PWMU.CO – Hal-hal yang menyebabkan kebocoran tauhid disampaikan oleh Fahmi Salim Lc MA dalam acara Penguatan Ideologi Muhammadiyah, digelar Mugeb Islamic Center(MIC), Sabtu (25/09/21).
Acara ini diikuti oleh guru dan karyawan di lingkungan Majelis Dikdasmen Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) GKB dan sekolah mitra.
Dalam acara yang bertema ‘Peran Tauhid dalam Kebangkitan Umat Islam’ tersebut, Fahmi sapaannya, mengingatkan tentang makna tauhid.
“Harga mati kita sebagai Muslim yaitu radhitu billahi rabba, wa bil islami dina, wa bi Muhammadin shallallahu ‘alaihi wa sallama nabiyyan wa rasula. Yang artinya aku ridhaAllah sebagai Tuhan, Islam sebagai agama, dan Nabi Muhammad sebagai nabi dan utusan Allah,” ujarnya
Dengan demikian, lanjutnya, kita sebagai seorang Muslim haruslah berserah diri dengan benar kepada Allah, percaya dengan satu-satunya wasilah yakni Nabi Muhammad, dan beragama dengan melaksanakan syariat yang dibawa Rasulullah.
Wakil Ketua Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah ini menjelaskan dalam bertauhid tidak boleh ada kebocoran.
“Mengkampanyekan hal-hal yang tidak benar dan menganggap remeh hal-hal yang berkaitan dengan toleransi agama lain dapat menjadi penyebab kebocoran tauhid,” terangnya.
Fitnah Akhir Zaman
Mengutip tulisan Syed Muhammad Naquib Al-Attas, Fahmi menjelaskan beberapa fitnah akhir zaman yang dapat menyebabkan kebocoran tauhid.
Pertama, kekeliruan ilmu yang diproduksi oleh ulama-ulama palsu. “Bukan hanya ulama, saat ini cendikiawan dan intelektual juga bisa memproduksi ilmu yang keliru,” papar lulusan Universitas Al Azhar Kairo, Mesir, ini.
Oleh karena itu, lanjutnya, Persayrikatan Muhammadiyah harus punya benteng yang kuat jangan sampai ada ulama-ulama palsu.
Kedua, keruntuhan adab yang disebabkan ilmu yang keliru. “Orang yang ilmunya salah, adabnya pasti rusak,” ujarnya.
Lebih lanjut, Fahmi menjelaskan ketiadaan atau runtuhnya adab baik pada Allah, rasul, ulama, maupun syariat islam dapat merusak keimanan. Maka ujung dari kekeliruan ilmu adalah kerusakan akhlak.
Ketiga, pemimpin-pemimpin yang rusak. “Pemimpin yang rusak dan tidak punya kapasitas moral, intelektual, dan spiritual untuk memimpin atau memperbaiki umat justru merekalah yang merusak umat Islam,” tuturnya.
Oleh karena itu, lanjutnya, para pimpinan dan jajaran ortom harus kembali pada jati diri Muhammadiyah, mengokohkan tauhid, dan memajukan dakwah dengan berpegang teguh pada al-Quran dan sunnah.
Tauhid sebagai Pusat Peradaban
Fahmi berpesan pada semua partisipan untuk mengefektifkan hasil kajian yang diterima.
“Mari kita bahu-membahu mengefektifkan hasil kajian kita menjadi langkah-langkah yang nyata dan berbuah kebaikan,” ujarnya.
Pengajian ini, lanjutnya, merupakan sarana meningkatkan kualitas iman dan kualitas amal. Jadi jangan hanya meningkatkan kualitas iman saja tetapi kualitas amal juga harus ditingkatkan setelah mengaji.
Selain itu, Fahmi juga mengajak peserta untuk menjadikan tauhid sebagai sentral peradaban Islam.
“Mari kita bersama-sama menjaga dan merawat generasi penerus kita serta menjadikan tauhid sebagai sentral peradaban Islam yang menjadi penggerak bagi kebangkitan Islam”, ajaknya.
Islam sebagai sistem kehidupan, lanjutnya, mari kita gaungkan menjadi semangat kita terutama dalam memajukan pendidikan, dakwah, sosial dan ekonomi dalam persyarikatan Muhammadiyah. (*)
Penulis Farida Lutfiatul Jannah Editor Mohammad Nurfatoni