PWMU.CO – 400 Siswa Smamda Surabaya Mengikuti Kemah HW Virtual. SMA Muhammadiyah 2 (Smamda) Surabaya menggelar kemah Hizbul Wathan (HW) virtual via Zoom, Sabtu (18/9/21).
Lebih dari 400 siswa kelas XII mengikuti kemah virtual yang pelaksanaan rangkaian kegiatannya langsung dipandu dari lapangan sekolah. Tim HW Smamda Surabaya sudah mempersiapkan serangkaian kegiatannya, sehingga kegiatan berjalan kondusif.
Rangkaian Kemah Virtual HW
Mars HW Smamda Surabaya mengawalai kemah virtual. Kemudian ada membaca janji dan Undang-Undang HW. Lantas, Kepala Smamda Surabaya H Astajab SPd MM membuka kegiatan secara resmi melalui sambutannya.
Selanjutnya, memasuki rangkaian kegiatan inti. Pertama, tim HW memberikan pre-test. Setelah itu, pioneering oleh Muhammad Yudha Amirudin. Tak hanya itu, Bunda Wiwid—sapaan akrab Diah Asih Widi Lestari—dan Aurelia Chairunisa mengajarkan cara membuat ramuan herbal.
Ada pula pemaparan materi “Peraturan Baris-Berbaris (PBB)” oleh tim HW. Lalu giliran Ustadz Sjamsu Hudaja SAg memaparkan materi Kemuhammadiyahan (Kmd) dan al-Islam. Terakhir, Tim HW menginstruksikan post-test kepada siswa.
HW, Bukti Proaktif Kepramukaan
Koordinator kegiatan Budi Astarjo SPd menuturkan, kegiatan Pramuka (Praja Muda Karana) berarti rakyat muda yang suka berkarya.
“Gerakan Pramuka ini bertujuan mendidik anak-anak dan pemuda Indonesia dengan prinsip-prinsip dasar dan metode kepramukaan yang pelaksanaannya disesuaikan dengan keadaan, kepentingan, dan perkembangan bangsa dan masyarakat Indonesia,” jelasnya.
Oleh karena itu, lanjutnya, Smamda Surabaya berusaha selalu proaktif dalam kepramukaan melalui kegiatan HW.
“Kepramukaan adalah Kegiatan yang menarik dan mengandung pendidikan. Menurut Boden Powell sendiri kepramukaan dianggap kegiatan yang menantang dan mendidik untuk dilakukan,” terangnya.
HW Gantikan Pramuka
Budi menegaskan, HW Smamda Surabaya memperhatikan fungsi kegiatan Pramuka berdasarkan buku pedoman (Kwarnas). Pertama, kegiatannya menarik bagi anak atau pemuda karena di dalamnya berisi serangkaian acara menyenangkan dan mengandung pendidikan.
Kedua, pengabdian bagi orang dewasa. “Bagi orang dewasa, kepramukaan bukan lagi permainan, tetapi suatu tugas yang memerlukan keikhlasan, kerelaan, dan pengabdian,” ungkapnya.
Ketiga, kegiatan ini menjadi alat bagi masyarakat dan organisasi kepramukaan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat setempat. Serta alat bagi organisasi untuk mencapai tujuan organisasinya.
Budi meluruskan, “Kegiatan kepramukaan yang diberikan sebagai latihan berkala dalam satuan pramuka itu sekadar alat saja dan bukan tujuan pendidikannya.”
Tiga Ciri Pandu HW
Dalam pemaparan materi al-Qurannya, Ustadz Sjamsu Hudaja mengingatkan keindahan kalimat dan bahasa al-Quran patut direnungkan. “Di dalam kekufuran manusia, Allah masih memberikan kesempatan agar manusia bisa kembali lagi ke Allah. Begitu nikmatnya ketika seseorang mendapatkan ampunan dari Allah,” tegasnya.
Mengingat Smamda Surabaya merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan Muhammadiyah, dia menjelaskan Kemuhammadiyahan.
“Muhammadiyah adalah persyarikatan gerakan Islam. Maksud gerakannya dakwah amar makruf nahi munkar dan tajdid. Di mana, sasarannya perorangan dan masyarakat,” jelas dia.
Selain itu, dia mengingatkan pentingnya peran gerakan (harakah). Maka, dia menyatakan secara tegas tiga ciri (identitas) seorang pandu HW sebagaimana identitas Muhammadiyah.
Pertama, pandu HW bergerak atas dasar nilai-nilai Islam. Kedua, pandu HW bergerak untuk dakwah (menyeru) amar makruf nahi munkar. Ketiga, pandu HW bergerak untuk mengadakan pembaharuan (tajdid) dalam segala aspek kehidupan (muamalah). (*)
Penulis Fibrina Aquatika Editor Mohammad Nurfatoni