PWMU.CO– Palu arit menjadi simbol paling sensitif. Apalagi di bulan September. Dihubungkan dengan sejarah kelam G30S/PKI. Juga pemberontakan PKI di Madiun 1948. Dua pemberontakan itu ingin mendirikan negara komunis di Indonesia.
Palu arit menjadi simbol komunis awalnya berasal dari lambang negara Uni Soviet. Simbol ini mewakili persatuan kaum buruh dan petani.
Seniman Evgeny Kamzolkin (1885-1957) adalah orang yang mendesain simbol palu arit pada musim panas April 1918. Desain itu disetujui oleh Soviet. Lantas pertama kali dipakai untuk menghias salah satu distrik Kota Moskow pada perayaan 1 Mei, Hari Buruh, tahun 1918.
Mengutip tulisan Russia Beyond, sebelum palu arit, ada beberapa simbol lain yang digunakan untuk melambangkan serikat buruh dan petani. Seperti palu dan bajak. Palu dan penggaruk. Palu dan garpu rumput. Palu dan cangkul. Tetapi tidak populer.
Lambang palu arit jauh lebih ringkas, simbolis, dan secara grafis lebih mudah dikenali. Akhirnya, Konstitusi Uni Soviet tahun 1924 menetapkan palu arit sebagai bagian dari lambang Uni Soviet, negara komunis pertama di dunia.
Ketika komunisme disebarkan Uni Soviet ke luar negeri, simbol palu arit ikut populer mewakili simbol komunisme yang memobilisasi kaum buruh dan petani.
Zaman dulu secara tradisional, palu merupakan simbol pekerja di negara-negara Eropa. Palu yang berpadu dengan alat pertanian bermaksud menggambarkan slogan terkenal Lenin mengenai kesatuan kaum proletar dan petani.
Kamzolkin bukanlah seniman komunis. Ia sangat religius dari keluarga kaya-raya. Kamzolkin bergabung dengan Perkumpulan Leonardo da Vinci, perkumpulan seni yang bersifat mistis, selama lebih dari sepuluh tahun. Ia sepenuhnya paham makna dari simbol-simbol tersebut.
Menurut sejarahnya, palu dan arit dikaitkan dengan simbol Freemasonry berupa palu dan sekop. Sekop menyimbolkan tujuan yang jelas dan palu menunjukan manifestasinya yang mantap. Dalam simbologi religius Eropa, palu dikaitkan dengan kekuatan laki-laki agresif yang bersifat fisik dan mematikan, seperti palu pandai besi Hefaestus di Yunani. Dewa halilintar Svarog (Slavia) dan Thor (Skandinavia) juga bersenjata palu. Di Tiongkok dan India, palu juga menjadi simbol kemenangan kekuatan jahat yang merusak.
Di Eropa, arit ditafsirkan sebagai kematian. Simbol kematian bagi orang Eropa digambarkan berupa arit bergagang panjang yang dibawa malaikat maut. Dalam agama Kristen, ikatan hasil panen diartikan sebagai jiwa manusia yang akan dikumpulkan oleh Sang Pemanen, yaitu Tuhan, setelah akhir dunia.
Dalam paganisme berbagai bangsa Indo-Eropa dan Slav terdapat Dewi Mara atau Morana yang menurut tradisi membawa arit di tangan kirinya. Di dalam Hinduisme, Dewi Kematian Kali, saudara Siwa, memegang arit di tangan kirinya. Elang pada lambang negara Austria revolusioner juga memegang arit di kaki kirinya, dan arit serupa juga ditempatkan di sebelah kiri lambang Soviet.
Kamzolkin mendesain simbol palu arit apakah semata-mata melaksanakan tugas untuk membuat gambar bagi persatuan petani dan pekerja, atau ia menyisipkan sikapnya terhadap kekuatan revolusioner dengan memilih simbol untuk kematian, perang, dan kemenangan kekuatan jahat.
Filsuf Rusia Alexey Losev menilai emblem tersebut merupakan simbol yang menggerakkan massa. ”Itu bukan sekadar simbol, melainkan sebuah prinsip konstruktif-teknis bagi tindakan dan kemauan manusia. Di sini kita melihat simbol persatuan pekerja dan petani, simbol negara Soviet,” tutur Losev.
Cendekiawan dan sejarawan terkenal Yuri Gauthier menulis dalam catatan hariannya pada 1921. ”Suasana tegang telah meliputi Moskow selama beberapa hari. Bagaimana akhirnya? Jawabannya ada dalam kata-kata palu arit yang dibaca terbalik!”
Dalam bahasa Rusia, huruf-huruf Kiril yang membentuk kata molot (palu) dan serp (arit) jika dibaca terbalik menjadi kata prestolom yang secara harfiah berarti kekuasaan. Demikianlah cara penduduk Moskow menggambarkan rezim diktatorial kaum Bolshevik. (*)
Penulis/Editor Sugeng Purwanto