Ganjar Melambung, Mega Bingung oleh M Rizal Fadillah, Pemerhati Politik dan Kebangsaan
PWMU.CO– Hasil survei Charta Politika tentang elektabilitas 10 tokoh menempatkan Ganjar Pranowo pada peringkat tertinggi dengan 20,6 persen disusul Anies Baswedan 17,8 persen dan Prabowo 17,5 persen.
Sementara Puan Maharani 1,4 persen dan Airlangga Hartarto 1,0 persen berada di urutan 9 dan 10. Tingginya angka dan posisi Ganjar membuat publik bertanya tentang skenario yang sedang dijalankan.
Sebenarnya Ganjar Pranowo tidak sekuat Anies Baswedan baik popularitas maupun elektabilitasnya, namun survei dapat diatur sehingga Ganjar dibuat melejit dan harus menggeser Anies. Realitas geo-politik sesungguhnya dimenangkan Anies sebagai Gubernur DKI. Dalam survei ini Ganjar adalah mainan Jokowi dan tentu saja presiden memiliki segala daya untuk mampu memainkan.
Jokowi untuk dapat menjabat tiga periode bukanlah hal yang mudah. Melawan arus aspirasi, opini, atau moralitas politik. Pilihan pragmatis adalah mencari figur yang dapat menjadi kepanjangan tangannya. Presiden wajar jika awal menimbang Luhut, Moeldoko atau Ganjar Pranowo. Dua purnawirawan Luhut dan Moeldoko tidak berbasis partai, sedangkan Ganjar adalah kader PDIP, partai pemenang Pemilu.
Pilihan pada Ganjar setelah melihat Luhut memiliki seribu kerentanan dan Moeldoko gagal mengudeta Partai Demokrat. Ganjar diharapkan bisa membelah PDIP dan memproteksi Jokowi pasca lengsernya. Karenanya Ganjar harus terus dibuat melambung.
Agenda Jokowi mudah dibaca oleh PDIP yang menggadang-gadang Puan Maharani untuk manggung. Petugas partainya ini mulai menjadi anak durhaka. Jika permainan berlanjut maka jarak Megawati ”Godmother” dengan Jokowi ”Godfather” akan semakin tidak good. Jokowi yang dilepas PDIP akan berposisi menggantung. Tidak berkaki lagi.
Masalahnya kini Megawati tentu bingung. Sang Putri Puan Maharani yang dicoba didongkrak habis dengan ribuan baliho menghadapi kecaman masyarakat. Survei pun sengaja dibuat pula agar jarak semakin menjauh dari sang pesaing Ganjar Pranowo. Surat DPP PDIP No 3134 tanggal 11 Agustus 2021 menegaskan tentang hak prerogatif Megawati dan meminta kader untuk menghentikan pembicaraan soal presiden/wakil Presiden. Ada ancaman sanksi atas pelanggaran disiplin. Megawati bingung.
Konstelasi politik di sekitar Istana semakin menarik. Dapatkah permainan otak-atik ini menyelamatkan Jokowi dari keruntuhan? Jika hanya ini yang menjadi indikator tentu masih terlalu sumir. Akan tetapi retak-retak yang dipelihara dipastikan akan menyebabkan pecah. Penjagaan benteng pertahanan pun semakin melemah.
Lemahnya penjagaan benteng pertahanan Istana menyebabkan rakyat lebih mudah untuk membobolnya. Rakyat yang semakin marah dan muak dengan korupsi kekuasan yang sudah berada di luar ambang batas. (*)
Bandung, 14 Agustus 2021
Editor Sugeng Purwanto