PDIP Pasca Megawati oleh M Rizal Fadillah, Pemerhati Politik dan Kebangsaan.
PWMU.CO– Isu Megawati Soekarnoputri dilarikan ke rumah sakit viral di media sosial. Konon diberitakan berada di ruang ICU dan koma. Petinggi PDIP ada yang membantah dan menyatakan Mbak Mega sehat. Adapula kader yang bingung.
Wartawan senior Hersubeno Arief mengabarkan dari teman dokter bahwa Mega di RS itu benar. Ada yang mendoakan sehat tapi ada juga yang berharap wafat. Netizen menyikapi dengan beragam tanggapan yang sejalan dengan prinsip mengepak kebhinekaan dalam pemberitaan.
Di luar informasi yang simpang siur itu, cepat atau lambat Megawati Soekarnoputri dipastikan akan meninggalkan dunia politik. Baik disebabkan oleh kematian ataupun uzur. Persoalannya bagaimana nasib PDIP sepeninggal Megawati? Sebagai partai besar tentu dampaknya besar pula. Siapkah Puan Maharani menjadi pelanjut kepemimpinan trah Soekarno?
Yang sudah berada pada jalur politik saat ini memang hanya Puan Maharani. Ia mantan menteri koordinator dan kini Ketua DPR RI. Baliho mulai banyak terpasang untuk mengakselerasi jalan menuju istana. Meski cukup berat tetapi ia adalah ahli waris Soekarno terdepan. Memang ada Guruh Soekarnoputra namun tampaknya bidang seni lebih menyedot perhatiannya ketimbang politik.
Istana akan melirik PDIP dan mencoba menancapkan pengaruh. Jokowi dan tangannya akan berupaya merebut posisi. Apakah Jokowi sendiri, menitipkan putra, atau orang kepercayaan yang akan ditanam untuk menguasai singgasana. Ada Ganjar, Luhut, atau Tjahyo Kumolo. Jika Luhut yang dimaksud maka hal itu mengingatkan operasi Moeldoko saat mengudeta Partai Demokrat. Jokowi tak mau gagal kali ini.
PDIP tetap membutuhkan pemimpin dari trah Soekarno untuk mempertahankan kekuatan dan soliditas. Meski Puan memiliki banyak kelemahan, tampaknya sang putri yang menjabat sebagai ketua Bidang Politik dan Keamanan DPP PDIP ini tetap menjadi pilihan terbaik.
Sepeninggal tokoh kuat Megawati, PDIP akan mengalami guncangan. Ini disebabkan permainan Istana yang ingin mengamankan kepentingannya pada partai pemenang pemilu tersebut. Guncangan ini sedikit banyak akan memerosotkan kekuatan Partai berlambang banteng ini.
Kondisi Megawati masih misterius, namun konfigurasi politik akan terus terbangun. PDIP adalah partai penentu pemerintahan yang kini sedang kesulitan untuk mengendalikan Presiden Jokowi. Oligarki tidak dipimpin oleh Megawati.
PDIP pasca Megawati mungkin akan semakin segar karena terjadi kaderisasi, akan tetapi sebaliknya dapat menjadi semakin loyo karena kehilangan figur kuat perekat perjuangan. PDIP tanpa Mega seperti banteng tanpa tanduk. Parahnya konflik internal akan membesar, konflik antara pendukung trah Soekarno, non Soekarno, dan Istana.
Akankah PDIP diambang malapetaka? Sesungguhnya politik dinasti bukan idealnya sebuah partai politik. (*)
Bandung, 10 September 2021
Editor Sugeng Purwanto