PWMU.CO – Pesan UAH agar Kita Tak Terserang Istidraj. Pesan Adi Hidayat Lc MA iu dia sampakan ketika merespon pertanyaan salah satu peserta.
Malam itu, dia hadir secara virtual di hadapan lebih dari 500 jamaah Orbiter yang hadir lewat Zoom maupun YouTube. Yayasan Orbit Lintas Karya menggelar Pengajian Orbit Virtual bertema “Istidraj: Pengertian dan Penjelmaan”, Kamis (23/9/2021).
Dalam sesi diskusi itu, pertanyaan datang dari Fahman Habibi. Dia mengatakan—berdasarkan yang pernah dia dengar—ketika seseorang dicintai Allah, sesungguhnya akan diberikan kemudahan dan dihindarkan dari sesuatu yang menyibukkan, berhubungan dengan keduniaan.
Jadi dia bertanya, “Apakah setiap orang yang sibuk bekerja, dapat uang banyak, bagian dari istidraj?”
Aktivitas Dunia, Bekal Akhirat
Menurut Ustadz Adi Hidayat (UAH) , perlu memiliki cara pandang yang lengkap terhadap konsep dunia. Sebab, dengan aktivitas-aktivitas yang kita kerjakan di dunia, kita menyiapkan bekal pulang ke kehidupan paling ujung: akhirat.
Dengan kata lain, bekal untuk mendapati semua kehidupan di akhirat, perlu kita persiapkan di ardhun (tempat yang kita pijak sekarang).
UAH menekankan, Allah memberikan misi suci, sangat besar, dan istimewa kepada hamba pilihan. Yaitu manusia yang diwakili Adam saat itu. Misinya, sebagai khalifah—pemakmur—di tempat yang dipijak kelak. Kemudian, akan saling menggantikan dengan generasi setelahnya.
“Jadi di tempat ini nggak ada yang abadi hidupnya, karena tugas kita akan digantikan generasi setelah kita, sampai kehidupan berakhir,” ujarnya.
Oleh sebab itu, penting menurutnya untuk menyiapkan generasi penerus. “Hendaklah setiap keluarga itu merasa khawatir kalau meninggalkan generasi yang lemah—iman, harta, pendidikan—sehingga nanti tidak bisa menghadapi tantangan di masa depan,” terang dia.
Semua yang berlangsung di kehidupan ini, berlangsung dengan singkat. Maka, dia mengingatkan, jangan terpedaya dengan yang singkat ini sehingga melupakan bekal untuk pulang.
Ikuti Hudan, Bernilai Ibadah
UAH menyatakan, silakan jalani kehidupan dunia, tapi mengikuti/mengakar pendampingan berupa hudan. Dengan begitu, harapannya aktivitas dunia itu menjadi ibadah, punya nilai kehidupan di akhirat. Selain itu, setiap aktivitas yang dijalani akan terasa menyenangkan.
Dia meluruskan, “Kalau kita mengatakan sibuk dalam urusan dunia, orientasi sibuknya apa dulu? Kalau kesibukan dunia itu diselipkan ibadah, ya bagus! Memang itu konsep hidup kita,” tuturnya.
Yang salah, lanjutnya, ketika meninggalkan nilai-nilai ibadah. Hanya mengambil konsep kehidupan dunia dan menepikan ajaran-ajaran atau petunjuk yang menjadikan kegiatannya sebagai ibadah.
Ustadz Adi Hidayat mencontohkan, seseorang kerja tapi tidak shalat, mengabaikan tuntunan agama, bahkan korupsi. “Inilah gambaran ungkapan sibuk dunia, lupa akhirat!” tegasnya.
Padahal, kata dia, sesungguhnya konsep kehidupan dunia itu menjalani kehidupan dunia untuk kembali ke akhirat, ‘dengan catatan’ hasanah. (*)
Penulis Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni