PWMU.CO – 15 tahun terbit, kini Matan sediakan versi digital di alamat majalahmatan.com. Itu perkembangan mutakhir majalah Matan yang sejak tahun 2006 konsisten menerbitkan produk jurnalistiknya lewat media cetak.
Pemimpin Redaksi Matan Ainur Rofiq Sophiaan mengatakan, Matan harus bisa beradaptasi dengan perubahan zaman. Maka, di era internet ini, Matan juga harus bisa diakses lewat media elektronik.
“Kita sudah menyusun langkah masuk ke ranah digital. Beberapa waktu lalu sudah kita uji coba menerbitkan versi elektroniknya. Meski begitu, versi cetak tidak akan kita tinggalkan,” ujar Ainur, sapaan akrabnya saat memberikan sambutan dalam acara ‘Tasyakuran Milad Ke-15 Matan’ di Kantor Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim, Jalan Kertomenanggal IV/1, Surabaya, Sabtu (28/8/21) siang.
Di tengah pandemi Covd-19, acara tersebut dikemas secara sederhana dan terbatas. Redaksi Matan hanya mengundang anggota PWM Jatim, karyawan kantor PWM Jatim, dan beberapa undangan khusus, termasuk PWMU.CO.
Lebih Tepat Waktu
Pemimpin Umum Matan Biyanto menegaskan, saat ini majalah yang dicetah full colour 64 halaman itu lebih disiplin mengenai waktu penerbitan. Sejak April 2021, Matan sudah bisa hadir di meja pembaca setiap tanggal satu.
“Ini adalah pertama kalinya milad tanpa almarhum (Nadjib Hamid, Pemimpin Umum Matan sebelumnya). Sejak ditunjuk PWM menggantikan beliau, saya ditekankan agar bagaimana caranya bisa terbit tepat waktu. Karena itu, sejak April, tanggal 21 (materi) ke percetakan. Jadi tanggal satu sudah bisa di tangan pembaca,” tuturnya.
Dia juga mengungkapkan Matan mulai terbit versi digital pada Juli 2021. Menurutnya, setelah dua bulan terbit, ada 180 pengguna internet yang mengakses. “Alhamdulillah, ketika kita diterbitkan ada sambutan yang positif dari pembaca. Bahkan, yang mengakses ada yang dari Amerika, Irlandia, serta China. Di masa mendatang, saya berharap ini akan bertambah terus,” ujarnya.
Konsisten Dakwah Lewat Jurnalistik
Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Syafiq A. Mughni bersyukur Matan bisa terbit secara konsisten selama 15 tahun. Karena, sebelumnya PWM Jatim sudah pernah beberapa kali membuat majalah. Tapi tidak pernah bisa bertahan lama.
“Sebelum Matan terbit, PWM sudah sudah punya majalah. Tapi jatuh bangun, muncul tenggelam, dan beberapa kali berganti nama. Hanya Matan yang paling kuat bertahan sanpai sekarang,” ujarnya.
Maka dari itu, sambung dia, kita perlu bersyukur punya media untuk menyosialisasikan kebijakan, ide, dan pemikiran kita. “Kita targetnya terlampaui. Tidak hanya di lingkup PWM Jatim namun juga lintas provinsi. Saya berharap, secara substantif misi dakwah Matan ini bisa terus berlangsung,” kata Syafiq yang juga merupakan penggagas berdirinya majalah ini.
Senada dengan Syafiq, Ketua PWM Jatim M. Saad Ibrahim juga mengapresiasi konsistensi Matan dalam menjalankan misi dakwah Persyarikatan di ranah jurnalistik. Dia berharap, Matan bisa terus maju dan berkembang, tidak kalah dengan Suara Muhammadiyah (SM).
“SM yang usianya sudah ratusan tahun, telah mendapat penghargaan dari pemerintah. Jika dibandingkan dari segi usia, Matan mungkin tidak akan bisa menyaingi SM. Tapi kita bisa bersaing dari segi isi, konten, kualitas, dan penyebaran. Kita punya arah seperti itu. Terus memberikan informasi, edukasi, dan proyeksi dalam konteks Muhammadiyah ke depan, khususnya dari aspek literasi,” ujarnya. (*)
Penulis Miftahul Ilmi Editor Mohammad Nurfatoni