Pengalaman Mengikuti Program Kampus Mengajar Perintis, ditulis oleh Abdul Jaelani dan kawan-kawan, mahasiswa Program Kampus Mengajar UMG.
PWMU.CO – Sejak Indonesia mencatat kasus Covid-19 pada tahun lalu, sepanjang tahun 2020, pembatasan sosial di Indonesia telah memaksa berjuta pelajar di Indonesia belajar dari rumah. Berbagai peluang maupun hambatan yang ada dalam pandemi ini, telah menyulitkan banyak pihak di antaranya guru, siswa, mahasiswa, bahkan orangtua.
Pendidikan di Indonesia selama awal pandemi Covid-19 bulan Maret 2020 lalu hingga sekarang masih memerlukan perhatian khusus. Kondisi pendidikan terlihat semakin miris terutama di wilayah daerah 3T—terdepan, tertinggal, dan terluar.
Dengan keadaan seperti ini, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti), menyelenggarakan suatu program yang bertujuan untuk meningkatkan dan menyelamatkan pendidikan di masa pandemi.
Kampus Mengajar Perintis (KMP) merupakan salah satu bagian dari Program Merdeka Belajar-Kampus Merdeka. Tujuannya, mengajak mahasiswa di Indonesia untuk menjadi guru dan para siswa sekolah dasar (SD) minimal terakreditasi B. Program ini merupakan solusi yang diberikan untuk mengatasi kondisi pendidikan selama pandemi, dengan melibatkan sekitar 2.500 mahasiswa dari universitas negeri maupun swasta di Indonesia.
Dalam kegiatan KMP ini, mahasiswa Universitas Muhammadiyah Gresik (UMG) berpartisipasi sebanyak 9 mahasiswa yang mengabdi di Kecamatan Geger Kabupaten Madiun, tepatnya di SDN Sangen 01 dan SDN Pagotan 02, yang dilaksanakan pada 12 Oktober-18 Desember 2020.
Program ini memiliki tiga poin penting. Yakni meningkatkan literasi dan numerasi serta adaptasi teknologi dan administrasi sekolah. Hal ini pastinya sangat dibutuhkan sekolah dalam memajukan pendidikan di kala pandemi seperti ini.
Ilmu yang Tidak Didapat di Bangku Kuliah
KMP memiliki banyak manfaat, baik bagi para guru di lingkungan SD, maupun siswa atau mahasiswa yang terlibat. Kaprodi Pendidikan Guru SD (PGSD) UMG Ismail Marzuki mengatakan, dengan adanya kesadaran para mahasiswa untuk ikut aktif dan terlibat dalam mengabdi di lingkungan sekolah, akan mendapat banyak sekali manfaat.
Selain pengalaman, kata Ismail Marzuki, para mahasiswa juga akan mendapat ilmu yang tidak bisa didapat saat mengikuti perkuliahan seperti biasa. Peserta KMP juga dapat membantu serta menerapkan ilmu yang telah dipelajari selama kuliah, untuk membantu para guru dan murid beradaptasi dan meningkatkan pembelajaran di masa pandemi.
Motivasi yang dimiliki oleh mahasiswa UMG untuk mengabdi tidak berhenti pada Progam KMP. Setelah ini, Ditjen Dikti mengadakan progam serupa yang dinamakan Kampus Mengajar Angkatan I, yakni pengembangan program dari KMP.
Dalam progam ini mempunyai sasaran lebih banyak mahasiswa, yakni 7.500 dan lebih banyak SD yang tersebar di seluruh Indonesia yang memiliki akreditasi C. Pada program tersebut lebih banyak mahasiswa dari UMG yang terlibat, yakni 20 mahasiswa lebih yang tersebar di beberapa kota diantaranya Gresik, Lamongan, Mojokerto, Surabaya, dan masih banyak lagi.
Harapannya, program ini bisa terus berjalan dengan jumlah yang semakin banyak, untuk memajukan dan meratakan kualitas pendidikan di Indonesia. (*)
Co-Editor Darul Setiawan. Editor Mohammad Nurfatoni.