PWMU.CO– Pelepah pisang diolah menjadi barang bernilai diajarkan mahasiswa KKN (Kuliah Kerja Nyata) STIT Muhammadiyah Bojonegoro Kelompok 2 di Desa Jumput Kecamatan Sukosewu, Jumat (29/7/2021).
Pelatihan Dalung ini memanfaatkan tali dari pelepah pisang untuk dijadikan benda bernilai jual tinggi seperti tas, peci, tempat tisu, dan kursi.
Pelatihan Dalung dilakukan oleh tim kelompok 2 KKN STIT Muhammmadiyah Bojonegoro diikuti oleh 21 peserta warga Desa Jumput Kecamatan Sukosewu. Kegiatan yang berlangsung selama empat jam ini turut dihadiri oleh Kepala Desa Jumput Ibu Ibtiyatun dan Meisirin dari Dinas Koperasi dan UMKM Bojonegoro.
Dalam sambutannya, Kepala Desa Ibtiyatun menyampaikan, Desa Jumput memiliki potensi lokal yang perlu dikembangkan, salah satunya adalah tali pelepah pisang ini yang masyarakat desa setempat menyebut dalung.
”Berkat kehadiran mahasiswa KKN dari STIT Muhammadiyah Bojonegoro di desa kami ini, kreativitas warga bisa lebih dikembangkan dan ditingkatkan,” kata Ibtiyatun.
Sementara itu, Meisirin juga menyampaikan bahwa kalau pelatihan ini terus dikembangkan oleh warga Desa Jumput, Dinas Koperasi dan UMKM Bojonegoro akan membantu pemasaran hasil kreasinya.
Peserta pelatihan merasa mendapat ketremapilan baru dari KKN mahasiswa STIT Bojonegoroini. Seperti disampaikan Mbah Sapinah, salah satu peserta pelatihan. Dia merasa senang dan berterima kasih kepada mahasiswa KKN yang telah melatih dan membimbing warga dalam pelatihan dalung ini.
”Harapan kami bila ada KKN di sini lagi, bisa diadakan pelatihan seperti ini lagi agar kami semakin tahu dan maju,” tutur Mbah Sanipah.
Mahasiswa KKN mengajari peserta cara mengolah pelepah pisang yang sudah kering dipilin menjadi tali. Pelepah pisang dikumpulkan dari kebun pisang milik warga desa. Setelah dijemur kering, pelepah itu diuntai menjadi tali dengan digulung. Warna pelepah dipisahkan antara yang hitam dan coklat.
Setelah tali sudah jadi lalu dianyam menjadi berbagai macam barang berharga. Ada berupa kotak tisu, tas, peci, dan anyaman untuk kursi. Dalung yang semula tampak tak berharga itu ketika diolah kini menjadi benda bernilai. (*)
Penulis Ahmad Khoiris Editor Sugeng Purwanto