PWMU.CO – Influencer Muhammadiyah Diajak Menyuarakan Islam Moderat. Demikian pesan Faozan Amar dalam kegiatan Muhammadiyah’s Influencer Speak-Up yang digelar oleh Majelis Pustaka dan Informasi Pimpinan Pusat Muhammadiyah di Hotel Horison, Gresik, Jawa Timur, Sabtu (25/9/2021). Oleh karena itu dia berpesan: posting yang penting, bukan yang penting posting. Saring dulu sebelum sharing.
Faozan Amar, yang juga Koordinator Tim Kerja Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Kabinet Kerja Republik Indonesia ini, membeberkan survei yang dikeluarkan oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), bahwa 85 persen generasi milenial rentan terpapar paham radikal.
“Warga Muhammadiyah perlu lebih banyak menyuarakan isu moderasi di media sosial.”
Faozan Amar
Maka, menurut dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis di almamaternya, Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (Uhamka), itu para influencer Muhammadiyah harus menyuarakan Islam wasathiyah, untuk mengimbangi paham konservatif.
Influencer adalah seseorang yang memiliki kekuatan untuk mempengaruhi keputusan kepada orang lain karena ia memiliki otoritas, pengetahuan, posisi, atau karena hubungannya dengan publik atau audiens.
“Warga Muhammadiyah perlu lebih banyak menyuarakan isu moderasi di media sosial,” pesan Sekretaris Lembaga Dakwah Khusus Pimpinan Pusat Muhammadiyah itu di acara bertema Dakwah Islam Washatiah di Media Sosial itu.
Media Online Ketinggalan
Di sisi lain, Faozan juga mengungkapkan fakta bahwa media online Muhammadiyah masih ketinggalan dengan kelompok lain. “Perlu kesadaran untuk terus menyuarakan kebaikan-kebaikan Muhammadiyah di media sosial,” pesannya.
Muhammadiyah dalam beberapa hal dihubungkan dengan isu-isu negatif, dan itu sangat merugikan, maka kehadiran influencer sangat dibutuhkan untuk menangkal dan memberikan pencerahan. “Warga Muhammadiyah menjadi contoh dalam bermedsos yang positif,” jelas pria yang pernah menjadi Manajer Dompet Dhuafa Republika pada 1998
Faozan mengutip ayat al-Quran al-Insyirah ayat 7, “Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain)”. Menurut dia, hal itu menggambarkan karakteristik warga Muhammadiyah tentang kerja keras dan tidak kenal lelah. (*)
Kontributor: Mohammad Su’ud Editor Mohammad Nurfatoni