Pemungut Zakat Masuk 7 Setan Desa oleh Aditio Yudono, Sekretaris Lazismu Jatim.
PWMU.CO– Ketua Partai Komunis Indonesia (PKI) Dipa Nusantara Aidit pernah mengeluarkan Report untuk dipublikasikan. Diberi judul Laporan singkat tahun 1964 tentang hasil riset mengenai keadaan kaum tani dan gerakan tani di Jawa Barat.
Dalam laporannya DN Aidit menyampaikan, rakyat di desa bisa sejahtera bila 7 setan desa yaitu tuan tanah, lintah darat, tengkulak jahat, tukang ijon, bandit desa, pemungut zakat (amil), dan kapitalis birokrat desa dihapuskan. Sehingga tercipta masyarakat tanpa kelas, yang sama rata dan sama rasa.
Bayangkan, pemungut zakat ikut dimasukkan jadi musuh PKI. Tentu kita yang belum paham harus segera paham dan tersadar betapa bahayanya ideologi komunis. Baik yang berwujud maupun tanpa bentuk. Terutama bagi anak-anak milenial zaman now yang tidak paham sejarah.
Bagaimana kita menyikapi, jika ada generasi kita yang terkagum dengan sepak terjang perjuangan penghapusan kelas yang ditiupkan secara menarik, dikemas dalam bungkus yang rapi dan keren. Bahkan kelihatan islami oleh sebuah kekuatan yang tak tampak mata.
Perjuangan yang seakan-akan bermuatan penghapusan kelas, proletar, peduli wong cilik, padahal hendak membangun sebuah imperium tirani yang bebas dari nilai-nilai ilahi.
Dikemas Halus
Pemungut zakat, dulu menjadi sasaran dan musuh bersama yang diembuskan oleh PKI. Dikategorikan 7 Setan Desa. Sekarang? Bisa jadi masih iya. Namun dikemas secara halus dan tanpa disadari tiba-tiba menghunjam ke ulu hati para amil melalui serangan penghancuran karakter dan penghilangan kepercayaan publik kepada Lembaga Amil Zakat (LAZ).
Bisa jadi amil dikait-kaitkan dengan terorisme. Bisa jadi juga mengembuskan kasus-kasus lokal. Mungkin salah kita juga yang tidak amanah, tidak transparan, tidak profesional, tidak berdedikasi, tidak peka dan tanggap terhadap kemajuan serta salah arah dan tujuan. Sehingga kita bisa jadi sasaran tembak yang sangat empuk.
LAZ, termasuk Lazismu seharusnya sudah tidak lagi berbicara permasalahan dasar, yang itu bisa diselesaikan di ranah internal. Memperkuat SDM Lazismu bisa dilakukan dengan seksama namun tidak menyita banyak waktu.
Lazismu sudah harus melakukan langkah inovasi ke depan untuk menjawab tantangan umat, termasuk melawan embusan ideologi jahat tapi terlihat keren dan kekinian. Menjawab dengan aksi nyata yang berkemajuan, tidak berputar-putar ke hal-hal rutinitas saja.
Saatnya perkuat basis di masyarakat, susun dan perkuat modal sosial. Dengan inovasi dan kreativitas, jadikan Lazismu sebagai bagian dari solusi permasalahan umat manusia. Tidak hanya umat Islam.
Menggerakkan zakat, infak dan sedekah sebagai jembatan agar manusia tidak terperosok ke dalam jurang perbedaan kaya miskin yang menganga lebar. Yang penting sesama amil harus bersatu padu untuk kepentingan yang lebih luas. Tidak terperosok pada ego sektoral yang menjadikan kita lemah dan tercerai berai. (*)
Editor Sugeng Purwanto