PWMU.CO – Ketika Saad Ibrahim Mencium Gambar Nadjib Hamid. Pigura besar berukuran 60×40 cm bergambar sampul majalah Matan Edisi Mei 2021 itu diserahkan oleh Sekretaris Redaksi Matan Anifatul Asfiyah kepada Ketua Pimpinan Wilayah Muhamamdiyah (PWM) M Saad Ibrahim.
Pigura bergambar Nadjib Hamid dengan judul besar Spirit Pengabdian Kader Terbaik itu adalah cinderamata yang disiapkan Matan untuk keluarga Nadjib sebagai penghargaan atas pengabdiannya di Matan selama 15 tahun sebelum kepergiannya 9 April 2021 lalu.
Selain meminta M Saad Ibrahim untuk menyerahkan cinderamata itu, Pemimpin Redaksi Ainur Rafiq Sophiaan juga mempersilakan istri alamarhum, Luluk Humaidah, untuk menerimanya. Keduanya sudah bersiap di depan tumpeng tasyakuran yang diletakkan di atas meja di lobi Kantor PWM Jatim, Jalan Kertomenanggal IV/1 Surabaya, Sabtu (28/8/2021) siang.
Pigura itu telah berada di tangan Saad. Dan Luluk sudah bersiap menerimanya. Tapi Saad ternyata tak langsung memberikannya. Dia mengangkat pigura itu sejajar dengan kepalanya, dan … tiba-tiba dia mengecup gambar karikatur Nadjib Hamid karya seniman Rihad Humala itu.
Setelah mencium gambar itu, Saad membalikkan wajah. Matanya tampak merah berkaca-kaca. Ia tak kuasa menahan air mata. Saad Ibrahim menangis. Ketika dia hendak menyerahan pigura itu pada Luluk, dengan terbata-bata Saad berucap, “Semoga apa yang beliau lakukan ini mendapat ridha Allah SWT.”
Undangan yang hadir dalam acara itu pun ikut terhanyut dalam suasana haru. Bahkan banyak yang terkejut ketika melihat ‘adegan’ Saad mencium gambar Nadjib Hamid.
Seperti terlihat pada wajah Nur Cholis Huda, Wakil Ketua PWM Jatim yang ada di sisi seberang meja tempat nasi tumpeng diletakkan.
Di deretan itu ada pula Biyanto (Sekretaris PWM Jatim yang juga Pemimpin Umum Matan), Syafiq A. Mughni (Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah), Achmad Jainuri (Wakil Ketua PWM Jatim), dan Tamhid Masyhudi (Sekretaris PWM Jatim).
Bangga dan Terharu
Kepada PWMU.CO yang menghubunginya Sabtu petang, Luluk Humaidah mengungkapkan bagaimana perasaannya saat menerima penghargaan itu.
“Rasanya penuh dada ini. Campur aduk. Bangga sekaligus terharu. Bangga sudah menemani Bapak untuk berjuang membesarkan Matan,” ucapnya. Luluk hadir di acara tasyakuran itu ditemani putra keduanya: Aunillah Ahmad atau yang biasa dipanggil Ulin.
Luluk mengungkapkan, peristiwa itu mengingatkan masa-masa perjuangan suaminya mengelola Matan. “Jika sudah kena deadline hampir tidak bisa diganggu sedikitpun,” kenangnya. Luluk masih ingat bagaimana dia menemani Nadjib Hamid berada di percetakan untuk mengawal Matan hingga proses pembuatan film atau plat.
“Saya juga ikut keliling membagi Matan di setiap acara se-Jatim, baik acara Muhammadiyah maupun KPU,” kata dia.
Luluk mengucapkan terima kasih atas penghargaan yang sudah diberikan oleh PWM Jatim dan redaksi Matan kepada almarhum dan keluarga. “Semoga Matan semakin berkembang pesat dan terus mencerahkan. Dan semoga menjadi amal jariah almarhum yang tidak akan terputus,” ucapnya.
Milad tanpa Nadjib Hamid
Nadjib Hamid adalah perintis majalah Matan yang terbit pertama Agustus 2006. Hingga wafanya, dia menjabat Pemimpin Umum Matan.
Sabtu siang itu, acara ‘Tasyakuran Milad Ke-15 Matan’—yang dikemas sederhana dan terbatas karena masih dalam situasi pandemi Covid-19—untuk kali pertama tanpa kehadiran Nadjib. Biasanya dia selalu hadir, bahkan ikut mengurus keperluan tasyakuran milad. “Ini pertama kalinya milad tanpa almarhum,” kata Biyanto.
Meski punya jabatan tertinggi di majalah itu, Nadjib tetap rajin menulis. Dia menggawangi beberapa rubrik, seperti Persyarikatan, Tarikh, dan Kiprah Daerah. Tak hanya itu, dia juga turun ke lapangan mencari berita, mencari iklan, mempromosikan, bahkan ikut mendistribusikan. Semuanya dilakukan dengan penuh antusias, semata-mata untuk misi dakwah Persyarikatan.
Ainur Rofiq Sophiaan menceritakan, dalam beberapa rapat redaksi, Nadjib sering menyampaikan bahwa menerbitkan media dakwah tidak bisa sekadar hitung-hitungan bisnis. Apalagi memperlakukannya sebagai komoditas biasa. Namun, ada misi dakwah Persyarikatan di dalamnya.
”Matan itu diterbitkan sejak awal membawa misi Persyarikatan yang sarat nilai dan misi. Jadi tidak mungkin kalau menggunakan kalkulasi media umum yang semata-mata kepentingan bisnis,” ujarnya menirukan perkataan Nadjib Hamid.
Untuk mengenang perjuangan Nadjib Hamid, PWM Jatim juga menerbitkan buku biografi Nadjib Hamid Mengabdi tanpa Batas yang rencananya akan diluncurkan pada, Sabtu 18 September 2021. (*)
Penulis Miftahul Ilmi Editor Mohammad Nurfatoni