PWMU.CO– BTM Surya Madinah Tulungagung yang didirikan tahun 2003 awalnya bermodal tekad, semangat, dan doa. Kini telah berkembang memberi manfaat bagi warga dan Persyarikatan Muhammadiyah.
Baitut Tamwil Muhammadiyah (BTM) Surya Madinah merupakan lembaga keuangan syariah berbentuk koperasi. Kantornya di Jl Wahid Hasyim 48 Kelurahan Kauman, Tulungagung. Tahun 2011 BTM ini bisa membantu pengadaan mobil operasional PDM dan dana abadi Rp 87 juta.
Pendiri BTM Surya Madinah H. Badarudin Moeskar menjelaskan, sewaktu dia memegang ketua Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan (MEK) PDM Tulungagung tahun 2000-2010 mendapat tugas dari Ketua PDM dr Anang Imam Masa Arief MKes untuk mendirikan koperasi syariah.
Gagasan pendirian BTM Surya Madinah, kata dia, tidak terlepas dari berkembangnya Baitul Maal wa Tamwil (BMT) Ar-Rahman. BMT ini koperasi syariah yang dia dirikan bersama koleganya pada tahun 1998.
Badar menuturkan, waktu itu ketua PDM Tulungagung ingin Muhammadiyah punya lembaga keuangan syariah. ”Warga Muhammadiyah itu jelas, maka harus bisa dimanfaatkan untuk kemajuan organisasi,” ucapnya ketika dihubungi di rumahnya.
Setelah mengikuti seminar di berbagai tempat dan amanah Majelis Ekonomi PP Muhammadiyah agar setiap PDM mempunyai satu lembaga keuangan, Badarudin bersama Munawan, Maeran, Nursyamsu mendirikan BTM Surya Madinah dengan modal uang tabungan MEK sebesar Rp 10 juta.
Ketika BTM Surya Madinah terbentuk, Badar diangkat sebagai ketua pengurus dan Nursyamsu sebagai manajer. Karena menangani koperasi ini maka dia mengundurkan sebagai ketua pengurus BMT ar-Rahman. ”Saya mundur dari BMT Ar- Rahman tepat lima tahun dengan aset Rp 3 M. Bagi saya itu luar biasa. Karena pertumbuhan yang cepat di tengah kondisi perekonomian yang lesu di masa reformasi,” ucapnya.
Waktu mengelola BTM Surya Madinah, Badar merancang strategi pasar berbeda dari umumnya lembaga keuangan. Dia memberikan hadiah berupa satu unit rumah di perumahan dan beberapa mobil kepada penabung yang beruntung.
”Saat itu belum ada koperasi maupun bank yang berani memberikan hadiah kepada nasabah atau anggotanya. Kita berani,” cerita Badar yang juga donatur Lazismu.
Setelah program tersebut di-launching, sambungnya, modal masuk ke koperasi luar biasa banyak. Ini menimbulkan percaya diri dan kepercayaan masyarakat meningkat.
Setelah sukses mengembangkan koperasi ini dan memberikan kontribusi bagi Muhammadiyah, Badar menawarkan rencana memindahkan sekolah yang menjadi satu dengan Kantor PDM ke lokasi lain.
”Saya ingin pindahkan sekolah ke lokasi lebih luas dan nyaman. Lahan sekolah dan PDM yang letaknya di sebelah alun-alun bisa dijadikan tempat usaha swalayan. Income PDM bisa nambah lagi. Namun tawaran ini gagal karena saat dibawa ke rapat pleno PDM tidak disetujui oleh pimpinan yang lain,” tuturnya.
Saat mengakhiri kepemimpinan di Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan, BTM memberikan kendaraan untuk PDM dan dana abadi yang bisa membantu operasionalnya.
Saudagar dan Birokrat
Badarudin Moeskar menyampaikan, Muhammadiyah dapat berkembang makin pesat kalau pimpinannya lebih banyak yang berbasis saudagar dan birokrat.
”Saudagar bebas berdakwah tidak hanya di lingkupnya bekerja namun bisa keluar lingkungan kerjanya. Saudagar itu fleksibel waktunya. Bisa pagi, siang, sore ataupun malam tergantung jamaah memintanya,” kata Badar yang bekerja sebagai distributor bahan bangunan.
Dia menceritakan, KH Ahmad Dahlan itu saudagar batik. Menyebarkan dakwah sampai ke Banyuwangi sambil berbisnis batik. ”Sehingga dapat dua hal. Pahala dari berdakwah sebagai investasi akhirat dan keuntungan financial dari bisnisnya,” ucapnya. (*)
Penulis Hendra Pornama Editor Sugeng Purwanto