikut bagian dalam Aksi Bela Islam Jilid III atau Aksi 212, di Jakarta (2/12). Tidak pandang bulu, umat Islam dari berbagai lapisan ikut bagian dalam aksi menuntut keadilan hukum untuk Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, tersangka kasus penistaan agama.
Dari sekian juta umat, 2 yang unik diantaranya adalah pimpinan Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (UMSIDA). Tepatnya DR Hidayatullah, Rektor UMSIDA 2014-2018, dan Prof Achmad Jainuri, Rektor UMSIDA periode 2006-2014. Datang dalam waktu yang berbeda, keduanya ikut bergabung dalam aksi super damai itu.
(Baca juga: 6 Keunikan dalam 1 Menit 59 Detik Pidato Presiden Jokowi di Depan Peserta Aksi 212)
“Sebagai bagian dari umat Islam, saya merasa terpanggil dan tergerak untuk ikut bangkit dan bergerak bersama-sama jamaah mengikuti ABI (Aksi Bela Islam) 212 di Monas,” begitu kata Hidayatullah kepada PWMU.CO (2/12).
Dalam faktanya, tambah Hidayatullah, aksi ini memang diikuti oleh umat Islam dari berbagai latar belakang dan usia. “Mulai dari anak-anak hingga kakek-nenek, ada semuanya.” Semuanya berbaur bersatu di Monas menuntut pengadilan yang seadil-adilnya untuk pelaku penistaan agama oleh Ahok.
(Baca juga: Orasi Kapolri pada Aksi 212: Berkali-kali di KPK Tak Bisa, di Polri Langsung Tersangka)
Adapun kesaksian Hidayatullah tentang kondisi riil Aksi 212 di lapangan bisa dibaca pada tautan: Suka Duka Menuju-Meninggalkan Arena Aksi 212, Begini Kesaksian Rektor UMSIDA.
Kehadiran di Monas untuk mengikuti Aksi 212 juga dilakukan oleh Rektor UMSIDA sebelum Hidayatullah, Prof Achmad Jainuri. Berbeda dengan Hidayatullah yang datang pada hari H aksi 212, Jainuri sudah datang ke Jakarta sebelum 2 Desember.
Sebagai sosok yang dikenal peneliti radikalisme, Jainuri ingin merasakan secara dekat bagaimana suasana kebatinan para peserta aksi. “Untuk itulah, selain aksi ABI III atau Aksi 212, saya juga ikut turun di ABI II atau aksi 411,” kata Jainuri kepada PWMU.CO (3/12).
Bagi Jainuri, memang ada sesuatu yang unik tentang 2 aksi umat Islam itu: 411 maupun 212. “Yang ikut terjun dalam aksi itu adalah umat yang benar-benar tulus. Jauh dari gambaran media umumnya yang melihat mereka lekat dengan kekerasan.”
(Baca juga: 4 Anomali Aksi 212 dan Bagaimana Menilai Aksi 212? Begini Kata Rektor UMM)
“Tentu saya ingin merasakan secara dekat suasana kebatinan ini. Sehingga rasanya tidak cukup kalau hanya mengikuti lewat media, terutama WhatsApp,” kata Jainuri. Lebih daripada itu, tambah Jainuri, fenomena 411 dan 212 juga menjadi semacam “anomali”, bahkan penggugur teori yang melekatkan Islam dan radikalisme.
Dan, bagi PWMU.CO, kehadiran 2 tokoh Muhammadiyah Jatim di arena aksi 212 ini cukup membantu. Sebab, keduanya juga menjadi semacam “kontributor” PWMU, terutama foto. Diantaranaya terlihat dari jepretan Begini Gambar Pergerakan Massa Aksi 212 di Jl Thamrin, Pagi Ini dan Aksi 212: Tergenang Air, Shalat Jum’at Ber-Qunut Nazilah Tetap Khusyu’. (iqbal)