PWMU.CO– Mengelola panik akibat pandemi Covid bisa dengan religious coping. Yaitu upaya memahami dan mengatasi sumber-sumber stres dengan cara mempererat hubungan dengan Tuhan.
Masalah ini dijelaskan oleh dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Muhammadiyah Probolinggo (STAIM) Dr Heri Rifhan Halili MPdI dalam webinar bersama pensiunan PLN se Jawa Timur, Kamis (26/8/2021).
”Kedekatan kita kepada Allah akan menjadi benteng pertahanan yang sangat kuat untuk menghambat datangnya stressor,” kata Heri Rifhan Halili.
Dia menjelaskan, banyak penelitian ilmiah menyebutkan bahwa agama sangat berperan dan dibutuhkan utamanya saat seseorang mendapati dirinya tidak mampu menghadapi kenyataan, atau saat menginginkan sesuatu yang tidak bisa didapatkan dari sesama manusia.
”Agamalah yang justru bisa menjadi sandaran yang sangat kokoh bagi seseorang dalam menghadapi keadaan yang penuh dengan ketidakpastian,” ujar doktor agama Islam lulusan Universitas Muhammadiyah Malang.
Heri menyampaikan, strategi dalam mengelola panik berdasarkan nilai-nilai agama dengan menguatkan tawakkal, menghadirkan ridho atas segala ketentuan Allah dalam musibah yang menimpa.
”Hadapilah musibah itu bukan dengan kalimat kenapa harus saya?, kenapa harus suami saya? kenapa harus istri saya?, kenapa harus orang tua atau anak-anak saya? Tapi sambutlah musibah itu langsung dengan kalimat inna lillahi wa inna ilaihi rajii’uun, sesungguhnya kita ini milik Allah, dan kita juga akan kembali kepadaNya. Kalimat istirja’ inilah yang membawa ketenangan, kedamaian, dan ketegaran, yang justru akan meningkatkan imunitas, membawa pada kesehatan jiwa dan raga seseorang,” kata Heri dengan mengutip firman Allah dalam surat al-Baqarah ayat 156-157.
Pembina pengajian di lingkungan Muhammadiyah dan Aisyiyah ini menambahkan, untuk semakin menguatkan rasa ridho atas ketetapan ujian Allah, maka seseorang perlu merenungkan tentang hak mutlak Allah atas hamba-hamba-Nya dan seluruh alam semesta.
”Mari kita renungkan, jika ada teman kita memiliki mobil, tetangga kita punya rumah, maka dengan penuh kesadaran kita menyatakan bahwa pemilik mobil atau rumah itu berhak melakukan apapun atas yang dimilikinya,” tuturnya.
Dikatakan, apakah orang itu mau memilih mobil dengan warna tertentu, memasang asesoris, rumahnya mau dicat warna apa, dimodel bagaimana, kita pun mengakui dan menghargai haknya. Maka seharusnya jauh lebih dari itulah juga pengakuan dan penghargaan kita atas hak Allah swt kepada hamba-hambaNya, apa saja ketetapan Allah itulah yang terbaik, dan Allah tidak akan menzalimi hambaNya.
”Jika kepada hak manusia saja kita bisa fair mengakui dan menghargai haknya, apalagi kepada Allah swt yang hakNya bersifat mutlak berbeda dengan hak manusia yang terbatas,” tandasnya.
Menurutnya, keyakinan untuk ridho dan berserah diri kepada Allah inilah yang akan menghadirkan banyak hal positif pada diri seseorang.
”Rasa ridho kepada Allah akan membangkitkan optimisme, sehingga muncul perasaan yang positif seperti tenang, nyaman, merasa aman, bahagia, dan terus semangat berikhtiar bangkit dari musibah yang menimpa,” ujar pria yang juga menjadi pengasuh program Tilawah By Phone Radio Suara Muslim Surabaya.
Tugas Tri Darma
Sementara Wakil Ketua STAIM Probolinggo Dr Benny Prasetya MPdI menyatakan, pihaknya mengapresiasi webinar yang diselenggarakan dan mendorong seluruh civitas akademika kampusnya menjalankan Tri Dharma Perguruan Tinggi dengan sebaik-baiknya.
”Dosen tidak hanya memberikan pendidikan dan mengajar di kampus, tapi juga penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Ini menjadi bukti upaya STAI Muhammadiyah Probolinggo terus memberikan manfaat, selaras dengan tujuan Muhammadiyah melalui dakwah yang mencerahkan dan berkemajuan,” katanya.
Ketua Ikatan Keluarga Pensiunan/IKA PLN Daerah Jatim Ir Dyananto SH MM MT MH mengatakan, IKA PLN Daerah Jawa Timur terus mengadakan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat, khususnya sebagai penguatan di masa pandemi.
”Sebelumnya kami juga mengadakan webinar mengelola panik dari sisi medis. Kali ini kami ingin mendapat pencerahan mengelola panik dari sisi spiritual dengan menghadirkan narasumber pakar keagamaan,” jelas Dyananto yang pernah menjabat General Manager PT PLN Persero Wilayah Sumatera Utara.
Kajian ini, sambung dia, semakin memberikan rasa tenang, dan mengupayakan kesehatan lahir batin bagi para pensiunan PLN se Jawa Timur. (*)
Penulis Fajar Arifianto Editor Sugeng Purwanto