PWMU.CO – SDMM dorong guru menulis best practice sebagai inspirasi wahyu pertama yang diterima Nabi Muhammad SAW di Gua Hira, yaitu Surat al-Alaq Ayat 1-5.
Kepala SD Muhammadiyah Manyar (SDMM) Gresik Ria Pusvita Sari MPd menyampaikan hal itu saat membuka acara Workshop Penulisan Best Practice yang digelar secara online Sabtu (24/7/2021).
Selain diikuti guru dan pegawai SDMM, hadir sekolah partner. Yaitu SD Almadany Kebomas; MIM 1 Gumeno Manyar; MIM 2 Karangrejo Manyar; MIM 3 Doudo Panceng; SD Muhammadiyah 1 Bawean. Turut hadir juga guru-guru dari TK Aisyiyah 36 dan Play Group Tunas Aisyiyah Perumahan Pongangan Indah (PPI) Gresik.
Ria Pusvita Sari—atau yang akrab disapa Ustadzah Vita—memulai sambutan dengan membaca lima ayat yang menjadi wahyu pertama itu.
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan; (1) Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah; (2) Bacalah, dan Tuhanmu Maha Pemurah; (3) Yang mengajar manusia dengan perantaraan pena; (4) mengajar manusia apa yang tidak diketahuinya (5).”
Dia lalu mengutip tafsir Ustadz M Quraish Shihab tentang kata iqra yang menjadi pesan utama dari ayat-ayat tersebut. “Perintah membaca (iqra) pada ayat tersebut bermakna luas, yakni membaca apa saja selama bacaan tersebut atas nama Tuhanmu (bi ismi rabbika), yakni sesuatu yang bermanfaat,” ujarnya menerangkan maksud makna ayat pertama.
“Karena tidak disebutkan objek bacaannya, maka perintah iqra di atas mencakup segala sesuatu yang dapat dijangkaunya, baik yang tertulis (ayat-ayat qauliah) maupun yang tak tertulis (ayat-ayat kauniah),” tambahnya.
Di samping tidak disebutkan objeknya secara khusus, dia melanjutkan, ketika menerima perintah iqra itu, Nabi Muhammad SAW adalah seorang ummy alias tidak bisa membaca teks. Jadi, kurang tepat kalau perintah membaca ini hanya dihubungkan dengan hal-hal yang tertulis.
“Maka iqra, menurut Ustadz M Quraish Shihab, bisa berarti: bacalah, telitilah, dalamilah, ketahuilah ciri-ciri sesuatu, bacalah alam, tanda-tanda zaman, sejarah, dan diri sendiri, yang tertulis maupun tidak,” terangnya.
Artinya, sambung Ustadzah Vita, membaca bisa kita lakukan dengan objek apapun: apakah teks di dalam al-Quran, al-Hadits, kitab atau buku, jurnal, majalah, koran, atau materi di internet, dan sebagainya.
“(Jadi) Iqra berarti juga membaca keadaan sekitar, termasuk alam semesta, lingkungan sosial, bahkan diri kita sendiri,” tuturnya.
Perintah Menulis
Sekretaris Departemen Pendidikan Pimpinan Wilayah Nasyiatul Aisyiyah (PWNA) Jawa Timur itu meneruskan, selain perintah membaca, di dalam lima ayat itu juga ada perintah menulis walaupun disebutkan secara tidak langsung. Yaitu di ayat keempat: ‘Yang mengajar manusia dengan perantaraan pena.’
“Soal pena itu juga ada di dalam Surat al-Qalam Ayat 1-2: Nun. Wal qalami wama yasturun (Demi (huruf) Nun. Dan kalam (pena) dan apa yang ditulisnya), yang juga menjadi semboyan Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM),” kata mantan aktvis Pimpinan Wilayah IPM Jawa Timur itu.
Menurut dia, dua ayat tersebut menunjukkan pentingnya pena dalam segala bentuknya, yaitu pulpen, mesin ketik, mesin cetak, komputer, laptop, tablet, atau smartphone.
Pentinyan pena itu, karena dengannya kita bisa menulis. “Sedangkan dengan menulis, bukan saja kita dapat mendokumentasikan ide atau gagasan, lebih dari itu tulisan-tulisan kita akan menginspirasi orang lain,” terangnya.
Implementasi dalam Best Practice
Setelah menjelaskan inspirasi wahyu pertama tentang membaca dan menulis, magister lulusan Universtas Negeri Surabaya itu mengajak peserta untuk lebih membudayakan dua komponen dasar literasi itu.
Dia lalu memberi apresiasi kepada para guru SDMM yang telah aktif menulis berita-berita SDMM ke media online PWMU.CO sebagai implementasi membaca dan menulis, kemudian mempublikasikannya.
“Alhamdulllah, jika sebelumnya hanya ada lima guru, kini sudah sudah lebih dari 10 guru yang rajin menulis berita SDMM. Ini sangat kami apresiasi dan banggakan. Mudah-mudahan menginspirasi dan memotivasi sekolah partner SDMM,” ucap dia.
Tapi bagi guru Matematika yang juga penulis itu, tidak cukup hanya menulis berita. “Masih banyak bahan ‘bacaan’ yang perlu kita tulis dan kita publikasikan, bahkan kita lombakan. Dalam hal ini termasuk best practice atau praktik baik,” ujarnya memotivasi.
Menurut dia, banyak pengalaman atau praktik baik yang sudah dilakukan oleh para sivitas akademka SDMM ataupun sekolah partner, misalnya praktik saat mengajar kelas virtual.
“Bukan hanya dalam hal mengajar bidang studi, pengalaman mengajar lainnya seperti tahsin Quran atau membuat game dengan coding, itu juga merupakan best practice yang sangat layak untuk ditulis karena terbukti ada hasilnya,” jelasnya.
Tentu, kata dia, masih banyak lagi praktik baik yang sangat menginsprasi kalau ditulis sebagai best practice. Oleh karena itu dia mendorong agar para guru dan pegawai bersemangat menulis praktik baiknya.
Di bagian akhir sambutannya, Ustadzah Vita menyinggung tujuan dia mengundang Dr Mustakim SS MSi—Pengawas SMA Cabang Dinas Pendidikan Kabupaten Lamongan yang sering juara lomba penulisan best practice—sebagai pembicara tunggal dalam workshop ini.
“Kehadiran Pak Mustakim di sini adalah bagian dari upaya itu. Kami tak boleh hanya mendorong Ustadz dan Ustadzah agar termotivasi secara lisan. Tapi kami harus ‘mendampinginya’ dengan sistem dan pembinaan,” ujarnya. Karena itu, menurutnya, workshop kali ini adalah awal dari serangkaian langkah yang telah dirancang yang bertujuan agar guru dan mampu menulis best practice dengan baik.
“Kepada Pak Mustakim, saya sampaikan terima kasih karena telah meluangkan waktu di tengah kesibukan beliau. Semoga berkenan memberi bimbingan pada kita untuk menulis best practice yang benar-benar the best,” ucapnya.
Best Practice Akan Dibukukan
Upaya SDMM mendorong guru dan pegawai tidak berhenti pada penulisan best practice, tetapi berkesinambungan hingga karya tersebut bisa diikutkan pada berbagai lomba. Selain itu, SDMM akan mengupayakan agar praktik baik yang sudah ditulis dapat diterbitkan atau dibukukan.
“Ini penting, agar selain terdokumentasikan dengan baik, juga bisa dibaca orang lain sehingga memberi inspirasi. Inilah saya kira, yang termasuk ilmu bermanfaat dan pahalanya akan mengalir meskipun kita sudah meniggal dunia. Seperti kalimat bijak: ‘Jasad boleh pergi, tapi tulisan kita akan tetap abadi.’,” tuturnya.
Upaya-upaya peningkatan kualitas guru dan tenaga kependidikan seperti penulisan best practice ini, menurut dia adalah bagian dari menguatkan komitmen SDMM menjadi lembaga pendidikan yang menyelenggarakan berbagai layanan pendidikan untuk anak dan keluarga.
“Serta terus berkomitmen untuk menjadi contoh dalam melakukan praktik baik dengan penuh cinta dan semangat baru. Mudah-mudahkan kita diberi kekuatan oleh Allah untuk merealisaskan ide-ide ini,” harap dia. (*)
SDMM Dorong Guru Menulis, Inspirasi Wahyu Pertama: Penulis Zaki Abdul Wahid Editor Mohammad Nurfatoni