Jangan Pernah Takut Menulis, Ikuti 5 Langkah Ini, kolom oleh Waviq Amiqoh, Guru SD Muhammadyah 2 GKB (Berlian School) Gresik.
PWMU.CO – Syarat menulis ada tiga. Yaitu menulis, menulis, dan menulis. Begitulah almarhum budayawan Kuntowijoyo memotivasi kita menulis.
Banyak jalan untuk mulai menulis. Salah satunya, berawal dari self healing atas pandemi yang berlarut ini. Sehingga, passion menulis itu bisa mulai dibangun, meski tanpa memiliki kemampuan. Voila! Bermunculan para penulis muda yang kini sukses menulis pada portal media online hampir tiap hari.
Di samping itu, banyak juga yang berputus asa akan ketidakmampuannya dalam menulis. Sebagian orang itu menutup rapat-rapat pintu menulis. Ada dinding berupa takut mencoba yang menghalanginya. Yang kini sudah biasa menulis pun, dulu juga pernah merasakannya.
Menulis sejatinya menuntut seseorang untuk berpikir dengan menuangkan apa yang dilihat, dibaca, didengar ke dalam sebuah tulisan. Tapi kenyataannya nggak semudah itu untuk mentransfernya ke tulisan.
Kendala dalam menulis bisa berawal dari kebingungan dalam mengelaborasikan sebuah gagasan yang kerap melanda. Akhirnya, pena sudah di tangan, tapi tulisan tak kunjung tergores pada selembar kertas. Padahal waktu telah berlalu berjam-jam lamanya.
Need of Achievement
Seseorang bisa mencapai titik balik dalam kehidupannya apabila memliki semangat dan siap bekerja keras untuk meraihnya. Semangat dan kerja keras itu bisa didorong oleh keinginan untuk memperoleh pencapaian. Mencapai sesuatu yang awalnya belum bisa dilakukan—menulis misalnya—menjadi prestasi bagi dirinya sendiri.
Dengan punya kebutuhan dasar untuk merasa perlu dan bisa menulis, kegagalan demi kegagalan yang telah dilalui dalam dunia kepenulisan tak lantas menyurutkan langkah kecil untuk meraih impian menjadi seorang penulis.
Salah satu teman saya, memilih strategi awal dalam hobi kepenulisannya dengan menempuh berbagai kelas menulis. Kini, strategi itu menghantarkannya menjadi lebih luwes dalam menulis. Juga mendorongnya ke berbagai strategi lain untuk mengembangkan keterampilan menulisnya.
Usaha Tak Akan Mengkhinati Hasil
Jika ingin berhasil menulis, maka harus berani membuka celah demi celah pintu menulis. Hal ini penting untuk menghasilkan tulisan berkualitas dan membuat penulisnya bertumbuh.
Setidaknya ada lima langkah agar kita tidak takut menulis: Pertama, membaca buku. Buku sebagai jendela dunia ungkapan yang realistis karena dapat mempeluas wawasan dan pengetahuan seseorang sebagai modal awal menulis.
Sebagaimana lima ayat pertama Al-Quran pada surat Al-Alaq berikut yang mengandung seruan bagi umat Islam untuk membaca.
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan; (1) Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah; (2) Bacalah, dan Tuhanmu Maha Pemurah; (3) Yang mengajar manusia dengan perantaraan pena; (4) mengajar manusia apa yang tidak diketahuinya (5).”
Kedua, berpartisi aktif pada pelatihan menulis selama periode tertentu. Naik-turunnya keinginan seseorang dalam menulis dibutuhkan atmosfer yang bisa membangkitkan semangat menulis. Hal itu bisa didapatkan salah satunya dengan bergabung mengikuti pelatihan untuk mengasah keterampilan menulis.
Ketiga, analisis perubahan tulisan. Setelah tulisan dimuat pada portal berita online, misalnya PWMU.CO yang memberikan kesempatan pada semua orang untuk berkontribusi dalam penulisan berita.
Pelajari dan analisis perubahan tulisan seperti yang selama ini direkomendasikan oleh Pemimpin Redaksi (Pemred) PWMU.CO Mohammad Nurfatoni. Kegiatan menganalisiss ini terbukti efektif mampu meningkatkan kemampuan menulis kontributor. Dan PWMU.CO hadir sebagai ajang belajar semimandiri yang efektif.
Keempat, bikin tantangan untuk membangun self regulated learning: kemampuan seseorang dalam membangun kemandirian belajar menulis secara otodidak. Perlu diberikan tantangan secara berkala untuk menjaga pengendalian diri dalam belajar menulis mandiri. Tantangan tersebut apabila disambut baik oleh seorang penulis dapat meningkatkan kualitas tulisannya.
Kelima, mentoring. Peran mentor dalam memberikan tantangan dan memotivasi seseorang untuk terus menulis sangat penting bagi penulis.
Kelima tahapan ini jika dilakukan dengan sepenuh hati dapat menjadikan seseorang yang belum pernah menulis sekalipun dapat menghasilkan tulisan yang berkualitas. Pemred PWMU.CO menyebut hal tersebut sebagai kontributor yang ‘naik kelas’.
Semangatlah menulis! Karena tulisan akan menjadi ladang dakwah nan kekal meski kita telah tiada. (*)