Dicari, Ulama yang Tulisan dan Ceramahnya Sama-Sama Bagus adalah karya Hendra Hari Wahyudi, Maulana Iqbal Ur-rahman, Galih Insan Muzaki, dan Ahmad Izzuddin sebagai tulisan tercepat dan terbaik I-III pada penugasan “Workshop Penulisan Berita sebagai Wahana Dakwah”.
PWMU.CO – Dicari, Ulama yang Tulisan dan Ceramahnya Sama-Sama Bagus. Seperti Buya Hamka. Demikian Pemred PWMU.CO Mohammad Nurfatoni menyerukannya dalam Kajian Lintas Generasi Seri 2 yang digelar Program Pendidikan Ulama Tarjih (PPUT) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Ahad (12/9/21).
Webinar bertajuk “Workshop Penulisan Berita Sebagai Wahana Dakwah” ini diikuti 70 peserta, terdiri dari mahasiswa, alumnus PPUT UMM, dan peserta umum dari berbagai daerah di Indonesia. Moderator Muhammad Davi Arham membuka webinar melalui Zoom itu.
Program virtual ini menghadirkan dua pemateri, yaitu Kepala Divisi PPUT UMM Agus Supriadi Lc MHI dan Pemimpin Redaksi (Pemred) PWMU.CO Mohammad Nurfatoni.
PPUT Wadah Pengembangan Calon Ulama
Hadir pula Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Karakter (P2KK) UMM Dr Khozin MSi sebagai keynote speaker. Dia menegaskan pentingnya membaca sebelum menulis.
Dia menyatakan, kajian yang mengupas penulisan berita dan etika dakwah di media sosial (medsos) itu bertujuan membekali para mahasiswa PPUT UMM dalam berdakwah di era digital ini. Karena, menurut dia, perkembangan menjadi ulama harus diawasi atau dibimbing.
“PPUT adalah wadah pengembangan mahasiswa agar menjadi ulama yang dapat menyebarkan dakwah di mana-mana,” ujarnya.
Khozin menambahkan, “Pelatihan ini diharapkan melahirkan para penulis handal yang dapat mengangkat nama Muhammadiyah di dalam dunia informasi.”
Etika Dakwah di Medsos
Agus Supriadi menyampaikan beberapa etika yang harus diterapkan dalam berdakwah di medsos sesuai ajaran Islam. “Etika didalamnya ada adab dan akhlak yang tercermin dalam perilaku,” ujarnya.
Dia menerangkan, dakwah berfungsi edukatif, preventif, rehabilitatif, dan korektif. Kemudian, dakwah bertujuan opinion change, attitude change, behavior change, dan social change. Yaitu menciptakan perubahan opini, sikap, perilaku, dan sosial.
Selain itu, dia menegaskan, materi Dakwah juga perlu diperhatikan. “Terbagi dalam materi aqidah, syariah, atau ahlak,” ungkapnya.
Agus juga menjelaskan enam prinsip dakwah. Yaitu prinsip sabar dan benar, filtrasi dalam menerima informasi, dilarang memperolok perbedaan, menggunakan bahasa yang baik dan benar, bebas dan bertanggung jawab, serta bersifat objektif dan kejujuran.
Dakwah Digital
Dalam kesempatan yang sama, Mohammad Nurfatoni memotivasi peserta untuk menjadi ulama yang ceramah dan tulisannya bagus. Seperti Buya Hamka. “Karena tulisan itu memiliki jejak digital yang akan membekas dan dapat menjangkau lebih luas. Melalui workshop ini, (harapannya) dapat memotivasi ulama tarjih untuk menulis,” jelasnya.
Mohammad Nurfatoni menerangkan efisiensi membuat tulisan daripada hanya melalui lisan. “Menulis itu tak sesulit berkhotbah, karena dalam khotbah ada rukun-rukun sebagai syarat sahnya!” tegasnya.
Beda dengan menulis, lanjutnya, meskipun ada beberapa kriteria jurnalistik yang sebaiknya dipenuhi, tapi tetap sah jika tidak mencatumkannya. Saat ini, menurut dia, sangat perlu menulis hal-hal seperti hukum prewedding. Dia mencontohkan tulisan viral almarhum Pak Najib Hamid yang sempat menempati posisi teratas dalam mesin pencari Google.
Mengingat orang awam banyak mencari tulisan melalui web khususnya Google, harapannya workshop ini hasilnya adalah tulisan. “Agar Muhammadiyah tidak tenggelam di dasar Google!” ungkap Fatoni, sapaan akrab Mohammad Nurfatoni.
Ia menambahkan, melalui tulisan, isi khotbah akan lebih banyak dibaca dan diterima banyak orang. “Oleh karena itu, maka syiar dakwah Islam, dakwah Muhammadiyah harus merambah digitalisasi, tidak sekadar ceramah di masjid-masjid!” imbaunya.
Pria kelahiran Lamongan itu mengemukakan, agar masyarakat, terutama warga Muhammadiyah, tidak terpengaruh paham-paham yang dimuat media lainnya.
Tulisan Menarik
Fatoni juga membagikan kiat-kiat menulis berita hard news dengan deskripsi dan wawancara. “Berita itu fakta, bukan opini, harus akurat dan lengkap. Prinsip berita juga harus memiliki unsur penting dan menarik.” jelasnya
Tidak hanya menyampaikan poin-poin penting dalam penulisan berita, Fatoni juga menjelaskan hal-hal yang membuat tulisan menarik. “Bukan hanya dari judulnya saja, tetapi isi juga penting! Tulisan harus enak dibaca,” tuturnya.
Dia memaparkan, tulisan harus aktual, faktual, serta memiliki 5W1H (who, what, where, when, why, dan how). “Jika perlu menggali lebih dalam, harus dilakukan cara lain seperti wawancara, bisa melalui chat atau telepon agar mendapatkan informasi yang lebih baik dan tepat,” ungkap bekas guru Biologi tersebut.
“Menulis itu harus punya visi dan misi, berbagai media pun pasti memiliki visi dan misi sesuai kaidah jurnalistik yang ada,” ujarnya.
Praktik Berhadiah
Pada workshop yang berlangsung empat jam ini, para peserta tidak hanya mendapat sertifikat dan materi dari narasumber. Mereka langsung mendapat tugas menulis di akhir sesi webinar. Fatoni mengajak peserta agar mencoba menulis berita sendiri.
Harapannya, beberapa materi yang disampaikan itu dapat dideskripsikan sebagai berita sekaligus dapat menjadi praktik menulis berita bagi para calon ulama itu. “Workshop tanpa adanya praktik bukan workshop, tapi khotbah!” ujarnya.
Fatoni memotivasi peserta yang mengirimkan tulisan akan mendapat hadiah. “Nanti dapat hadiah buku dari saya, bukunya Tuhan Yang Terpenjara, nanti juga akan dimuat di PWMU.CO!” ujarnya.
Saat itu, Fatoni menegaskan akan memberi hadiah buku bagi peserta yang membuat tulisan tercepat dan terbaik, tentunya sesuai teknis dan pemakaian kata yang baik. (*)