Membaca Quran Bagian dari Protokol Langit Covid-19, oleh M. Anwar Djaelani, penulis buku Keluarga Sakinah Perindu Jannah.
PWMU.CO – Pandemi Covid-19 adalah ujian sangat berat. Lihatlah, banyak yang sakit dan tak sedikit yang meninggal. Meski begitu, tetaplah optimis karena angka kesembuhan cukup menggembirakan.
Selanjutnya, ikhtiar agar kita lulus (dalam arti luas) dari pandemi ini harus terus kita lakukan. Maka, taatilah ‘Protokol Langit’ sekaligus patuhilah ‘Protokol Bumi’.
Protokol langit bersandar kepada petunjuk Allah dan Rasul-Nya. Protokol Bumi mengacu kepada panduan ulama dan ilmuwan. Dalam hal ini, ulama akan memberi dasar-dasar keagamaan dalam menghadapi pandemi Covid-19. Sementara, ilmuwan akan memberi petunjuk mulai dari bagaimana cara mencegah tertular (dikenal sebagai protokol kesehatan) sampai membantu proses penyembuhannya jika pada akhirnya kita terinfeksi Covid-19.
Jangan Cemas!
Menghadapi pandemi, jangan bersedih. Tetaplah bersikap positif, dengan menunjukkan ‘kejaiban’ seorang mukmin. Ajaib, karena mereka bersyukur ketika mendapat karunia Allah berupa nikmat dan bersabar saat menerima pemberian Allah berbentuk ujian semisal sakit.
Menghadapi pandemi, jangan sedih dan apalagi panik. Di titik ini, ingatlah selalu nasihat Ibnu Sina. Bapak Kedokteran itu memberi nasihat: Bahwa kecemasan adalah separo dari penyakit, ketenangan adalah separo dari obat, dan kesabaran adalah langkah awal penyembuhan.
Protokol Langit
Menghadapi pandemi, taatilah protokol langit. Semakin mendekatlah kepada Allah. Tunjukkanlah kecintaan kita kepada-Nya. Adapun di antara indikator cinta adalah selalu ingat kepada yang kita cintai.
Al-Quran adalah ‘Surat Cinta’ Allah kepada kita. Benar, ‘Surat Cinta’ sebab berisi petunjuk agar kita selamat dan bahagia ketika hidup di dunia. Bahkan, jika kita amalkan al-Quran, Kitab Suci itu akan membimbing kita agar bahagia pula di akhirat terutama di saat ‘bertemu’ dengan Allah.
Terutama di saat pandemi, lebih dekatlah kepada al-Quran. Membaca al-Quran adalah sebentuk cara dalam mengingat Allah. Dengan sering membaca (dan mempelajari) al-Quran akan didapat banyak hal termasuk hati akan menjadi tenang dan ini sudah separo obat. Perhatikan ayat ini: “….. (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.”
Dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram. Maknanya, situasi kejiwaan kita tenang. Jika posisi ini sudah kita capai, maka mengacu kepada panduan Ibnu Sina, separo obat sudah kita miliki bahkan langsung bekerja.
Al-Quran sebagai Obat!
Selanjutnya, ingat-ingatlah selalu hal berikut ini. Al-Quran itu memiliki banyak nama. Salah satunya, asy-Syifa’. Disebut asy-Syifa’ karena al-Quran dapat dijadikan sebagai obat untuk mengobati penyakit hati (semisal kekufuran, kebodohan, dan dengki) serta dapat pula digunakan mengobati penyakit fisik.
Perhatikan, membaca atau mendengar bacaan al-Quran bisa menjadi obat yang menyembuhkan, sebagaimana disebut al-Isra 82, bahwa: “Dan Kami turunkan dari al-Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan al-Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.”
Renungkanlah juga, Yunus 57 ini: “Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.”
Hasil Penelitian Menegaskan!
Benarkah membaca atau mendengarkan bacaan al-Quran bisa menyembuhkan? Pertama, kita yakin bahwa itu sepenuhnya benar! Bukankah di al-Baqarah: 2-3 ada penegasan, bahwa: “Kitab (al-Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa, yaitu mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka.”
Kedua, kita bertambah yakin tentang itu karena ada penelitian yang membenarkan hal itu. Mari baca hasil penelitian Efek Terapi Membaca Al-Qur’an: Sebuah Studi Ilmiah di www.okezone.com. Bahwa, Dr Ahmed Al-Qadhi meneliti topik itu di Klinik Besar Florida Amerika Serikat.
Penelitian itu ditunjang peralatan elektronik terbaru untuk mendeteksi detak jantung, ketahanan otot, tekanan darah, juga ketahanan kulit terhadap aliran listrik. Hasilnya, terbukti terjadi perubahan fisiologis pada sistem saraf otak dari pihak yang diteliti, yang mendengarkan pembacaan al-Quran.
Studi ini melakukan 120 eksperimen kepada dua jenis kelamin, kelompok usia yang berbeda, non-muslim dan tidak mengerti Bahasa Arab. Percobaan dengan teknik komparasi, membandingkan pembacaan ayat-ayat al-Quran dengan teks Arab biasa. Sementara, pihak yang diteliti tidak bisa membedakan antara bacaan al-Quran dan teks Arab biasa.
Percobaan Dr Ahmed Al-Qadhi menyimpulkan terdapat 97 persen efek positif pada subjek percobaan yang mendengarkan bacaan dari al-Quran dibandingkan dengan yang hanya mendengarkan teks Arab biasa. Efek yang dimaksud adalah dapat melahirkan ketenangan jiwa dan penyembuhan penyakit. Ini membuktikan bahwa mendengarkan al-Quran bisa menjadi obat. Ini efek psikis sekaligus fisik.
Dr Ahmed Al-Qadhi berhasil membuktikan bahwa mendengarkan bacaan ayat-ayat al-Quran, baik mereka yang bisa berbahasa Arab maupun tidak, dapat merasakan perubahan psikologis yang sangat besar.
Inti hasil penelitian, mereka yang mendengarkan bacaan al-Quran mengalami penurunan depresi, penurunan kesedihan, peningkatan ketenangan jiwa, dan bisa menangkal berbagai macam penyakit. Sekali lagi, hal yang didapat dua sekaligus yaitu efek positif psikis dan fisik.
Penemuan yang serupa juga didapat oleh peneliti lainnya, Muhammad Salim. Hasilnya, dipublikasikan oleh Universitas Boston Amerika Serikat.
Lebih jauh, baik Dr Ahmed Al-Qadhi dan Muhammad Salim bisa membuktikan bahwa membaca al-Quran dengan bersuara bisa menimbulkan vibrasi yang mampu membuat sel-sel yang rusak di tubuh manusia jadi sembuh dan bisa bekerja dengan baik.
Hanya Dia!
Alhasil, jangan cemas dan apalagi panik! Allah tak akan pernah memberi beban di luar batas kemampuan kita (baca al-Baqarah 286).
Sungguh, kapanpun, pegang erat ‘Surat Cinta’ Allah lewat asy-Syuaraa 80-82 ini: “Dan, apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku, dan yang akan mematikan aku kemudian akan menghidupkan aku (kembali), dan yang amat kuinginkan akan mengampuni kesalahanku pada hari kiamat.”
Adapun di antara jalan Allah menyembuhkan atau memberi kita kesehatan, ikutilah protokol langit dan protokol bumi. Lakukan kedua-duanya secara bersamaan. Setelah semua usaha kita kerjakan, lalu bertawakkal-lah kepada Allah. Berserah diri-lah kepada Allah, bahwa hanya Dia-lah yang membuat kita tak terpapar penyakit apapun. Bahwa, jika kemudian kita sakit maka hanya Dia pula-lah yang bisa menyembuhkan. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni